Mau baca cerpen tentang anak manja yang suka marah pada orang tuanya? Cerita pendek berikut ini bagus. Isinya tentang seorang anak yang marah karena tidak mendapatkan izin untuk liburan bersama teman - temannya. Mau tahu bagaimana serunya kisah tersebut, simak berikut.
Cerita anak marah karena tidak diizinkan liburan dengan teman |
Sore itu hujan turun dengan derasnya, temanku andi bergegas pulang untuk menyampaikan surat dari bapak guru yang akan menskorsnya.
Andi disekolah adalah anak yang cukup nakal. Ia sering membantah guru dan membolos sesuka hati, sedangkan ibunya menyuruh ia untuk disiplin.
Berlari ia menuju halte bis yang tidak jauh dari gerbang sekolah kami. Ku lihat andi menghampiri ku yang saat itu aku pun sedang menunggu angkot.
Kusapa dirinya, "hai andi, mengapa kamu tergesa gesa". Iya menjawab "aku di skors lagi bro, dikasih surat lagi aku dari sekolah.
Ku bertanya"mengapa bisa kamu di skors lagi ". Lalu andi melanjutkan " aku ketauan mencium ririn saat jam pelajaran didekat kamar mandi oleh pak suroto.
"oalah pantesan, lagian kamu aneh mengapa bisa kamu mencium ririn. Aku melanjutkan percakapan.
Andi menjawab" la wajarlah dia pacarku, tentu aku ingin menciumnya." Hahaha andi andi kenapa kamu tidak berubah berubah.
Hujan sore itu tidak reda reda. Andi pun terus bercerita mengapa ia sifatnya sekarang seperti ini, begitu liar dan tidak peduli dengan orang tua.
Andi bercerita bahwa ia memiliki sifat seperti itu karena ia dulu tidak boleh ikut liburan oleh orang tuanya sedangkan ia begitu ingin ikut berlibur.
"aku dulu anak yang sangat manja, karena kemanjaanku, orang tua ku sampai sampai mengkawatirkan keadaanku kala aku ikut berlibur.
"semenjak itu aku memutuskan untuk tidak lagi menjadi anak yang manja, dan menjadi pemberontak dari keterkungkungan sifat itu.
Hingga aku lupa dan tidak lagi memperhatikan orang tua ku lagi." Andi bercerita. Aku pun menyahut "tidak baik ndi seperti itu.
"aku sebenarnya berfikir juga seperti itu, namun sekarang aku sudah menemukan duniaku walaupun aku ditentang oleh banyak orang.
Tanpa berkata banyak aku langsung menggeleng gelengkan kepalaku, mengapa andi bisa seperti sekarang ini, dari anak yang manja menjadi anak yang brutal. (Gunarto)