Rindu Tertinggal di Kota Gudeg

Karangan cerpen tentang Yogyakarta berikut ini hanya imajinatif atau fiksi. Maaf sebelumnya jika mungkin karangan tersebut tidak begitu pantas untuk dibagikan sebagai sebuah karya cerpen. Judulnya "Rindu Tertinggal di Kota Gudeg". 

cerpen tentang yogyakarta

Penulis hanya berharap cerita rindu tertinggal di kota gudeg yang diangkat bisa menjadi sedikit hiburan bagi rekan pengguna internet yang mungkin kangen Jogja. 

Inti ceritanya, cerita pendek berikut ini berisi pengalaman liburan dua orang remaja yang sahabatan dan mendapatkan cerita yang menarik di akhir liburan. 

Kalau berkaitan dengan remaja bisa ditebak mungkin, tak jauh-jauh dari asmara. Tapi bagus kok. Belum lagi, rencananya cerita pendek berikut akan dimuat langsung dalam dua bahasa. 

Pertama menggunakan bahasa asli yaitu bahasa Indonesia dan rencananya akan disertakan juga terjemahan bahasa Inggris. Supaya tidak terlalu lama, silahkan bagi yang ingin membaca versi cerpen asli berikut.

Rindu Tertinggal di Kota Gudeg
Cerpen tentang Yogyakarta

“Plak… plak… plak….”, sepatu hak tinggi Deo berdetak, beradu dengan pelataran paping di halaman kampus. Berjalan pelan ia menuju ke taman depan sambil menenteng beberapa buku. 

Di bahu kirinya tergantung tas kulit modis yang serasi dengan busana kasual yang ia kenakan. Tangan kanan-nya menggenggam. Berayun ke depan dan kebelakang bergantian.

Ia kemudian merebahkan tubuhnya di salah satu kursi taman yang terbuat dari bambu. Masih dengan tas tersangkut di pundak. Ia meletakkan beberapa buku yang ia pegang. 

Meraih salah satu buku kecil berwarna pink. Tangannya terampil membuka halaman tengah buku tersebut yang sebagian dilipat.

Sejenak, matanya mulai mondar-mandir dari kiri ke kanan mengikuti deret tulisan yang ada di buku kecil tersebut. 

Deo begitu konsentrasi menikmati setiap ukiran-ukiran yang ada di kertas tersebut. Tak sedikit pun matanya berpaling ke arah lain meski banyak orang melintas bahkan menepuk pundaknya. 

Sesekali ia hanya melambai pada rekan lain yang menyapa dia.
“Deo….! Sudah lama?”
“Lumanyun….”

“Lumayan kale… jadi lebai deh sekarang karena sering baca roman…”
“Ah, sensi loe….”

“Udah ah, yuk ke kantin. Laper nih…!”
“Duduk dulu napa. Gue yang dari tadi nungguin loe aja enggak sewot, santai…”
“Uh… sudah, sudah yuk…”

Shally segera merebut buku yang dipegang Deo dan segera berlari kecil meninggalkannya menuju kantin. 

Dengan sedikit sebal Deo terpaksa beranjak, mengejar pelan. Sesampainya di kantin, Shally segera memesan dua gelas jus buah.

“Eo, mau bakso enggak kamu?” “Kamu aja lah, lagi males…”. Sembari menunggu pesanan, Deo kembali melanjutkan buku kecil yang ia baca sebelumnya.

“Eh, Shall, liburan ini enak-nya kemana ya. Bosan di sini-sini aja…”
“Ikut gue aja, tenang. Kita liburan ke Jogja aja…”
“Gila loe. Jauh amat jeng…”
“Sekali-kali Eo… kita kan udah lama tidak menikmati liburan yang sebenarnya”
“Jadilah, aku ikut. Tapi bayarin ya!”
“Uh dasar kamu ini…”

Satu minggu berselang. Deo dan Shally pun berangkat ke Jogja. Mereka berniat menghabiskan libur semester untuk beberapa hari di kota gudeg Yogyakarta. 

Tujuan pertama, Shally mengajak Deo berkunjung ke tempat kakaknya yang ada di Yogyakarta. Hari pertama mereka habiskan untuk menikmati suasana hangat dari keluarga kakak Shally.

Hari berikutnya, Shally jalan-jalan ke berbagai tempat menarik yang jarang dikunjungi Deo. 

Sampai suatu sore, setelah menghabiskan waktu santai di Malioboro Jogja, pulangnya tak sengaja dia bertabrakan dengan seorang pria yang berjalan sendiri.

Lucunya, pria itu langsung bertingkah sangat aneh, salah tingkah. Meminta maaf dan menyebutkan namanya mengajak kenalan.

“Sekali lagi maaf ya. Aku Dorant…”, ucap pria tinggi semampai itu. “Deo…” jawab Deo singkat sedikit canggung. Pria itu kemudian menolah kea rah Shally. 

