Salah Apa, Kau Sakiti Aku Lagi! - Cerita Cerpen Cinta Sedih Terbaru

Kata “lagi” dalam judul kali ini sungguh menyedihkan, dramatis dan benar-benar membuat pilu. Sesuatu yang menyakitkan berulang, apalagi ini berkaitan dengan rasa cinta yang ada dalam hati seseorang, sungguh sedih.


Tidak mustahil memang, kegagalan bisa menimpa siapa saja yang sedang memadu asmara. Tapi sebelum itu pasti ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mempertahankan apa yang diyakini dalam hati. Apalagi jika cinta dalam hati kita begitu tulus, pengorbanan sebesar apapun jika kita mampu pasti akan kita berikan.

Kisah dalam cerpen ini mengingatkan kita bahwa sesungguhnya tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk cinta. Satu-satunya yang abadi dalam dunia ini adalah perubahan, termasuk perubahan seseorang yang tadinya cinta menjadi tidak cinta.

Dari pada melenceng jauh dan tidak sesuai dengan isi dari cerpen tersebut lebih baik kita baca saja cerita selengkapnya. Dengan begitu kita tidak perlu menerka-nerka lagi seperti apa kesedihan dan kepedihan yang dialami sang tokoh. Berikut cerpen tersebut untuk anda semua.

Salah Apa Aku, Kau Sakiti Aku Lagi
Cerita Cerpen Cinta Sedih Terbaru

Sudah hampir dua jam aku duduk di bangku restaurant ini. Ku arahkan pandanganku kesekitar tapi tak juga kunjung ku temukan sosok yang aku cari. Kadang aku berfikir bagaimana bisa dia setega ini padaku.

Sudah lebih dari enam bulan aku dan dia menjalin hubungan, tapi sikapnya sama sekali tak berubah. Dia selalu sibuk dengan teman dan pekerjaannya, taka da sedikit pun waktu yang ia berikan padaku.

Mungkin memang aku yang salah karena aku terlalu berharap banyak padanya. Atau mungkin aku yang salah karena aku tidak bisa mengertia bagaimana pekerjaan dan temannya menyita waktunya.

Tapi apakah separah itu sahabat dan pekerjaan merenggut waktunya. Ah entahlah, kadang ingin sekali rasanya aku memutuskan hubungan ini. Tapi, rasa sayangku padanya sudah terlampau begitu besar.

Jika aku memutuskan hubungan dengannya bisa di pastikan aku akan kehilangan gairah hidup dan akan terus bergalau ria sepanajang malam. Tapi kalau  aku terus meneruskan hubungan dengannya, rasa sakit ini terus menusuki tubuhku perlahan.

Seperti silet, benda tipis dan kecil yang ketika menyayat kulit akan terasa sangat sakit dan perih.

Akhirnya setelah tepat menunggu selama dua jam, sosok yang aku tunggu pun tiba. Dia lah Rayhan. Pria yang sudah membuat aku jatuh cinta dan merasakan bahagia beberapa bulan lalu.

Tapi kini semenjak kedatangan teman gadisnya dan kesibukan pekerjaannya itu, tak ada lagi cinta dan bahagia yang seperti dulu aku rasakan. Yang ada hanyalah rasa sakit dan kepedihan yang terus dia berikan padaku.

“Sorry ya sayang.. udah bikin kamu nunggu lama.” Ucap Rayhan yang kini sudah berada di depan ku. Dia berbicara padaku tapi pandangannya tidak mengarah padaku.

Pandangannya masih fokus pada ponsel yang sedari tadi lekat di genggamannya. Aku hanya terdiam dan memberikan senyuman pahit padanya. Sepertinya dia memang tidak tahu sebarapa besar sakit yang aku rasakan.

“Udah pesen makanan belom? Pesen makan dulu geh.” Ucapnya lagi. Kini dia sudah meletakkan ponselnya.

Dia menatap ke arahku, tapi aku tau pasti pikirannya sedang tidak berada disini sekarang. Entah apa yang dia pikirkan tapi yang jelas aku bisa merasakan bahwa tidak ada aku di dalam pikirannya.

“Iya.” Jawabku singkat. Aku benar-benar bingung pada kondisi ku sekarang. Aku seperti orang bodoh. Yaah mungkin aku memang sangat bodoh. Sudah berkali-kali disakiti oleh Rayhan, tapi tetap saja aku mencoba bertahan. Berharap dia akan bisa berubah dan kembali memberikan rasa cinta dan bahagia padaku seperti dulu.

Rayhan memanggil pelayan dan kemudian memesan makanan. Sedari tadi dia tersenyum senang. Entah apa yang membuatnya senang aku juga tidak tahu. Tapi yang jelas dia senang bukan karena aku. Apakah kau tau, Sangat sakit rasanya ketika melihat kekasihmu merasa senang bukan karena kau.

