Cerpen Cinta, Hilangnya Perasaan - Cerita pendek yang satu ini merupakan cerita renungan yang cukup dalam maknanya. Cerita ini menggambarkan pergulatan batin sang tokoh "aku" yang mengalami cobaan yang begitu berat.
Pada satu kesempatan ia harus kehilangan cinta dan kasih sayang dari seorang ibu, di lain waktu ia juga harus memendam penyesalan atas pahit cinta dari kekasihnya.
Sungguh, cerpen cinta terbaru ini begitu terasa menyedihkan. Namun begitu, cerita ini bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi kita semua.
Cerpen berjudul "hilangnya perasaan" tersebut memberikan gambaran pada kita bahwa rasa sedih yang berlebihan tidaklah baik dan tidak seharusnya kita lakukan. Apapun cobaan hidup hendaknya kita jalani dengan penuh ikhlas karena semua itu pasti ada hikmahnya.
Tinggal bagaimana kita memaknai apa yang terjadi tersebut. Semoga cerpen cinta ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk terus maju meski kita menghadapi badai terdahsyat sekalipun dalam hidup.
Hilangnya Perasaan
Cerita cinta oleh Irma
Perjalanan hidup seseorang memang tak ada yang tahu, tak satupun bisa menebak bahkan peramal canggih dan modern sekalipun. Seperti yang aku alami. Aku baru merasakan hari ini, ketika sebuah tragedi kehidupan benar-benar terjadi.
Sebuah tragedi yang siapapun pasti tak kan pernah ingin mengalaminya. Hal yang seharusnya tidak aku lakukan.
Begitu besar kegagalan hidup yang aku hadapi, begitu pahit kenyataan yang harus aku lalui. Yang tersisa seperti hanya hati yang kian membatu. Beberapa kejadian berturut-turut menimpaku.
Pertama aku harus bersedia dengan lapang dada kehilangan orang terkasih, seorang ibu yang selama ini telah menjadi sandaran hidupku.
Pilu itu belum benar-benar hilang dari perasaanku ketika akhirnya aku harus menghadapi kegetiran lain.
"Maaf sayang, karena sesuatu hal aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini"
"Apa, kenapa, bukankah kau sudah berjanji akan selalu ada disisiku suka maupun duka?"
"Iya, tapi sekali lagi maaf, aku memilihmu untuk mendapatkan bahagia dengan hidup lebih baik, tapi maaf"
Tiga bulan sebelum hari pertunanganku, keluarga ku dilanda kebangkrutan ekonomi, seperti saat pada krisis moneter beberapa tahun silam.
Parahnya, saat itu juga seseorang yang telah aku daulat untuk menggantikan posisi ibu dalam hidupku telah pergi, pergi meninggalkan butiran bening yang tak pernah mampu keluar dari kelopak mataku.
Jatuh dalam keterpurukan yang begitu dalam, aku hanya bisa meratapi keadaan sampai akhirnya berbulan-bulan berlalu. Entah, hatiku beku atau tidak dengan kekecewaan ini. Tapi yang jelas sesuatu seperti telah mengeras dalam dadaku.
Entah itu puing cinta yang kini membatu atau itu hatiku yang sepenuhnya telah beku. Bayangkan saja, aku menerima satu beban penuh dalam sekali waktu dan sekali jalan tanpa pendamping...
Seharusnya, siapapun yang melewati hal ini, pasti akan meluap-luap emosinya. Tapi apa yang terjadi padaku?? Apa yang aku rasakan?? Nggak ada, benar-benar flat.
Logikaku berpikir, harusnya aku bersedih, meneteskan derai air mata, dan emosiku meluap-luap.
Logikaku berpikir, harusnya aku bersedih, meneteskan derai air mata, dan emosiku meluap-luap.
Tapi apa?? Aku tak merasakan apa-apa, aku diam. Terpaku. Bukan kaget, bukan pula bersedih. Aku benar-benar tidak merasakan apa-apa. Perasaanku benar-benar kosong. Hampa.
"Tak apa jika engkau ingin menangis nak..."
"Aku telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk meratapi kesedihan ayah, dan kini semua telah kering"
Satu-satunya orang yang masih mencoba membuatku bangkit adalah ayah, meski aku tahu pasti bahwa dalam jiwanya pun sudah tak ada lagi keinginan untuk melanjutkan hidup ini.
Di matanya jelas terlihat bahwa ia juga begitu terpukul, atas kehilangan sosok istri yang sangat ia cintai, saat harus melihat putri kesayangannya berlinang air mata tiap hari.
Di matanya jelas terlihat bahwa ia juga begitu terpukul, atas kehilangan sosok istri yang sangat ia cintai, saat harus melihat putri kesayangannya berlinang air mata tiap hari.
Ah....tapi lagi-lagi aku mulai merasakan keganjilan itu. Kini air mata ini tak lagi mau menetes meski dadanya teramat sesak. Oh Tuhan.. aku benar-benar dalam ketakutan.
Ketika aku tak dapat lagi merasakan hal yang dirasakan manusia normal biasanya, aku takut. Bahkan dalam ketakutanku pun aku tak dapat menangis. Tuhan, ada apa ini??
Apakah aku sudah kehilangan perasaan?? Apakah perasaan itu pergi meninggalkanku?? Tuhan, aku benar-benar tak dapat merasakan apapun sekarang, sedih pun tidak, bahagia pun tidak.
Perasaan apa ini Tuhan?? Apakah aku telah benar-benar mati rasa?? Kenapa aku tidak dapat tersenyum, dan menangis??
Tuhan.. aku mohon.. kembalikan rasaku, kembalikan emosiku, kembalikan hatiku.. aku ketakutan dalam rasa ini.. Maafkan aku Tuhan, tidak bisa menjaga rasa yang telah Kau titipkan padaku..
Maafkan aku yang terlalu menggunakan perasaan, hingga pada akhirnya Kau hilangkan perasaan yang ada agar aku kembali menggunakan logikaku dengan baik kembali..
Maafkan aku yang terlalu menggunakan perasaan, hingga pada akhirnya Kau hilangkan perasaan yang ada agar aku kembali menggunakan logikaku dengan baik kembali..
Dan terima kasih Tuhan, Engkau masih menyisakan sedikit perasaan untukku, meskipun yang hanya dapat aku rasa hanyalah perasaan khawatir, meskipun hanya itu....
--- Tamat ---
Bagi siapapun yang telah membaca Cerpen Cinta, Hilangnya Perasaan semoga saja bisa mengambil hikmah dan nasehat dari kisah yang ada. Semoga seburuk apapun kehidupan, kita tidak akan pernah mengalami cobaan yang begitu berat secara bertubi-tubi.
Setelah selesai membaca kisah cerita pendek di atas bisa disempatkan juga untuk melihat-lihat beberapa koleksi cerita lain yang ada di bagian akhir tulisan ini. Itu saja, semoga berkenan!