Berburu motivasi bisa dengan membaca cerpen. Seperti yang akan dibagikan kali ini. Merupakan sebuah cerpen motivasi khususnya untuk rekan-rekan pelajar. Kalau sudah ada motivasi yang baik, nanti kan belajarnya tambah rajin.
Rajin belajar kan tidak ada salahnya. Kita bisa mendapatkan hiburan juga kan. Makanya, yuk belajar sambil santai dengan menikmati cerpen kali ini. Nanti kalau sudah selesai silahkan cari karya lainnya juga ya.
Miskin Juga Berprestasi
Contoh Cerita tentang Motivasi
Hari ini adalah hari yang sangat menegangkan bagiku. Tidak hanya begiku, tapi juga bagi kedua temanku ini. Hanif dan Rama. Mereka adalah dua orang yang yang akan berjuang bersama ku dalam lomba cepet-cepetan memencet tombol.
Ini adalah kali pertama SMPku mengikuti lomba ini. Lomba
paling bergengsi di provinsi Awan. Lomba yang akan menaikkan gengsi dan
kredibilitas sekolah. Lomba yang akan membawa nama sekolah dan daerah menuju
tempat yang istimewa di benak setiap masyarakat.
Ini lah kesempatan emas bagi sekolah kami untuk menunjukan
siapa kami sebenarnya. Setelah bertahun-tahun diam dan tak menunjukan apapun,
kini sekolahku siap untuk menunjukan taring nya di hadapan sekolah lain dan
juga pemerintah. SMP Muhammadiyah Kalirejo.
Adalah sebuah sekolah miskin yang bahkan keberadaannya
hampir di hapuskan karena sampai saat ini tidak banyak memiliki siswa. Jika
sekolah lain memiliki banyak ruangan kelas dan dibagi dari A sampai F untuk
tiap kelasnya, SMP kami hanya memiliki tiga ruang kelas yang ukurannya sangat
kecil.
Beruntung di depan gedung sekolah kami masih ada papan
bertuliskan SMP Muhammadiyah, karena jika papan itu tidak ada, orang-orang yang
lewat akan mengira kalau sekolah kami ini hanyalah sebuah gedung kuno
peninggalan belanda.
Tahun ini, sekolah kami sangat beruntung karena memiliki dua
bocah jenius dari lahir. Yaah, merekalah kedua temanku. Hanif dan Mara. Mereka
lah dua bocah yang di dalam kepala nya terdapat sebuah otak yang sangat cerdas.
Mereka lah yang membuka pikiran kami dan memberikan kami
semangat untuk bermimpi. Jumlah siswa kelasku yang hanya 14 orang terasa sangat
bermakna dengan adanya dua bocah ini.
Mereka laksana soekarno dan hatta yang dengan gagahnya
memerdekakan Indonesia. Membawa kami semua keluar dari jurang kebodohan dan
kegelapan. Kejeniusan mereka bukan hanya sebuah bualan.
Mereka berdua bahkan sudah sangat paham filosofi kalkulus
dan limit yang bahkan anak SMA pun belum tentun tahu. Mereka tau filosofi
teorema phytagoras dan juga filosofi trigonometri.
Saat kami semua dalam satu kelas tidak bisa mengerjakan soal
matematika dengan cara yang di ajarkan oleh Pag guru, mereka berdua telah
menemukan setidaknya tiga cara yang bisa digunakan untuk menyelasaikan soal
atau permasalahan yang sama.
Kadang aku suka menguji mereka berdua dengan membuat soal
yang aku sendiri tak pernah tau jawabannya. Dengan mencampur fungsi, limit, dan
trigonometri aku pun membuat soal asal yang aku sendiri tidak tau jawabannya
lalu ku ajukan pada mereka. Dan anehnya, mereka berdua menjawab dengan hasil
akhir yang sama.
Aku tak pernah tau cara apa yang sebenarnya mereka gunakan,
tapi saat itu mereka hanya memejamkan mata sebelum akhirnya membuka mata dan
melontarkan jawaban mereka secara hampir bersamaan.
Lalu mereka saling berhadapan dan tertawa lebar, menunjukan
gigi dan gusi mereka yang hitam. Mereka lah dua mahluk jenius alami yang
sepertinya tidak akan bisa ku temukan di tempat lain.
***
Setelah cukup jauh kami berjalan mengendarai mobil truk,
akhirnya kami tiba juga di kota Bandar Awan. Sebuah tempat yang akan menjadi
adu pintar dari seluruh sekolah di Awan.
Setiap sekolah sudah di seleksi dari tiap-tiap daerah. Dan
beruntung sekolah kami berhasil lolos di seleksi kabupaten setelah sebelumnya
dengan telak mengalahkan sekolah-sekolah negeri di kabupaten kami.