Cukup lama kami menunggu makanan dalam keheningan, akhirnya pelayan pun datang dengan membawa makanan. Hanya ada beberapa obrolan singkat di antara kami. Sesekali dia sibuk dengan ponselnya lalu menatapku lagi.

Kadang aku mencoba untuk memulai obrolan yang menarik dan panjang dengannya, tapi obrolan panjang yang aku harapkan langsung sirna ketika ia sibuk lagi dengan ponselnya itu.

Belum lama kami makan dan belum juga makanan di piring kami habis, tiba-tiba ada seseorang yang menelponnya.

“Halo…” Ucap Rayhan pada seseorang di ujung telpon.
“…”
“Apa?!”
“…”

“Iya yaudah gue kesana sekarang.” Ucapnya lalu mematikan telpon dan tampak segera bersiap-siap.
“Siapa?” tanyaku singkat.

“Amanda sendirian di rumah. Aku harus kesana, soalnya ayah dan ibunya lagi pergi keluar kota. Dia ketakutan di rumah sendirian. Aku pergi dulu ya.” Ucapnya cepat. Dan tanpa menunggu ucapan persetujuan dariku dia langsung pergi meninggalkanku tanpa basa-basi lagi.

Sangat sakit sekali rasanya. Bukan hanya karena dia pergi meninggalkan ku sendirian disini. Tapi dia juga pergi meninggalkan ku hanya untuk seorang gadis yang selalu dia sebut-sebut sebagai sahabatnya.

Aku sudah berusaha untuk percaya padanya dan tidak terlalu memikirkan kedekatannya dengan sahabat perempuannya itu. Tapi kali ini dia benar-benar sudah keterlaluan.

Sangat sakit yang aku rasakan sekarang. Terlebih, dia pergi tanpa meinggalkan uang padaku. Alhasil aku lah yang harus membayar makanan di restaurant ini. Sialan!

***

Aku berjalan sendirian menyusuri jalan setapak ini. Mataku sudah tak sanggup lagi mengeluarkan air matanya. Lagi pula, menangis juga tidak akan merubah apapun. Air mata juga tidak akan merubah sikapnya padaku.

Entah apa yang harus kulakukan lagi agar sikapnya itu berubah. Langkahku terasa semakin lunglai ketika melihat ponsel ku. Tak ada satu pun pesan yang masuk darinya.

Aku tak bisa terus-terusan seperti ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengarahkan langkahku yang lemah ini menuju taman. Aku berharap suasana taman yang asri bisa menghibur hatiku yang sedang kacau ini. Tapi begitu aku sampai di taman, bukan hiburan atau pun senyuman yang aku dapatkan.

Yang aku dapatkan justru rasa sakit yang begitu luar biasa. Kulihat Rayhan sedang duduk berdua dengan Amanda di bangku taman itu. Mereka berdua tertawa lepas.

Terlihat begitu bahagia. Belum pernah sekalipun aku melihat Rayhan tertawa sebahagia itu saat bersama ku, tapi saat bersama Amanda, bagaimana bisa dia tertawa selepas itu.

Sakit rasanya, terlebih tadi dia bilang dia ingin menemui Amanda karena Amanda sedang dirumah sendirian. Lalu kenapa dia dan Amanda palah bermesraan di taman. Aku benar-benar hancur. Tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri mereka berdua.

“Apa-apaan kamu ini Ray?! Apa ini yang kamu maksud nemenin Amanda?! Apa ini yang kamu maksud dia dirumah sendirian?! Dasar bajingan?!” Umpatku kesal.

Rayhan dan Amanda tampak kebingungan melihat tingkahku. Rayhan mencoba memegang tanganku dan berusaha untuk menjelaskan. Tapi, sebelum dia sempat bicara aku sudah menepis tangannya dan segera pergi meninggalkan mereka berdua.

Air mataku sudah tak sanggup ku bendung lagi. Aku tidak mau mengeluarkan air mataku di hadapan mereka. Karena mereka berdua akan sangat bahagia ketika melihat aku menangis di hadapan mereka.

Aku berjalan menuju sebuah danau. Aku duduk di pinggir danau sembari menangis tersedu-sedu sendirian. Menyedihkan sekali kisah cintaku. Jika ku ingat lagi saat-saat pertama Rayhan mendekatiku, dia tampak begitu serius dan dapat di percaya.

Tapi kenyataanya, dia tak lebih dari bajingan rendahan. Entah sudah banyak pria yang aku tolak hanya demi Rayhan. Tapi balasan yang aku terima sama sekali tidak sesuai dengan yang telah aku berikan padanya.

Kucabut cincin pemberian Rayhan yang melingkar di jariku. Ku genggam erat lalu ku lemparkan ketengah danau. Aku berteriak kencang melepas semua kegundahanku.

Berharap aku bisa membuang cinta yang terasa sangat menyakitkan ini. Entah apa salahku sampai dia melakukan semua ini padaku. Tapi yang jelas aku peracaya akan adanya karma. Berbahagialah hingga saatnya tiba!

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top