Mungkin Nanti, Cerpen tentang Pendidikan

Cerpen pendidikan masih menjadi topik pembicaraan yang ada pada kesempatan ini. Kali ini judulnya agak sulit ditebak. "Mungkin nanti", terdengar seperti tidak ada hubungannya dengan pendidikan ya?

Cerpen tentang Pendidikan
Contoh Puisi tentang Pendidikan: Mungkin Nanti
Tapi jangan salah, isi di dalam karangan ini rupanya berkaitan dengan belajar. Ternyata alurnya mengisahkan tentang seorang siswa dalam usahanya mencari ilmu. 

Bagus, tidak seperti yang sudah ada sebelumnya. Tentu ini akan menjadi hal yang bisa menyegarkan untuk dinikmati. Tapi, sebelum sampai kesana mari kita cek juga beberapa karya sebelumnya di bawah ini.

3) Cerpen pendidikan moral
4) Kumpulan contoh cerpen
5) Cerpen pendidikan lucu
6) Cerpen tema persahabatan
7) Download cerpen pendidikan
8) Cerita fiksi tentang pendidikan
9) Cerpen tentang pendidikan karakter
10) Cerpen singkat pendidikan dan unsur intrinsiknya

Satu dua judul bisa menjadi tambahan untuk kita semua. Dalam kisah kali ini sepertinya penulis ingin mengajak kita untuk lebih rajin dan lebih giat dalam menuntut ilmu.

Generasi penerus, sebagai anak muda tentu kita wajib berusaha sebaik mungkin demi cita-cita yang besar. Kelak kita yang akan memimpin dunia ini. Ingat itu, tidak ada kata malas, mari terus berjuang!

Mungkin Nanti
Cerpen tentang Pendidikan oleh Irma 

Berjalan menerobos guyuran mentari yang terik, Ninie seperti tak pernah lelah. Saat teman-temannya kehilangan semangat belajar, ia justru terbakar semangat. Kerikil tajam di jalan itu juga tak menyurutkan niatnya. 

Daun menguning, bertebaran menyambut musim. Ninie terus menyusuri jalanan desa. Menuju sekolah ia semangat hendak mengikuti les gratis yang diadakan beberapa guru. 

“Pak… bolehkan saya ikut les bersama yang lain?” 
“Ya… tentu boleh” 

“Tapi pak, saya masih kelas satu. Boleh ya pak?” 
“Loh… ini kan les untuk kelas tiga nak?” 

“Iya pak, tapi saya ingin ikut. Untuk mengisi waktu luang saja. Boleh ya pak?” 
“Nanti kamu bingung, tidak bisa mengikuti?” 

“Tidak apa-apa pak, hitung-hitung buat pemanasan” 
“Ya sudah kalau kamu memaksa… kamu boleh ikut” 

Ninie mengalahkan ego dan menyisakan cibiran sebagai bonus. Tapi ia percaya diri. Ia segera mengambil tempat duduk dan siap menyimak materi les yang akan diberikan. 

Angina sepoi mulai menyapu bumi. Matahari sore mulai menampakkan nyali. Cahayanya ceria, seperti tak sabar untuk segera beristirahat, berselimut malam. 

Pelajaran les akhirnya selesai. Ninie membereskan buku catatan miliknya. Ia tersenyum puas bisa mengikuti sampai akhir pertemuan pertama tersebut.

“Alhamdulillah… aku tidak pingsan karena materi les ini…” ucapnya dalam hati. 

“Bagaimana Ninie, bisa mengikuti les ini?” tanya bapak guru yang mengajar les. “Bisa pak… bisa pingsan…” ucapnya sembari tersenyum malu. 

“Bapak kan sudah bilang tadi… tapi kamu memaksa…” lanjut pak guru. “Iya, bapak benar. Tapi tidak apa-apa pak, saya masih bisa berdiri. Saya akan ikuti kelas ini sampai selesai”, ucap Ninie mantap. 

Bapak guru tersenyum sembari meninggalkan Ninie. Ninie segera beranjak dan meninggalkan kelas, pulang. 

Beberapa minggu berlalu, Nini sebagai murid kelas satu bisa mengikuti les untuk kelas tiga. Meski tidak banyak yang bisa ia pahami tapi ia bersyukur dan sangat senang dengan apa yang didapat. 

Semangatnya pun menjadi. Ia terus ingat dengan cita-citanya menjadi seorang dokter. Ya, meski anak tukang ojek sekalipun boleh kan bercita-cita tinggi? 

“Pak… bu… aku sudah tidak sabar. Aku ingin cepat lulus sma. Biar bisa segera masuk kuliah…” 

“Walah ndok… kuliah pakai apa. Bapak hanya kuli ojek gini…” 

“Eh… bapak. Tidak boleh begitu. Rezeki anak siapa yang tahu. Yang penting dia semangat…” 
“Kalau biaya kan bisa dicari sih pak…” 

“Iya benar Nak… bapakmu memang tukang ojek tapi kamu tidak boleh minder. Semangat ya” 
“Iya bu…” 

“Tapi… kamu harus sabar. Semangat. Kamu kan baru masuk sma. Masih dua tahun lagi” 

“Benar kata ibumu nak… sukses itu bukan dinilai dari hasilnya saja. Untuk mendapatkan hasil terbaik maka kamu harus fokus pada proses yang baik pula…” 
“Iya pak…” 

Tak ada yang lebih menggembirakan dari melihat anaknya semangat belajar. Meski perjuangannya sangat keras. 

Ibu dan bapak Ninie terus memberi dukungan pada anak semata wayangnya. Mereka tidak mau anaknya minder dan putus asa. 

---oOo--- 

Sebagai teman santai, cerpen pendidikan ini tentu akan cukup menarik. Lagi pula, kalau kita menikmati cerita yang itu-itu saja tentu bosan.

Sekali-kali kita santai tapi sambil belajar. Membaca cerpen kan juga ada manfaat belajarnya, benar kan? Kita bisa belajar menulis, kita bisa juga belajar analisis. Pokoknya banyak.

Kami berharap karya sederhana ini bisa menjadi tambahan bahan bacaan serta sarana belajar bagi kita semua. Yang lain silahkan dicek saja berdasarkan kategori yang diinginkan. Cukup sekian, salam hangat!

Back To Top