Heboh, Tenaga Kerja Wanita Kehilangan Ginjal Saat Kerja

Menjadi tenaga kerja wanita (TKW) mungkin sekarang telah menjadi dambaan setiap kaum hawa keluar negeri. Ditengah sulitnya ekonomi di daerah, tentu untuk mengatasi kesulitan ekonomi itu banyak yang ingin mendapat penghasilan besar.


Tidak terkecuali dengan menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri. Tetapi ditengah hiruk-pikuknya pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri ada saja masalah yang dihadapi pemerintah.

Budaya yang tidak cocok dengan kondisi psikologi dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan pengiriman dan penempatan tenaga kerja ke berbagai Negara.

Seperti yang dialami Sri Habitah. Ditengah ia ingin mengentaskan kemiskinan keluarganya di nusa tenggara ia harus kecewa karena ginjalnya hilang satu.

Sri habitah adalah salah satu tenaga kerja wanita Indonesia yang dikirim untuk bekerja di Negara katar melalui badan nasional penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (BNP2TKI).

Namun saying, apa yang menjadi harapanya pupus sudah. Pasalnya ia hanya baru bekerja selama satu tahun ia sudah tergolek lemah.

Kejadian ini menurut sri, berawal ketika dirinya merasa sakit. Kemudian majikan sri membawanya kerumah sakit. Saaat ia dalam kondisi lemas, ia tidak tau akan dibawa kerumah sakit mana.

Ia mengatakan sudah percaya kepada majinya itu dan menyerahkan segala perobatan akan penyakitnya itu kepada keluarga majikanaya.

Namun naas, ketika telah sampai dirumah sakit ia mengatakan bahwa kokter langsung menginfus dirinya dan langsung member suntikan kepada dirinya tanpa permisi.

Seketika saja dia langsung pingsan dan tergolek tak berdaya. Saat dirinya pingsan itulah dokter mungkin telah mencuri ginjalnya yang satu, dan saat dirinya telah sadar ternyata sudah ada goresan di perutnya, kemudian ia merasa sakit.

Demikian yang dikatakan oleh sri warga dusun lokak ara, desa Sasait, kanyangan, Lombok utara, nusa tenggara barat, seperti yang diwartakan oleh detik.com.

Keluarga sendiri tidak menyangka mengapa ini bisa terjadi. Padahal keluarga sri banyak berharap kepada nasib perubahan keluarganya ketika sri telah bekerja diluar negri. Namun apa daya semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Indonesia, semoga hal ini tidak terulang kembali.(Gunarto)

Back To Top