Cerpen horor kali ini berjudul "Lentera Merah di Tengah Malam". Kalau dilihat dari judulnya cukup menarik dan membuat penasaran juga. Apalagi jika dikaitkan dengan hal - hal yang menyeramkan. Ada yang pernah melihat cahaya tak jelas berjalan di tengah kegelapan?
Pixabay
Mungkin ceritanya seperti ini juga pernah terjadi di kehidupan nyata. Mungkin salah satu dari kita pernah mengalami keanehan atau kengerian seperti ini.
Bisa saja. Yang jelas cerpen horor misteri ini waktunya terjadi di malam buta. Bayangkan, di malam yang gelap ada sesuatu yang tak biasa. Pasti merinding ya. Seperti apa kisah selengkapnya? Langsung dibaca saja ya.
Lentera Merah di Tengah Malam
Oleh Contohcerita
Sekarang – sekarang ini banyak terjadi pencurian, dan pembegalan di desa ku. Sudah terjadi lima kasus pencurian motor dalam kurun waktu dua minggu. Sehingga Kepala Kampung memerintahkan Bayan setiap dusun untuk membentuk kelompok ronda.
Setelah pembentukan jadwal ronda. Aku bersama dengan lima orang lainnya yaitu imam, adi, riko, dani dan badu mendapat jatah malam jumat, malam yang dikatakan banyak hantu berkeliaran, apalagi malam jumat kliwon.
Malam demi malam pun berlalu. Dan tiba lah malam aku dan lima temanku untuk ronda. Kami berenam berangkat ronda setelah acara yasinan rutin. rumah kami memang berdekatan paling hanya selang satu sampai dua rumah.
Tidak seperti malam – malam sebelumnya malam jumat ini tersaberbeda. “eh dan, aku ko agak merinding ya” kata ku. “emang kenapa, kamu takut ya?” nadanya mengejek.
Lalu aku menjawab “ia, emang sekarang malam jumat apa si”, jawab Dani dengan nada menggeram “sekarangkan malam jumat keliwon, katanya banyak hantu berkeliaran, apa lagi kemaren ada orang meninggal, pasti arwahnya masih bergentayangan”. Lalu aku menyelip ditengah – tengah temanku.
Sesampainya di pos ronda. Imam langsung memegang kentongan dan memukulnya “tong, tong tong”.
Sedangkan adi dan riko menonton televisi, aku, badu dan dani mengumpulkan kayu untuk dibakar. Adi betanya kepada imam “mam, kemaren ada orang meninggal, itu karena apa?”, jawab imam “katanya sih mati gantung diri didalam kamar”.
Setelah mendengar jawaban imam, semua mata langsung tertuju padanya. “yang benar kamu mam” tanya badu dengan nada agak gemetar, “ia benar” jawabnya dengan tegas.
Mendengar imam berkata seperti itu kami langsung berkumpul di gardu ronda. Aku, dani dan badu juga ikut kumpul di gardu ronda. Setelah mendengarkan imam bercerita bulu kudukku mulai berdiri seperti ada angin yang berhembus. Teman – temanku pun merasakan hal yang sama.
Waktu menunjukkan puku dua belas. Kami membagi jatah untuk berkeliling dusun. Badu, dani dan riko mendapat jatah tunggu di pos ronda, sedangkan Aku, adi, dan imam yang berkeliling dusun sambil mencari umbi untuk di bakar.
Setelah berjalan kurang lebih setengah jam, tiba – tiba adi menghentikan langkahnya. “di, ada apa? Tanya ku, adi menjawab sambil menunjuk kearah kebun “itu apa ya, seperti ada lentera di tengah kebun”.
Lalu imam membunyikan kentongan sambil teriak “tong tong tong, siapa disana?”. “diam dulu mam, jangan teriak – terik” kata adi. Akhirnya kita bertiga diam – diam menuju kearah lentera tersebut.
Tapi ada yang aneh, semakin kami mendekat lenteranya semakin menjauh. Karena kami penasaran kami terus menuju kearahnya. Semua langkah terhenti, lentera tersebut berbalik arah mendekati kami.
Kaki kami mulai gemetaran melihat lentera yang semakin mendekat. Imam berkata dengan kaki dan nada gemeta “itu siapa ya, malam – malam begini ko ditengah kebun”.
Adi nyeletuk “mungkin dia orang yang mati gantung diri”, “udah lah jangan ngaco” kataku dengan nada gemetar.
Lentera tersebut semakin mendekat semakin mendekat, tiba – tiba lentera tersebut hilang, akhirnya kami bertiga mengambil langkah seribu. Tapi bukannya menjauh ternyata kami hanya lari ditempat, seperti ada yang menahan kami.
Aku, imam dan adi memberanikan diri untuk menengok kebelakang, dan benar saja kami melihat lentera itu dipegang oleh manusia tanpa kepala.
“waaaa waaaa” kami bertiga teriak sekeras – kerasnya. Setelah itu kami langsung lari sekencang – kencangnya, kayu, duri kami trabas tanpa basa – basi tanpa ada rasa sakit, yang kami rasakan hanyalah rasa takut dan segara pergi.
Nafas kami terengah – engah sesampainya di pos ronda, rasanya seperti nyawa mau melayang. Riko langsung berkata “ada apa ada apa, apakah ada maling”.
Dengan nada terbata – bata imam menjawab “ka ka kami melihat hantu lentera tanpa kepala dikebun sana”. “ah, masa” kata dani. “kalo kamu tidak percaya, coba kamu lihat sendiri disana” jawab ku.
Akhirnya riko, dani dan badu pergi kekebun dimana aku, imam dan adi melihat hantu lentera tanpa kepala. Mereka akhirnya sampai dikebun itu. Dani berkata kepada riko dan badu “mana, katanya ada hantu lentera kepala tanpa kepala”.
“Ia…!, katanya ada hantu” sahut riko. Setelah melihat – lihat kesana – kemari mereka tidak menemukan hantu lentera tersebut.
Akhirnya mereka kembali lagi ke pos ronda. Setelah sempai di pos ronda dengan nada sombong dani berkata “tidak ada apa – apa kok, jangan – jangan kamu cuman bercanda untuk menakut – nakuti kami”.
“It it itu han ha han” kata badu sambil menunjuk ke atas genteng. “kamu mau bilang apa to” kata riko sambil menepuk pundak badu. “itu hantu lentera tanpa kepala ada diatas genteng” kata badu sambil berlari. Mereka semua teriak “waaaa,, waaa, waaaa”
---oOo---