Jangan Songong Bawa Motor, Cerpen Pengalaman

Cerpen pengalaman singkat bawa motor ugal-ugalan ini menggambarkan kehidupan remaja yang suka - suka dan selalu ceria. Rekan remaja yang hobi motor tentu tidak boleh melewatkan kisah yang satu ini. Menarik kok. Ada lucunya juga.

Pixabay

Di lihat dari judulnya ada nasehat dalam kisah yang diangkat dalam cerpen ini. Mungkin ada kejadian tragis, atau mungkin ada peristiwa penting yang terjadi. 

Ya, mudah-mudahan selain menjadi hiburan saat senggang bisa juga menjadi bahan renungan dan nasehat untuk kita semua. Yuk langsung ikuti saja kisah menarik pengalaman remaja tersebut. Yuk, sama-sama.

Jangan Songong Bawa Motor
Cerpen Pengalaman Remaja

Pada suatu hari dan tepat nya pada malam senin aku sedang maen di tempat kawan yang bernama Paijo. Tiba tiba ada teman aku lagi yang bernama Hilman dan Tajab datang ke rumah Paijo.

Di situ pun kami bercanda tawa, dalam bahasa inggris yang berarti “Kemprosan”. Tidak terasa waktu mulai larut malam dan teman aku yang bernama Tajab kepingin yang namanya bakaran burung gemek, burung puyuh. 

Tapi mau gimana, sedangkan burung tersebut susah di cari dan peralatan pun kurang. Kami pun berudur-uduran, sampai kurang lebih 30 menit. Aku pun memutuskan untuk beli ayam potong saja. 

Terus kawan kami pun di ajak, “cek… ck… ck…!”, setelah uang terkumpul kurang lebih 32 ribu, aku dan kawanku berangkat. Kami berangkat menggunakan motor gede yaitu vixion yang kerisis bahan bakar, “ha… ha… ha…!” 

Kami mulai berjalan menuju kandang ayam yang katanya sudah panen. Di saat perjalanan kami pun merasa keenakan tanpa rasa gembladak tak seperti motor aku yang rasa nya gembladak. 

Kami pun menaikinya tanpa ragu, jalan jelek ataupun bagus hatam saja, “tarik hill, hu… hu…!” Kami pun tampak pecicilan dalam mengemudi motor tersebut. Jika ada motor kecil yang kurang seneng di hati, langsung kami dekati dan kami jejeri dan kami geber, “wwweeeeerrr… weeeeerrr…!”. 

Tanpa ada rasa takut sedikit pun dan hampir saja kami terperosok ke paret karena kami naik motor terlalu kebut kebutan. Tanpa kami sadari bahwa ada tikungan tajam. Sepontan kami langsung nginjak rem belakang dan, “srrootttt…!”. 

Untung saja aku lihai mengemudikan motor tersebut. Kiranya sudah mulai mendekati kandang kami pun mengajak kawan kami lagi, penunjuk jalan kandang ayam tersebut jadi kami ceng 3 boncengan 3 orang.

Dan sesampai nya di kandang, “belum sampai Uur ayam itu untuk di panen…! Sedikit kecewa, kami pun terus merayu, “tak tempil lek, tak temple basing lah oleh piro…!” 

“Gak oleh mas, gak oleh, ora wani aku. Mbok domain bose…!”

Kami pun menemukan ayam potong yang berkeliaran di bawah kandanga. “Yo wes kae tak gowo bali yo lek…?” Si penunggu kandang berkata, “ya ngonoh gari di gowo…”

Kami pun menangkapnya. Butuh perjuangan karena di bawang kandang ayam tersebut banyak sekali tumpukan tahi ayam yang amat menjijikan. 

Kami langsung lanjut kembali menggunakan motor gede tersebut. “Werrr…”, kami langsung menuju ke kandang lain. Karena jalanya susah kami pun berusaha tenang. Pada saat di atas motor, apa yang terjadi, “gasruuuuk…!”. 

Kami pun kepleset dan masuk kedalam tetehan dan agak lumayan sakit dan kami haya berdiam semua di atas tetean tersebut hingga sampai kurang lebih 5 menit. Aku lalu bangun dan mengangkat motor. 

Lalu kawan aku semua mengikuti lalu semua berkata, “lorone cok… lorone cok…!” Aku pun menjawab, “yo kawus salahe di bonceng do pecicilan ra do anteng ngerti dalane elek malah pecicilan mbarang, yowes sik tonton sek men karo ngirit bensin…!” 

Kami pun menuntun pelan sekali. Lalu kami pulang mengantarkan teman kami penunjuk kandang kan aku dan hilman pulang ke rumah Paijo. Di perjalanan menuju pulang ke rumah Paijo, “det… det… det… blebek!”, mati motor yang kami naiki. 

Aku dan Hilman pun sudah tampak kelelahan tapi mau gimana lagi. Terpaksa kami mendorong motor tersebut pelan pelan. Kami lalu menerobos lewat sawitan yang sangat mistis sekali. 

Dengan di penuhi rasa emosi, capek, kami tidak ada rasa takut sama sekali yang kami takuti haya satu di tuduh pencuri. Kami pun sering kali berhenti mendorong, beristirahat karena masih lumayan jauh jarak rumah yang kami tuju dan masih kurang lebih setengah kilo meter. 

Ya agak lumayan melelahkan, kami pun mulai mendekati rumah Paijo dan kami mulai merasa bersemangat kembali karena lokasi yang kami tuju tinggal bebera angkah dan sampai.

---oOo---

Back To Top