Kata “lagi” dalam judul kali ini sungguh menyedihkan, dramatis dan benar-benar membuat pilu. Sesuatu yang
menyakitkan berulang, apalagi ini berkaitan dengan rasa cinta yang ada dalam
hati seseorang, sungguh sedih.
Tidak mustahil
memang, kegagalan bisa menimpa siapa saja yang sedang memadu asmara. Tapi
sebelum itu pasti ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mempertahankan apa yang
diyakini dalam hati. Apalagi jika cinta dalam hati kita begitu tulus,
pengorbanan sebesar apapun jika kita mampu pasti akan kita berikan.
Kisah dalam cerpen ini mengingatkan kita bahwa sesungguhnya
tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk cinta. Satu-satunya yang abadi
dalam dunia ini adalah perubahan, termasuk perubahan seseorang yang tadinya
cinta menjadi tidak cinta.
Dari pada melenceng jauh dan tidak sesuai dengan isi dari
cerpen tersebut lebih baik kita baca saja cerita selengkapnya. Dengan begitu kita
tidak perlu menerka-nerka lagi seperti apa kesedihan dan kepedihan yang dialami
sang tokoh. Berikut cerpen tersebut untuk anda semua.
Salah Apa Aku,
Kau Sakiti Aku Lagi
Cerita Cerpen Cinta Sedih Terbaru
Sudah hampir dua jam aku duduk di bangku restaurant ini. Ku
arahkan pandanganku kesekitar tapi tak juga kunjung ku temukan sosok yang aku
cari. Kadang aku berfikir bagaimana bisa dia setega ini padaku.
Sudah lebih dari enam bulan aku dan dia menjalin hubungan,
tapi sikapnya sama sekali tak berubah. Dia selalu sibuk dengan teman dan
pekerjaannya, taka da sedikit pun waktu yang ia berikan padaku.
Mungkin memang aku yang salah karena aku terlalu berharap
banyak padanya. Atau mungkin aku yang salah karena aku tidak bisa mengertia
bagaimana pekerjaan dan temannya menyita waktunya.
Tapi apakah separah itu sahabat dan pekerjaan merenggut
waktunya. Ah entahlah, kadang ingin sekali rasanya aku memutuskan hubungan ini.
Tapi, rasa sayangku padanya sudah terlampau begitu besar.
Jika aku memutuskan hubungan dengannya bisa di pastikan aku
akan kehilangan gairah hidup dan akan terus bergalau ria sepanajang malam. Tapi
kalau aku terus meneruskan hubungan
dengannya, rasa sakit ini terus menusuki tubuhku perlahan.
Seperti silet, benda tipis dan kecil yang ketika menyayat
kulit akan terasa sangat sakit dan perih.
Akhirnya setelah tepat menunggu selama dua jam, sosok yang
aku tunggu pun tiba. Dia lah Rayhan. Pria yang sudah membuat aku jatuh cinta
dan merasakan bahagia beberapa bulan lalu.
Tapi kini semenjak kedatangan teman gadisnya dan kesibukan
pekerjaannya itu, tak ada lagi cinta dan bahagia yang seperti dulu aku rasakan.
Yang ada hanyalah rasa sakit dan kepedihan yang terus dia berikan padaku.
“Sorry ya sayang.. udah bikin kamu nunggu lama.” Ucap Rayhan
yang kini sudah berada di depan ku. Dia berbicara padaku tapi pandangannya
tidak mengarah padaku.
Pandangannya masih fokus pada ponsel yang sedari tadi lekat
di genggamannya. Aku hanya terdiam dan memberikan senyuman pahit padanya.
Sepertinya dia memang tidak tahu sebarapa besar sakit yang aku rasakan.
“Udah pesen makanan belom? Pesen makan dulu geh.” Ucapnya
lagi. Kini dia sudah meletakkan ponselnya.
Dia menatap ke arahku, tapi aku tau pasti pikirannya sedang
tidak berada disini sekarang. Entah apa yang dia pikirkan tapi yang jelas aku
bisa merasakan bahwa tidak ada aku di dalam pikirannya.
“Iya.” Jawabku singkat. Aku benar-benar bingung pada kondisi
ku sekarang. Aku seperti orang bodoh. Yaah mungkin aku memang sangat bodoh.
Sudah berkali-kali disakiti oleh Rayhan, tapi tetap saja aku mencoba bertahan.
Berharap dia akan bisa berubah dan kembali memberikan rasa cinta dan bahagia
padaku seperti dulu.
Rayhan memanggil pelayan dan kemudian memesan makanan.
Sedari tadi dia tersenyum senang. Entah apa yang membuatnya senang aku juga
tidak tahu. Tapi yang jelas dia senang bukan karena aku. Apakah kau tau, Sangat
sakit rasanya ketika melihat kekasihmu merasa senang bukan karena kau.
Cukup lama kami menunggu makanan dalam keheningan, akhirnya
pelayan pun datang dengan membawa makanan. Hanya ada beberapa obrolan singkat
di antara kami. Sesekali dia sibuk dengan ponselnya lalu menatapku lagi.
