Cerita pengalaman mendaki gunung yang sangat seru berikut ini adalah hasil karya belajar membuat cerita pendek berdasarkan pengalaman sendiri. Mungkin jauh dari kata bagus, tapi paling tidak cerita ini bisa untuk bahan referensi adik-adik pelajar semua.
Membuat cerita pengalaman itu tidak begitu sulit kok. Yang penting kita berani mulai. Tidak usah banyak berpikir. Tulis saja apa yang ada dipikiran kita saat itu. Biarkan proses yang mengajarkan kita bagaimana menulis.
Tulisan pertama pasti tidak akan memuaskan. Tapi jangan berhenti. Apalagi malas atau menyerah. Teruslah belajar menulis. Satu atau dua bulan - jika rutin - akan terlihat perubahan dari gaya tulisan kita. Percaya deh. Makanya kita mulai dari membaca contohnya berikut.
Pengalaman Mendaki Gunung
Cerita Pengalaman Pribadi
Pada suatu hari aku bersama kawan kawan ber-refresing ke suatu daerah yaitu Mojokerto. Di sana kami melihat suatu pundungan besar yang amat indah yaitu gunung. Kami pun ingin sekali merasakan bagai mana rasa nya berada di pucuk gunung tersebut.
Akhirnya kami pun bersama kawan kawan ingin mencoba mendaki gunung tersebut. Dan pada tahap awal kami mendaki gunung tersebut kami masih merasa kurang menantang. Kami pun terus lanjut mendaki dan mulai sampai tahap kedua.
Tampaknya kami mulai merasa kelelahan dan berhenti sejenak. Dari 10 orang pendaki haya 2 orang saja yang membawa bekal minum. Gegabah memang, tapi mau bagai mana lagi. Akhirnya kami berbagi sedikit sedikit sekedar untuk membasahi dahaga.
Setelah agak mendingan, kami pun mulai melanjutkan ke tahap ketiga yang akan mendekati pertengahan gunung tersebut. Kami pun berjalan amat pelan karena sangat pegal sekali di kaki. Dan dikit demi sedikit kami berjalan menuju ke pujuk gunung.
Akhirnya kami pun telah mencapai tahap ke 3. Kami pun berhenti sejenak kembali sembari melihat pemandangan. Dari tengah gunung pun sudah mulai tampak pemandangan walaupun kurang memuaskan hanya sekedar untuk melemaskan kaki sejenak.
Setelah sudah agak mendingan kami pun mulai mendaki ke tahap ke 4. Disitu kami pun ada yang merayap ada yang mberangkang, merangkak seperti tentara karena lumayan agak menukik piringan gunung tersebut. Ketika akan menuju tahap ke 4 kami pun merasa kehausan kembali karena bekal minuman sudah habis di tahap ke 2 tadi.
Ya mau bagai mana lagi terpaksa kami mencari buahan yang mengandung kadar air. Aku mencari cari dan akhirnya aku menemukan buah yang baunya agak kurang menarik dan rasanya agak keaseman. Sebelum aku makan aku pun bertanya kepada kawan aku yang bernama heru…
“Her iki jane panganan apa si ko mambune kaya iki temen…” ucapku
“Endi lo jal deleng deset, jawab Heru
“Yah … ki…” ucapku lagi
“Oalah iki to…nek iki jenenge si sari nyomlang tapi si aku le nyebut biasane nyomlam nyamleng…” jelas Heru
“Oalah iyo iyo paham paham aku wisan…” lanjutnya
Dan setelah aku makan buah tersebut ya mending lah ada rasa basah di mulut sekedar untuk penyemangat saat mendaki. Setelah itu kami mulai mendekati tahap keempat.
Di jalan yang kami lalui ada sebuah pohon besar ambruk memalangi jalan. Kami pun semua sepontan kaget menyebut astaghfirulloh ko iso ambrok ya….
Tampak ada celah sedikit untuk melewati pohon tersebut walaupun harus merangkak. Dan kami akhirnya berhasil melewati pohon tersebut. “Sedikit lagi sampai ke tahap 4 ayo semangat semua” kataku.
Teman teman menjawb “okeeeeehh…iya… dan akhirnya sampai ke tahap 4. Ternyata di tahap 4 kami menemukan bundelan batu agak lumayan besar. Kami pun menduduki di batu tersebut sambil geletakan.
Aku merasa perut aku ada yang kurang beres kebelet pipis dan aku turun ke bawah batu itu. Tiba tiba aku menemukan bekas sesajen dan di sajen itu ada banyak buah buahan dan rokok. Aku secara diam - diam makan buah tersebut, ada pisang, apel, anggur dan ada rokok surya 16 dua bungkus dan rokoknya aku kantongi tanpa sepengetahuan teman teman.
Setelah puas menikmati penyajian untuk lelembut yang aku makan karena terpaksa ,aku pun naik keatas. Aku kemudian mengajak kawan kawan untuk mendaki tahap terakhir yaitu tahap ke 5.
“hehh cok ayok teroske munggah titik neh tekan iki”, dan semua bergegas berjalan ke tahap 5. Karena kaki kami sudah pada lemas kami pun berjalan sangat pelan sekali. Kami berjalan sambil ada yang gantoan di pohon ada yang bawa tongkat pokok nya variasi.
Akhirnya kami mulai bisa melihat pucuk gunung tersebut. Tentu saja kami pun mulai bersemangat, “yakkk…! Akhirnya kami pun sampai tujuan, “hhhuuuuahhh… akhirnya sampe juga kawan…!”
Di situ pun kami melihat betapa indahnya pemandangan dari pucuk gunung. Kamipun di situ tidak mau kehilangan momen tersebut. Kami semua berfoto foto hingga puas. Ketika kami sudah puas dan kami pun turun dari gunung tersebut sesampainya di pertengahan kami melihat pohon mangga sangat lebat buahnya.
Kami akhirnya tak mu pikir panjang, “serbu…!”. Setelah puas menikmati buah mangga tersebut kami memutuskan untuk turun, Pengalaman Mendaki Gunung yang Sangat Seru. Kami pun serasa cepat ketika turun serasa melayang tak sadar sambil menikmati angin yang sepoy sepoy.
Tidak sadar kami pun sudah berada di kaki gunung dempo tersebut dan di situ kami berhenti sejenak membasuh kaki, muka, dan tangan di kubangan kecil di kaki gunung dempo. Setelah itu kami pun langsung menuju arah jalan pulang. Melelahkan, tapi itu adalah pengalaman mendaki gunung yang cukup menarik bagi aku.
---oOo---