“Shally…” ucap Shally sembari mengulurkan tangan. Sekali lagi, pria itu menyebutkan namanya.

Kebetulan satu arah, mereka kemudian menyusuri jalan dengan santai bertiga. Tak terasa, jauh, jauh, jauh, ternyata pria itu pun searah dengan rumah kakak Shally. 

Akhirnya mereka pun jalan bersama sambil terus berbincang kecil.

Ketika hendak berpisah, pria yang bernama Dorant tersebut memberanikan diri meminta pin bb. Pertemuan itu pun berlalu begitu saja.

***

“Santai, habis-habisin aja. Besok kita keliling Jogja lagi ya…”, ucap Shally. “Siapa takut…” jawab Deo sembari berlagak seolah mau berantem. 

Di hari berikutnya, Deo dan Shally kembali tak sengaja bertemu dengan Dorant. Sebuah kebetulan yang unik sehingga membuka peluang kisah fantastik.

Berjalan seperti biasa, seperti umumnya orang yang baru kenal. Ada basa-basi, ada malu-malu da nada perasaan kurang nyaman dan sebagainya. 

Lain hari, ketika Deo dan Shally sedang menikmati pemandangan sore, tiba-tiba datang Dorant menyapa dari belakang.

Tiga pertemuan terjadi antara Deo, Shally dan Dorant sampai akhirnya mereka pulang ke rumah. Liburan di Yogyakarta telah usai. 

Yang ada tinggal kenangan. Minggu sore, Shally dan Deo santai di rumah Shally. Mereka sibuk dengan ponsel masing-masing setelah letih bercanda ria.

“Eh, Eo, coba lihat. Ada foto kamu sama pria misterius…. Siapa ini sih?”
“Misterius apaan sih, coba lihat…”
“Ini, coba deh… siapa coba?”

“Ah, itukan anak jadul yang kenalan sama kita waktu itu….”
“Oh…iya, iya aku ingat. Dorant kayaknya ya…. Kok…”

“Kok apa sih….”
“Eh, kapan kamu foto sama nih anak. Kok gue enggak ada sih?”
“Terang aja loe enggak ada orang loe yang ngambil foto-nya… gila loe!”

Tak terasa, Shally dan Deo pun membicarakan pria yang bernama Dorant itu sampai ke akar-akarnya. “Dilihat-lihat, ganteng juga nih anak… he… he… he…”, ucap Shally. “Dasar loe….”, jawab Deo sambil menjambak rambut sahabatnya pelan.

“Eh, tapi bener kok, coba deh lihat lagi foto anak itu sama kamu… serasi abis kok….”, ucap Shally lagi. 

Melihat sahabatnya mulai mengejek dia, Deo pun hanya tersenyum simpul. Tak mau lebih lanjut membahas orang yang jauh di sana.

****

Waktu berlalu. Deo dan Shally mulai menjalankan rutinitas seperti biasa. Begitu juga dengan Dorant yang ada di belahan bumi lain. 

Tak disangka. Foto yang tertinggal di ponsel Deo mengusik hati dan perasaannya. Mulanya sekali dua kali, lama-lama hampir setiap malam Deo menyempatkan diri menikmati foto tersebut.

Kadang Deo mulai tersenyum sendiri. Tapi tiba-tiba wajahnya manyun. Sedih. Seiring waktu berjalan, timbul getir di hati Deo. 

Ada perasaan kuat ingin bertemu dengan sosok pemuda misterius itu.

Semakin hari, wajah itu semakin jelas dalam bayang dan angan Deo. Beberapa kali ia mencoba memberanikan diri untuk menghubungi Dorant. 

Tak berani, ia ciut membayangkan senyum yang pernah ia lihat.

---oOo---

Jadi, rencana untuk cerpen ini memang akan digunakan sebagai bahan belajar sekaligus bahan hiburan. 

Untuk yang menggunakan bahasa Indonesia harapannya bisa menjadi hiburan di kala senggang menjadi bahan bacaan yang menghibur. 

Sedangkan yang versi Inggris tujuannya untuk latihan bahasa Inggris. 

Meski begitu. Mengingat cerita ini saja sudah cukup panjang. Maka versi kedua belum bisa langsung disertakan dalam satu pembahasan ini. 

Bagi rekan pembaca yang sudah membutuhkan cerpen bahasa Inggris tentunya bisa lebih dulu download cerpen versi inggris-nya melalui tautan yang sudah disediakan.

Lain waktu, jika sudah memungkinkan maka dua versi tersebut akan digabungkan menjadi satu sekaligus. Atau kalau tidak rekan semua bisa menyalin dua versi ceritanya dalam sekali waktu. 

Dengan begitu waktunya bisa lebih efektif dan tidak perlu mondar-mandir ke sana kemari mencari cerita yang dibutuhkan. Itu saja, semoga berkenan!

Back To Top