Mendaki Gunung Rinjani, Contoh Pengalaman

Contoh cerita pengalaman sesuatu yang menarik, kalau kita suka membaca hal itu cukup menggoda untuk dibaca, benar tidak? Iya benar, kali ini kita akan menikmati sebuah kisah singkat berkaitan dengan hal itu

Contoh Pengalaman
Contoh Cerita Pengalaman: Mendaki Gunung Rinjani
Siapa yang tak tahu Rinjani, pasti pernah mendengar bukan? Wajar, kalau menurut Wikipedia, Rinjani adalah gunung yang ketinggiannya mencapai 3.726 dpl dan merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia.

Ada sebuah kisah menarik tentang itu, kita akan mengikutinya sembari santai bersama. Melalui cerita pengalaman ini kita akan dibawa untuk ikut merasakan bagaimana sensasi yang ada. 

Pertama kali ikut mendaki gunung, bagaimana rasanya ya berada di wilayah gunung tersebut? Sebelum kita kesana mari kita lihat juga beberapa contoh yang sudah disiapkan berikut ini.

1) Contoh pengalaman liburan
2) Contoh pengalaman pribadi singkat
3) Contoh pengalaman liburan singkat
4) Contoh pengalaman yang mengesankan di sekolah
5) Contoh pengalaman singkat yang mengesankan
6) Contoh pengalaman pribadi yang unik
7) Contoh pengalaman liburan ke pantai
8) Contoh pengalaman liburan lebaran

Siapa tahu ada yang butuh lebih dari satu cerita makanya disertakan juga beberapa pilihan lainnya. Kalau tidak suka dengan yang ada pada judul di atas silahkan baca langsung pengalaman berikut!

Mendaki Gunung Sinjani
Kisah Pengalaman Tak Terlupakan

Hai, kalian pernah mendaki gunung tidak? Pasti pernah ya meski sekali? Benar, aku juga punya pengalaman menarik seputar pendakian. Pengalamanku itu tidak akan terlupakan, bahkan sampai aku hilang ingatan sekalipun.

Satu tahun yang lalu, ketika aku duduk di kelas dua sma, aku bersama teman-teman pecinta alam mendaki gunung.

Gunung Rinjani adalah gunung yang kami pilih. Tapi, semua berjalan tidak sesuai rencana. Kejadian di pendakian sungguh tak terduga.

Jauh sebelum kejadian, aku adalah siwa penakut yang sama sekali tidak hobi berada di lapangan, di luar rumah seperti anak-anak lain. 

Tapi, semua berubah ketika aku kenal teman baru bernama Andika. Ia merubah cara pandangku terhadap dunia luar. “Ton… ikut ya, camping itu menyenangkan loh. Seru abis!”, ajak Andika kala itu.

Tentu saja aku langsung menolak tegas, “enggaklah… kurang kerjaan!”, jawabku. 

“Udahlah… kamu belum tahu sih. Coba aku tanya, kapan terakhir kamu pergi ke hutan, ke sawah, kebun atau gunung mungkin?

Pernah tahu bagaimana senangnya mencapai puncak gunung yang tinggi atau mandi di bawah air terjun yang deras?” tanya Andika.

Aku terdiam. Aku memang belum pernah melakukan hal-hal seperti itu. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku di rumah, bermain game atau lainnya.

“Ya sudah… besok ikut aku ya?”

“Kemana?”

“Jalan-jalan saja, melihat anak-anak camping. Besok kan malam minggu, pasti asyik”

Akhirnya, malam minggu itu aku ikut Andika, dengan sedikit terpaksa sih. Di sanalah aku mulai tertegun. Aku melihat anak-anak bernyanyi dan bersorak dengan sangat riang dan gembira. 

Salah satu dari mereka, meski enggak kenal, bahkan langsung menggandeng tanganku dan mengajakku bergabung. 

Terbawa suasana, aku ikut cengar-cerngir, ikutan tertawa dan berteriak. Sejak saat itu Andika mulai sering memaksaku ikut bergabung dengan kegiatan pecinta alam. 

