Kisah Sukses Edi Juwandi Bakar Ijazah untuk Kerajinan Bonggol Jagung – Kisah sukses Kang Edi ini diungkapkannya di acara Kick Andy pada 14 November 2014 yang silam. Pada saat itu, kalau tidak salah acaranya bertajuk Sampah Membawa Bekah. Ada beberapa hal menarik yang perlu di kupas dari kisah hidup kang Edi tersebut. Ingin tahu seperti apa?
Pria paruh baya yang satu ini terakhir bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan multi nasional. Namun seiring berjalannya waktu, ia memutuskan untuk berhenti, mundur dari posisinya yang cukup mentereng tersebut.
Sebenarnya apa alasannya sehingga kang Edi tadi keluar dari perusahaan? Tak lain tak tak bukan, kang Edi sepertinya mendambakan sebuah kebebasan, kemandirian dalam menjalani pekerjaan.
Sebuah langkah yang sangat berresiko, mengingat di negara ini mencari pekerjaan merupakan hal yang sulit, apalagi dengan ijazah pas-pasan. Tetapi, kang Edi bukanlah orang bodoh. Ia akhirnya menemukan jalan yang dicari, akhirnya sukses berdiri di atas kaki sendiri bahkan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Bicara mengenai kisah hidup kang Edi, ada hal menarik yang patut di bahas. Ternyata, kang Edi ini nekad membakar semua ijazah yang ia miliki. Mulai dari ijazah paut sampai ijasah S1 dari jurusan manajemen industri, semua ia bakar.
Alasannya, sudah jelas. Ada kekecewaan yang ia rasakan pada sistem rekruitmen yang ada di Negara kita. Di negara kita, kemampuan seseorang masih dinilai dari ijazah yang dimiliki. Padahal menurutnya, akan lebih sesuai jika melihat seseorang dari kemampuan yang dimiliki.
Bagaimana awal kisah sukses pengusaha bonggol jagung tersebut? Ternyata, perjalanan panjang harus dilalui oleh kang Edi. Menurut pria asal Bogor Jawa Barat tersebut, waktu itu ia diberi sebuah contoh kerajinan dari bonggol jagung.
Pemberian dari teman tersebut ia lupakan begitu saja sampai akhirnya 2 bulan kemudian ia baru sadar dan tahu bahwa kerajinan tersebut terbuat dari bonggol jagung. Dari sini jelas sekali bahwa kerajinan itu cukup indah dan menarik sampai-sampai tak dikenali lagi asalnya dari sisa barang tak terpakai.
Apakah setelah kang Edi langsung memulai bisnis kerajinan dari bonggol jagung? Ternyata tidak, perlu waktu lama untuk meyakinkannya bahwa kerajinan itu adalah pilihan yang tepat.
Dari situlah awalnya beliau mulai tertarik dan mempelajari lebih jauh tentang bonggol jagung. Dua tahun ia lalui untuk mengenal lebih jauh bahan yang akan ia gunakan untuk kerajinan.
Bukan tanpa alasan, pasalnya ia tahu benar bahwa bonggol tersebut merupakan bahan yang mudah jamuran. Dari tahun 2008 sampai bulan Maret tahun 2010 ia mempelajari bonggol jagung.
Pada akhirnya, ia dapat mengatasi masalah utama dari bahan baku bonggol jagung untuk kerajinan yang akan dibuat yaitu masalah jamur. Setelah itu, mulailah ia menjadi pengrajin dan menghasilkan berbagai aneka kerajinan bernilai ekonomi tinggi dari bahan yang tidak dipakai tersebut.
Di tangan lulusan manajemen industri tersebut, bonggol jagung yang awalnya hanya untuk campuran pakan ternak akhirnya bisa disulap menjadi barang yang laku dijual.
Pada perkembangannya, kang Edi akhirnya semakin mahir dalam membuat kerajinan tersebut. Ada banyak sekali jenis karajinan yang dihasilkan mulai dari berbagai jenis cup lampu, tempat tisu dan lain sebagainya.
Bahkan saat ini, dari tangan beliau, bonggol jagung menjadi kerajinan yang harga termurahnya sampai Rp. 100.000. cukup besar bukan nilainya? Sampai dengan saat ia tampil di acara Kick Andy, ia sudah mulai mengembangkan sayap.
Kang Edi mulai berkeliling untuk mengajarkan bagaimana membuat kerajinan tersebut. Ia mulai menularkan ilmunya kepada orang lain dengan harapan kelak orang-orang tersebut bisa menjadi mitra atau plasma pada bisnis yang ia kembangkan.
Apa yang dilakukan oleh Kang Edi tersebut merupakan sesuatu yang bisa dijadikan motivasi dan inspirasi. Jelas sekali bahwa beliau dapat mempertanggungjawabkan keputusannya keluar dari perusahaan dan menjadi seorang pebisnis.
Dua tahun bukan waktu yang sebentar bagi kang Edi untuk mempelajari bahan baku yang akan digunakan dalam bisnisnya. Keyakinan, optimisme dan kerja keras kini mampu membuat kang Edi sukses berdiri di kaki sendiri, seperti apa yang diinginkan sebelumnya.