Kuasa-Mu, segala yang telah
menjadi kehendak Tuhan, Alloh SWT tidak akan pernah meleset dan menyimpang. Bila
Alloh menghendaki, tak ada yang mustahil, seperti mengangkat penyakit kanker
yang tak kunjung sembuh sekalipun.
Alloh menciptakan alam ini, dan
Ia memelihara semua yang ada didalamnya, seperti Ilham yang sedang dibersihkan
dosa-dosanya dengan sebuah penyakit yang tak kunjung sembuh. Ilham adalah sosok
pria yang bersahaja, namun ia pernah salah jalan.
Sebagai pria yang lahir dari
keluarga pas-pasan, ia bertekad untuk menjadi orang kaya. Kerja kerasnya
membuahkan hasil, tapi ia lupa bahwa Alloh melarang umatnya untuk berbuat
curang, culas dan tidak memiliki kasih sayang dengan sesama.
Hingga akhirnya, kebahagiaan dan
kebanggaan Ilham sebagai orang kaya sirna seketika. Awal tahun 2010 lalu ia
divonis menderita kanker prostat.
Mungkin Alloh sengaja menahan
Ilham agar tidak menjadi lebih liar dan lebih tidak manusiawi lagi dalam
menjalankan bisnis. Waktu berlalu dan pikiran Ilham kini hanya fokus pada
penyembuhan penyakit prostat yang ia derita.
Hidupnya mulai tak tenang, harta
yang ia miliki sediki demi sedikit berkurang, namun usahanya untuk sembuh tak
juga berhasil.
Agak aneh memang, semakin
menggebu keinginan Ilham untuk sembuh maka penderitaannya semakin besar. Tapi
sebaliknya, manakala ia tidak sibuk berobat, penyakit itu seolah berhenti dan
tidak memberikan rasa sakit atau tambah parah.
Singkat cerita, Ilham telah
menghabiskan sebagian besar hartanya. Kini keluarganya kembali seperti semula,
pas-pasan bahkan cenderung kekurangan.
Beruntung Ilham memiliki istri
yang sholeh, anak-anak yang berbakti sehingga semakin lemah fisiknya maka
semakin kuat ikatan kasih sayang diantara keluarganya.
“Ayah, besok kita berobat lagi,
ada salah satu tetangga yang menyarankan kita datang ke orang pintar”, ucap
suaminya suatu malam.
“Ah, sudahlah bu… Ayah sudah
pasrah…” jawab Ilham tak bersemangat
Sang istri tak lagi bisa membujuk
Ilham untuk berobat. Ia pun hanya bisa bergantung pada anak-anaknya.
“Jika ayah sudah tidak ingin
sembuh tidak apa-apa, kami ikhlas Yah, tapi tolong sekali ini saja kita datang
ke orang pintar itu. Bukan dukun Yah, beliau adalah kiyai, pemuka agama.” bujuk
anak bungsunya.
“Ya sudah, ini untuk kalian”,
jawabnya.
Ilham akhirnya diantar oleh
seluruh keluarganya menemui pak kiyai tersebut. Benar, disana Ilham menyatakan
sudah ikhlas menerima penyakit yang ia derita. Baginya ia hanya ingin fokus
memperbaiki diri, memperbaiki kesalahan. Jika memang kanker tersebut akan
menjadi jalannya untuk kembali pada Tuhan maka ia ikhlas.
“Jika bapak ingin sembuh, maka
dengan izin Alloh bapak akan sembuh”, sang kiyai pun berpesan kepada Ilham
untuk tidak sibuk menolak kehendak Alloh.
Akan lebih bijak jika Ilham sibuk
memperbaiki diri dan menjadi berguna dengan berbagai kebaikan. Mungkin saat ia
memiliki banyak harta ia tidak bisa menggunakan hartanya dengan baik.
Keluarga itu pulang tanpa ada
kejadian apapun, Ilham tetap masih merasakan penyakit yang menggerogoti
tubuhnya. Sampai suatu hari ia benar-benar telah siap menyambut maut.
Sore itu, ia merasa waktunya
sudah semakin dekat, ia pun memutuskan untuk jalan-jalan menghabiskan waktu
mengelilingi kampung, sekedar menyapa tetangga atau melempar senyum yang
mungkin tak berguna.
Sampailah ia di sebuah gubuk reot
yang hampir roboh. Langkah kakinya seperti dituntun untuk mendekati rumah
tersebut. Sampai di depan pintu ia terdiam, ia mendengar suara tangis lirih
dari dalam gubuk dengan masalah yang cukup berat.
Ia kemudian pulang. Di rumah ia
mengumpulkan anak dan istrinya, “jika ayah mati tanpa meninggalkan harta
sedikitpun, apa kalian ikhlas?”, ucapnya serius.
Akhirnya, setelah memberikan
sedikit pengertian kepada anak dan istrinya, ia kemudian ke kamar dan kembali
ke luar rumah.
Ia kemudian datang ke rumah itu.
Disana ia kemudian menceritakan tentang hidupnya yang tidak pernah bermanfaat
dan tidak pernah membantu orang lain. Akhirnya ia menyerahkan satu-satunya
tabungan yang tersisa untuk keluarganya kepada keluarga tersebut.
Awalnya keluarga itu mencoba
menolak namun akhirnya mereka ikhlas menerima bantuan Alloh yang datang melalui
Ilham. Seketika itu rumah itu pun riuh dengan suara isak tangis bahagia.
Sebuah buku tabungan senilai 100
juta lengkap dengan kartu ATM dan nomor pin didalamnya di pegang erat oleh sang
ibu. Sang ibu di rumah itu kemudian meminta anak gadisnya untuk mengambilkan
air putih untuk Ilham.
Bapak, kami tidak memiliki apapun
yang bisa kami berikan untuk membalas kebaikan bapak, hanya air putih ini. Di
atas air putih ini kami berdoa, semoga Alloh mengampuni dosa-dosa bapak dan
semoga Alloh memberikan kesempatan untuk bapak memperbaiki diri dan menjadi
muslim yang taat.
“Silahkan diminum pak…” ucap si
ibu itu mengakhiri perkataannya. Tiga tegukan air putih masuk ke tenggorokan
Ilham dan merubah seluruh jalan hidupnya.