NaskahDrama tentang Keluarga Miskin – bicara mengenai kemiskinan memang memilukan dan sedih. Namun demikian, hal ini sudah menjadi bagian hidup yang mungkin tak dapat dihindari, ada miskin ada kaya seperti juga adanya kebaikan dan keburukan. Satu yang pasti bahwa kisah dalam drama berikut ini bisa dijadikan untuk bahan pembelajaran dan juga mengasah budi pekerti.
Naskah drama tentang keluarga untuk 10 orang berikut ini dikembangkan dari sebuah kisah cerita rakyat yang sudah cukup terkenal.
Cerita tersebut adalah sebuah cerita dari Aceh yang berjudul “Cerita Tujuh Anak Lelaki”. Kami secara khusus menghadirkan teks ini sebagai referensi media pembelajaran bagi rekan pelajar semua.
Dengan adanya teks contoh cerita drama ini diharapkan rekan pelajar bisa mendapatkan gambaran bagaimana menusun naskah dari sebuah kisah yang dipilih.
Tentu, contoh ini masih perlu banyak penyesuaian disana sini karena masih standar. Rekan semua bisa mengolah dan mengembangkan naskah ini menjadi beberapa jenis naskah berikut!
1) Naskah drama keluarga lucu
2) Naskah drama keluarga 8 orang
3) Naskah drama keluarga 5 orang
4) Drama tentang keluarga 4 orang
5) Naskah drama keluarga berantakan
6) Naskah drama tentang keluarga untuk 6 orang
Jadi tinggal disesuaikan saja drama seperti apa yang dibutuhkan. Yang penting sudah mendapatkan cerita bagus untuk drama tersebut.
Mau dibuat lucu bisa, mau dibuat serius bisa dan mau dibuat lebai dan alai juga bisa kok. Penasaran kan bagaimana kisah drama berikut? Silahkan langsung di baca ya.
Drama Bersatunya Kembali Keluarga
Drama Cerita Tujuh Anak Lelaki
Para Pemain Drama
1) Sang uami
2) Sang Istri
3) Anak ke 1
4) Anak ke 2
5) Anak ke 3
6) Anak ke 4
7) Anak ke 5
8) Anak ke 6
9) Anak ke 7
10) Saudagar
Sebuah kampung di daerah nanggroe aceh daroessalam di landa musim kemarau berkepanjangan. Semua tumbuhan mati, dan persediaan makanan pun menipis dan seluruh penduduk kampung kelaparan dan di antaranya sepasang suami istri yang mempunyai tujuh anak lelaki yang masih kecil.
Suami istri itu memanam sayur untuk makan, memenuhi kebutuhan sehari dari dan di jual di pasar. Ketika hendak memanen tanaman suami istri itu mengeluh satu sama lain.
Suami:”Bagaimana ini bu, hasil panen kita sangat sedikit sekali sedang kita harus memenuhi kebutuhan kita setiap hari, hasil panen ini tidak cukup untuk menyambung hidup kita sampai datangnnya waktu panen”.
Istri:”Iya ini pak, mana belanjaan dapur sudah mulai habis, dan pakaian anak-anak belum juga ganti pak”.
Suami:”Duh gusti-gusti berat sekali ujianmu ini gusti (Merintih mengeluh kepada tuhan)”.
Dengan keadaan ini, mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga di suatu malam mereka sepakat untuk membuang ketujuh anak lelaki mereka kesebuah hutan yang letaknya jauh dari perkampungan.
Suami :”Bu’e, spertinya saya tidak bisa membiayai kebutuhan-kebutuhan hidup kita dengan hasil panen kita seperti ini”.
Istri : “Jadi kita harus bagaimana pak?”.
Suami : “Mungkin jalan satu-satunya adalah dengan membuang anak kita ke hutan”.
Istri : “Hah..!, yang benar saja anak kita akan dibuang di hutan pak, bapak ni sudah mulai tidak waras ya”.
Suami :”Bukan seperti itu bu, tapi coba kau pikirkan dengan apa kita hendak memberi makan kepada anak-anak kita sedang kita tidak punya apa-apa lagi”.
Istri : “Iya juga si, tapi aku kasihan kepada anak-anak pak”.
Suami:”Percayalah ini jalan satu-satunya yang bisa kita ambil, besok kita ajak anak kita untuk mencari kayu di hutan lalu kita tinggalkan dia di hutan”.
Istri:”(Terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa)”.
Ternyata salah seorang anaknya mendengar percakapan tersebut. Pada hari yang telah di tentukan sepasang suami istri mengajak semua anaknya untuk mencari kayu bakar di hutan.
Ibu : “Anak-anakku, mari kita bersama-sama ke hutan mencari kayu bersama-sama”.
Anak :”Iya bu”.
Ibu :” Ayo kita berangkat”.
Singkat cerita akhirnya sampai juga di sebuah hutan yang jauh dari perkampunganya. Dan semuanya sibuk mencari kayu. Orang tuanya menyuruhnya untuk istirahat dan makan siang.
Ibu : “Anak anakku hari sudah siang kita istirahat dulu dan bukalah bekal kalian”.
Anak : “Iya bu..(istirahat dan membuka bekalnya)”.
Saat sedang istirahat makan siang pasangan suami istri itu berpura pura mencari minum.
Ibu dan ibu :”Persediaan minum kita telah habis, ayah dan ibu akan mencari minum dulu ya, kalian tunggu saja di sini dan jangan kemana-mana”.
Anak-anak :” Iya bu, pak”.
Saat hari mulai senja ketujuh anak laki laki itu mulai hawatir karena orang tuanya tak kunjung kembali dan berniat mencarinya.