Aku sering menolak, itu pasti. Aku tidak mau terlibat langsung tapi untuk menghormati Andika aku juga sering turut serta bergabung, meski tidak resmi jadi anggota pecinta alam. 

Waktu berlalu, aku semakin dekat dengan anak-anak pecinta alam. Aku mulai merasakan keceriaan yang mereka rasakan. Bahkan ada sedikit rindu ketika lama tak ada kegiatan semacamnya.

Tahun berganti, liburan sekolah di mulai. Akhir liburan anak-anak mengadakan kegiatan. Kali ini beda, lebih agak jauh dan lebih menantang. “Ton… besok kita ke Rinjani. Siap-siap ya!”, ucap Andika padaku.

“Eh…Rinjani apa sih!” tanyaku tak mengerti. 

“Besok kita akan mendaki gunung Rinjani. Kamu harus ikut!” jawabnya.

“Ha… tidak, tidak, tidak…! Aku tidak mau. Aku paling anti gunung. Tidak…!” jawabku

“Pokoknya harus…!” paksa Andika

“Tidak… itu kan bahaya untuk anak-anak seusia kita Dik”, ucapku

“Sudah… tidak seperti yang ada dibayangan kamu kok. Ini bukan pendakian bunuh diri. Tenang saja” Andika menjelaskan.

Dengan perasaan campur aduk, aku akhirnya kalah. Aku ikut bergabung dengan mereka. Dalam perjalanan, aku merasakan sesuatu yang berbeda.

“Wah… seru juga ya… asyik!”, gumamku dalam hati. Dari mulai start sampai mendekati lokasi, kami semua bergembira. Kebersamaan dan kehangatan sangat terasa diantara kami.

Itu adalah perjalanan pertamaku yang sempurna, aku melewati pagi, siang dan malam sekaligus bersama mereka. Aku terkesan dengan kebersamaan itu. Kita semua bahu membahu, saling membantu.

Malam pertama kami menginap di kaki gunung, menikmati satu siklus putaran 24 jam dengan kehangatan. 

Hari kedua, hatiku mulai bergetar. Nyaliku mulai ciut. Mereka mengatakan akan mulai mendaki. Aku mulai membayangkan banyak hal, hal yang menakutkan. 

Hari kedua dimulai, kami mulai menyusuri kaki gunung. Tentu saja sambil bersantai, menikmati kesejukan dan suasana yang ada. 

Kami berjalan pelan, sore hari kami juga belum sampai dimana-mana. Masih di kaki gunung. Sampai hari terakhir aku tidak tahu bahwa pendakian hanya sampai di kaki gunung saja. 

Ternyata, tujuan acara itu hanya untuk kebersamaan, bukan untuk menakhlukkan tingginya Gunung Rinjani. 

Banyak hal yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata. Suasana tersebut benar-benar berkesan. Mungkin bukan karena pendakiannya tetapi lebih pada kebersamaan antara sesama dari kita.

Begitulah, pengalaman mendaki gunung – eh tepatnya mendaki kaki gunung – yang aku alami begitu berkesan.

Sejak saat itu, aku tidak pernah melewatkan satu kegiatan pun. Aku menjadi salah satu bagian dari siswa pecinta alam yang aktif.

---oOo---

Sungguh, masing-masing orang tentu memiliki pengalaman sendiri-sendiri. Pengalaman bisa menyenangkan, menyedihkan dan lain sebagainya. Yang jelas, ada hikmah dan pelajarannya.

Sangat sederhana sekali ya? Menceritakan pengalaman sendiri caranya memang beda-beda. Tiap orang memiliki gaya tersendiri. Bagaimana dengan rekan semua?

Dari contoh pengalaman di atas tentu kita bisa belajar. Rekan pelajar yang sedang belajar menulis atau mengarang bisa mempelajari cerita di atas. Lainnya juga masih ada, jika diperlukan silahkan cek juga.

Back To Top