Di Tempat Kursus Bahasa Inggris

Di Tempat Kursus Bahasa Inggris, Aku Mendapat Cinta dan Kemampuan – Nora keluar dari mobilnya, berlari menuju ke sebuah gedung berlantai dua di pusat kota. Tampak ia membawa sebuah tas kecil di tangan kanan, sedang tangan kirinya mengapit tiga buah buku tebal.

Di Tempat Kursus Bahasa Inggris, Aku Mendapat Cinta dan Kemampuan

Rambutnya diikat satu, dikuncir. Geraknya meliuk melewati banyak orang yang lalu lalang. Sesampainya di lantai dua, ia segera menuju ke sebuah ruangan. 

Ia mengetuk pintu, sorry sir, I am late. May I came in?”, ucapnya setelah seseorang dari dalam membuka pintu. 

Tak ada jawaban, pria yang membukakan pintu tersebut hanya mengangguk, dingin. Nora segera mencari kursi kosong dan menempatinya. Beberapa pasang mata mengamatinya menuju tempat duduk. Ia sedikit canggung, tiga pertemuan ini ia sudah telat. 

Dasar Nora, meski baru beberapa bulan mengikuti kursus, ia sudah mampu beradaptasi. Ia juga sudah bisa berkomunikasi dengan lebih santai. Tidak begitu canggung seperti sebelum ia datang ke tempat itu. 

Hari itu adalah hari Kamis, ia menyelesaikan hari kedua kursus bahasa Inggrisnya dalam satu minggu. 

“Ingat, bahasa Inggris sekarang ini sudah seperti makan. Kamu harus bisa, tak peduli bidang apa nanti yang akan kamu geluti.”

Nora ingat benar dengan apa yang dikatakan ayahnya. Karena itulah ia bekerja keras. Ia belajar sungguh-sungguh untuk bisa berbahasa Inggris dengan baik. 

Disela-sela waktu belajarnya di sekolah, Nora tak mengenal lelah dan mengambil kelas khusus bahasa Inggris.

Dengan kemampuannya sekarang, ia bukan hanya terkenal di sekolah karena kecantikannya tapi juga dengan kemampuannya. 

Ia juga semakin percaya diri. Ia sering diminta untuk memberikan contoh di depan kelas, bercakap-cakap dengan guru bahasa Inggrisnya. 

Sekitar jam enam tiga puluh, sore, Nora keluar dari lokasi kursus dan langsung menuju mobil. Ia harus buru-buru pulang karena ayahnya pasti sudah menunggu di rumah. 

Kakinya melangkah cepat, tak sadar ada orang yang juga berjalan ke arahnya. “Brak…” ia menabrang pria itu. Buku ditangannya pun terjatuh berantakan. 

“Aduh… maaf… maaf… aku enggak sengaja”
“Enggak apa – apa…”

“Sekali lagi maaf ya…”
“Iya.. it’s ok…”

Sembari memunguti bukunya yang terjatuh ia segra meminta maaf kepada orang yang telah ia tabrak. Setelah itu, ia bangkit dan kembali berjalan setengah berlari. 

Sampai di tempat parkir, Nora langsung meluncur ke mobilnya. Sekali lagi, ia tak menyadari ada orang yang melintas. 

“Agh…”, kali ini lebih parah. Seorang pria di tabrak sampai terpelanting ke belakang. Ia pun juga terjatuh. 

“Aduh… duh…duh…” ia berteriak spontan. Hanya buku yang berantakan, tapi tidak dengan pria itu. Pria itu terduduk seolah sedang menenangkan diri. 

Melihat orang yang ditabraknya belum juga bangkit, Nora segera bangkit dan mohon maaf. “Aduh… maaf ya, aku enggak sengaja. Loh, bapak kan…?”, ucap Nora terkejut ketika melihat siapa yang ia tabrak.

Ternyata, pria yang ia tabrak adalah guru pengajar di kelas kursus bahasa Inggrisnya. “Aduh… maaf…. Maaf ya pak…”, ucap Nora dan langsung menunduk berniat membantu pria tersebut. 

“Lain kali kalau jalan lebih hati-hati ya. Untung saja tidak mengenai mobil ini. Kalau sampai kena dan tergores, kamu mau ganti…”, ucap pria tersebut.

Nora melirik ke arah mobil yang dimaksud. Ia tersenyum kecil, “enggak apa-apa pak… kalau kena mobil itu, aku enggak perlu ganti, bapak juga enggak perlu ganti…” ucap Nora. “Mari pak saja bantu…”

Pria itu membiarkan Nora membantunya berdiri tanpa berkata-kata. Wajahnya tetap datar, ekspresi yang sangat dingin bahkan untuk seorang gadis remaja seperti Nora sekalipun. 

Biasanya Nora cuek, jutek tapi kali ini tidak, tidak bisa. Ia harus memastikan bahwa ia tidak melukai atau merugikan orang tersebut. 

Sesaat, mata Nora dan pria itu beradu. Grogi, tentu saja. Sebagai seorang murid kursus tentu saja ada rasa grogi yang Nora rasakan. Tapi ia juga sempat kesal. Guru kursus-nya kalem dan terlalu cuek. Tapi justru itu ia tampak menarik. 

Dasar remaja. Tak perlu waktu lama, Setelah kejadian itu Nora mulai berangan-angan. Ia mulai membayangkan wajah tutor-nya yang mengundang tanda Tanya dan rasa penasaran. 

“Baru kali ini aku lihat cowok, cuek sama aku. Tak bergeming sama sekali. Biasanya satu dua kali bertemu cowok pasti akan menggodaku, paling tidak akan bilang aku cantik”, ucap Nora sendirian di dalam kamar.

Siapa yang tahu, hati seseorang tak ada yang tahu. Sikap cuek dan dingin sang guru tersebut ternyata ada alasannya. Guru yang ternyata masih single tersebut rupanya sudah menyimpan rasa sejak pertama kali Nora masuk ke kelasnya. 

Gayung bersambut. Seiring berjalannya waktu, Nora menunjukkan tanda-tanda bahwa ia memiliki perasaan lebih pada sang pria tersebut.

---oOo---

Back To Top