Namun salah satu anak yang menghalangi niat tersebut dengan menceritakan semua pembicaraan orang tuanya, yang sengaja membuang mereka karena tidak sanggup lagi membiayai hidup.
Anak ke7 : “Sudah senja tapi ayah dan ibu Belum juga dating ya, aku jadi khawatir”.
Anak ke5 : “Iya aku juga, jangan-jangan terjadi apa apa lagi dengan ayah dan ibu sewaktu mencari minum”.
Anak ke3 : “Bagaiman kalau kita menyusul atah dan ibu, aku begitu khwatir kepadannya”.
Anak ke4 : “Sudah kita tidak perlu mencari mereka, karena memang ini yang diharapkan ayah dan ibu, Ayah dan ibu tentu tidak akan kembali lagi ke sini”.
Anak ke3 : “Mengapa kau bicara begitu kak?”.
Anak ke4 : “Iya, sewaktu malam aku mendengar percakapan ayah dan ibu yang mengatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk merawat dan membesarkan kita lagi karena tidak mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhan kita lagi, sehingga karena itulah ayah dan ibu telah membuang kita saat ini. Untuk itu kita tak perlu menyusul atyah dan ibu”.
Ketujuh anak lelaki itu bersedih, tetapi mereka memutuskan untuk menyelusuri hutan hingga menemukan sebuah rumah yang cukup besar.
Anak ke6 : “Terus apa yang akan kita lakuan di sini”.
Anak ke1 : “Sebainya kita ikuti jalan ini sampai ke perkampungan, di sana kita lebih aman dari pada di hutan sperti ini”.
Anak ke3 : “Iya aku setuju mari kita ikuti jalan ini hingga sampai ke perkampungan”.
Cukup lama meyusuri hutan akhirnya salah satu anak melihat ada sebuah rumah yang cukup besar.
Anak ke6 : “(Berhenti sejenak dari jalan lambatnya) kak aku melihat rumah besar “.
Anak ke4 : “Di mana..?”.
Anak ke6 : “Itu di sana”.
Anak ke2 : “Oh iya itu, ayo kita kesana”.
Anak ke5 : “Berangkat ..!”.
Dan sampailah di sebuah rumah yang ternyata rumah itu milik raksasa yang baik hati. Mereka di suguhi makanan yang enak dan di bekali emas dan intan untuk melanjutkan perjalanan.
Raksasa :“Dari mana kalian, mengapa kalian bisa sampai ke sini”.
Anak ke7 : “Kami semua dari hutan orang tua kami membuang kami ke hutan karena tak sanggup lagi menghidupi kami”.
Raksasa : “Malang sekali nasib kalian, apakah kalian sudah makan.?, biarkan kusiapkan makanan untuk kalian”.
Anak ke3 : “Kami belum makan malam hanya makan tadi siang saja saat berada di hutan”.
Raksasa : “Masuklah dan duduklah di meja makan itu akan ku siapkan makanan untuk kalian”.
Anak : “Terimakasih atas kebaikan raksasa”. (Semua makan dengan lahabnya setelah selesai makan anak anak di beri emas)
Raksasa :”Aku tidak bisa memberikan apa-apa untuk kalian selain dari pada hanya ini, untuk bekalperjalanan kalian nanti(Memberikan kantong yang terbuat dari kain yang cukup tebal)”.
Anak ke1 ; “Apa ini ? (Dan di bukanya bungkusan itu ternyata sebuah emas) emas..! (Terkejut)”.
Anak ke1 : “Terima kasih atas kebaikan tuan raksasa, mudah-mudahan tuan raksasa mendapatkan balasan yang pantas dari kebaikan yang telah tuan raksasa berikan kepada kami, dan kami meminta maaf kepada tuan raksasa bila kami datang ke sini sudah merepotkan tuan raksasa”.
Raksasa:”Aku senang menerima kalian sebagai tamuku, dan akupun tidak merasa sedikitpun direpotkan oleh kalian. Kapan-kapan bila ada waktu mainlah kembali ke sini aku pasti akan sambut kalian dengan baik”.
Anak ke2 :”Iya terimakasih tuan raksasa pasti kami akan mampir ke sini lagi, dan sekarang kami hendak melanjutkan perjalana kami”.
Raksasa : “Berhati-hatilah kalian di jalan nak.
Setelah tiba di perkampungan emas dan intan itu mereka jual kepada saudagar kaya dan hasilnya mereka gunakan untuk membangun rumah mereka masing masing. Setelah bertahun than bekerja keras dan saling membantu, akhirnya mereka memiliki harta kekayaan yang berlimpah.
Anak ke-1:”Tuan saudagar, kami hendak menjual emas dan intan ini tuan saudagar”.
Saudagar:”Boleh aku lihat dulu emas dan Intan itu nak..?”.
Anak ke-1:”Iya silahkan tuan saudagar (Sambil memberikan emas dan intan kepada saudagar)”.
Saudagar:”(Melihat dengan begitu teliti bentuk dan teksturi dari emas dan berlian), yah, ini emas dan berlian asli, aku mau membelinya”.
Anak-anak:”(Begitu bahagia medengar bahwa saudagar mau membeli emas dan berliannya)”.
Suatu hari mereka berinisiatif untuk mencari kedua orang tuanya. Setelah perjalanan panjang yang melelahkan dari kampung ke kampung, mereka pun berhasil menemukan orang tuanya untuk tinggal bersama di rumah yang bagus. Akhirnya suami istri itu dapat berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama ketujuh anaknya.
---Tamat---