Seandainya aku bisa memilih
bagaimana aku dilahirkan. Aku memilih lahir jadi anak pintar yang disayang
semua orang. Aku tidak minta jadi anak bodoh, kenapa aku selalu dihukum karena
kebodohanku!
Mungkin hanya orang tua, kakak
dan adikku yang tak pernah barucap kasar mengatakan aku bodoh. Tapi aku heran,
kenapa manusia lain tidak bisa menghargai. Satu langkah aku keluar rumah aku
mulai mendapatkan celaan.
Aku memang tidak pernah di pukul
atau dianiaya. Tapi bagiku hinaan sudah cukup perih, melebihi sayatan pisau.
“Dasar bodoh loe!”, apa kamu
pikir kata seperti itu tidak menyakitkan! “Lemot amat sih!”, kamu kira hal
seperti itu tidak menyakitkan.
Begitu bangganya kalian dengan
apa yang kalian punya. Padahal, selain otak yang kalian anggap cerdas kalian
tidak punya moral. Kenapa kalian membenci orang yang bodoh seperti aku.
Atau mungkin kalian sebenarnya
tidak membenci anak bodoh sepertiku. Tapi kenapa kalian selalu menjadikan aku
bahan tertawaan. Bukankah kalian juga sama sepertiku, makhluk lemah yang tidak
bisa lari dari kematian?
Bukan hanya teman sejawat yang
kadang membuat hati ini sakit. Bahkan ada juga guru yang memperlakukan kami
seperti sampah.
“Aku tidak pernah minta
dilahirkan seperti ini, seperti juga kalian. Jadi kita sama bukan?”
Maaf, sekali lagi maaf jika ada
kata dan kalimat dari mulutku yang tak berkenan di hati. Aku hanya ingin
mengatakan “aku bosan menjadi bulan-bulanan dan bahan candaan”. Mulailah
sedikit menghargai aku, seperti aku yang tidak pernah mencaci kentutmu yang
bau.