Kadang aku mencoba untuk memulai obrolan yang menarik dan
panjang dengannya, tapi obrolan panjang yang aku harapkan langsung sirna ketika
ia sibuk lagi dengan ponselnya itu.
Belum lama kami makan dan belum juga makanan di piring kami
habis, tiba-tiba ada seseorang yang menelponnya.
“Halo…” Ucap Rayhan pada seseorang di ujung telpon.
“…”
“Apa?!”
“…”
“Iya yaudah gue kesana sekarang.” Ucapnya lalu mematikan
telpon dan tampak segera bersiap-siap.
“Siapa?” tanyaku singkat.
“Amanda sendirian di rumah. Aku harus kesana, soalnya ayah
dan ibunya lagi pergi keluar kota. Dia ketakutan di rumah sendirian. Aku pergi
dulu ya.” Ucapnya cepat. Dan tanpa menunggu ucapan persetujuan dariku dia
langsung pergi meninggalkanku tanpa basa-basi lagi.
Sangat sakit sekali rasanya. Bukan hanya karena dia pergi
meninggalkan ku sendirian disini. Tapi dia juga pergi meninggalkan ku hanya
untuk seorang gadis yang selalu dia sebut-sebut sebagai sahabatnya.
Aku sudah berusaha untuk percaya padanya dan tidak terlalu
memikirkan kedekatannya dengan sahabat perempuannya itu. Tapi kali ini dia
benar-benar sudah keterlaluan.
Sangat sakit yang aku rasakan sekarang. Terlebih, dia pergi
tanpa meinggalkan uang padaku. Alhasil aku lah yang harus membayar makanan di
restaurant ini. Sialan!
***
Aku berjalan sendirian menyusuri jalan setapak ini. Mataku
sudah tak sanggup lagi mengeluarkan air matanya. Lagi pula, menangis juga tidak
akan merubah apapun. Air mata juga tidak akan merubah sikapnya padaku.
Entah apa yang harus kulakukan lagi agar sikapnya itu
berubah. Langkahku terasa semakin lunglai ketika melihat ponsel ku. Tak ada
satu pun pesan yang masuk darinya.
Aku tak bisa terus-terusan seperti ini. Akhirnya aku
memutuskan untuk mengarahkan langkahku yang lemah ini menuju taman. Aku
berharap suasana taman yang asri bisa menghibur hatiku yang sedang kacau ini.
Tapi begitu aku sampai di taman, bukan hiburan atau pun senyuman yang aku
dapatkan.
Yang aku dapatkan justru rasa sakit yang begitu luar biasa.
Kulihat Rayhan sedang duduk berdua dengan Amanda di bangku taman itu. Mereka
berdua tertawa lepas.
Terlihat begitu bahagia. Belum pernah sekalipun aku melihat
Rayhan tertawa sebahagia itu saat bersama ku, tapi saat bersama Amanda,
bagaimana bisa dia tertawa selepas itu.
Sakit rasanya, terlebih tadi dia bilang dia ingin menemui
Amanda karena Amanda sedang dirumah sendirian. Lalu kenapa dia dan Amanda palah
bermesraan di taman. Aku benar-benar hancur. Tanpa pikir panjang aku langsung
menghampiri mereka berdua.
“Apa-apaan kamu ini Ray?! Apa ini yang kamu maksud nemenin
Amanda?! Apa ini yang kamu maksud dia dirumah sendirian?! Dasar bajingan?!”
Umpatku kesal.
Rayhan dan Amanda tampak kebingungan melihat tingkahku.
Rayhan mencoba memegang tanganku dan berusaha untuk menjelaskan. Tapi, sebelum
dia sempat bicara aku sudah menepis tangannya dan segera pergi meninggalkan
mereka berdua.
Air mataku sudah tak sanggup ku bendung lagi. Aku tidak mau
mengeluarkan air mataku di hadapan mereka. Karena mereka berdua akan sangat
bahagia ketika melihat aku menangis di hadapan mereka.
Aku berjalan menuju sebuah danau. Aku duduk di pinggir danau
sembari menangis tersedu-sedu sendirian. Menyedihkan sekali kisah cintaku. Jika
ku ingat lagi saat-saat pertama Rayhan mendekatiku, dia tampak begitu serius
dan dapat di percaya.
Tapi kenyataanya, dia tak lebih dari bajingan rendahan.
Entah sudah banyak pria yang aku tolak hanya demi Rayhan. Tapi balasan yang aku
terima sama sekali tidak sesuai dengan yang telah aku berikan padanya.
Kucabut cincin pemberian Rayhan yang melingkar di jariku. Ku
genggam erat lalu ku lemparkan ketengah danau. Aku berteriak kencang melepas
semua kegundahanku.
Berharap aku bisa membuang cinta yang terasa sangat
menyakitkan ini. Entah apa salahku sampai dia melakukan semua ini padaku. Tapi
yang jelas aku peracaya akan adanya karma. Berbahagialah hingga saatnya tiba!
---oOo---