Selama beberapa tahun sebelumnya, hanya ada 9 sekolah yang
terus menerus menjadi peserata lomba memencet tombol ini. Dan seolah Awan ini
milik mereka, hanya mereka lah yang bersaing di lomba ini.
Sekolah lain seolah tak berdaya bahkan hanya untuk berjalan
beriringan dengan mereka. Sekolah lain di paksa puas hanya sebagai penonton dan
dipaksa memberikan tepuk tangan juga pujian bagi si juara di akhir perlombaan.
Dan tahun ini. Kami sekolah miskin dari pelosok, yakin akan bisa mengalahkan 9
naga itu!
***
Aku duduk di bangku yang sama dengan Rama dan Hanif. Kami
berada di regu C dimana kami berlomba di akhir. Jika kami berhasil menang di
Regu C ini, kami akan kembali di adu dengan pemenang dari Regu A dan Regu B.
Dan setelah itu pemenangnya akan menjadi sekolah paling cerdas di Awan.
Saat berangkat tadi, aku sangat optimis akan bisa menang,
tapi sekarang, aku benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan hanya untuk
berharap pun aku takut.
Bagimana tidak, kedua temanku yang aku andalkan sedari tadi
hanya diam tertunduk. Seolah tak berani menatap ke sekitar karena peserta lain
tampak begitu keren dengan seragam khas mereka masing-masing.
Sementara kami, hanya menggunakan seragam putih biru yang
sudah mulai nampak menguning. Tangan mereka basah oleh keringat. Dan ketika aku
mencoba memegang tangan mereka, tanggannya benar-benar terasa begitu dingin.
Para supporter dari sekolah lain tampak begitu bahagia
dengan spanduk dan kamera mereka. Tak henti-hentinya mereka memotret jagoan
mereka masing-masing.
Sementara supporter kami yang hanya berjumlah 13 orang yakni
kedua guru ku dan juga 11 teman sekelas ku, hanya membawa sebuah bendera
Muhammadiyah yang tampak sudah mulai lusuh.
Jangankan mengeluarkan kamera, aku yakin Pak Muh-seorang
guru MTK di smp kami- juga pasti tidak berani mengeluarkan hendphonnya karena
dia sadar handphonnya sudah sangat ketinggalan zaman.
Beberapa juri dan pembaca soal sudah mulai menduduki mejanya
masing-masing. Mereka menyambut para penonton dan kemudian menyuruh para
penonton untuk mengurangi kegaduhan Karena lomba akan segera di mulai.
“Soal pertama… Kapankah virus di anggap hidup dan kapan
virus dianggap mati lalu jelaskan…”
“teeeeet…” Wanita cantik berbaju rapih itu tiba-tiba berhenti membacakan
soal karena Hanif dan Rama yang berada di sampingku sudah menekan tombol. Aku
masih sedikit tidak percaya kalau mereka masih memiliki semangat sebesar ini.
“Virus akan dianggap hidup jika dia sudah menempel pada
inangnya dan kemudian akan dianggap mati jika dia tidak menempel pada
Inangnya.” Ucap Hanif pasti.”
“Virus dikatakan hidup jika menempel pada Inangnya karena
hanya dengan menempel pada inangnyalah dia akan bisa mendapat kan bahan
genetik. Dan jika tidak bisa mendapatkan bahan genetic dari inangnya virus akan
tetap dianggap mati karena hanya memiliki satu bahan genetic.” Ucap Rama seolah
tak mau kalah dari Hanif.
Juri hanya terdiam, mungkin mereka kaget karena sekolah
kampung yang tidak pernah muncul di lomba ini tiba-tiba bisa menjawab
pertanyaan macam ini dengan lancar.
“Apa kah bentuk dari bahan gentik tersebut?” Ucap salah satu
juri seolah tak yakin dengan jawaban Hanif dan Mara.
“Bisa berupa DNA maupun RNA.” Jawab Rama mantap.
“Apa itu DNA dan apa itu RNA?” Tanya jurin lagi.
“Deoxyrebo Nuclead Acid dan Reoxyrebo Nuclead Acid. Bahan
genetic yang sudah pasti ada dalam darah setiap mahluk yang hidup.” Jawab Hanif
mantap seolah menantang Rama.
Matanya menatap juri lekat seolah menunggu pertanyaan
selanjutnya. Rama dan Hanif benar-benar seperti Harimau kelaparan yang sedang
menunggu pawangnya memberikan makanan. “Seratus!” ucap Juri keras.
Suporter kami berteriak keras. Mereka kegirangan dengan
jawaban Hanif dan Rama. Tapi kemudian
diam karena hanya mereka lah yang berteriak kegirangan. Supporter sekolah lain
hanya diam dan menganggap kami ada lah sekelompok orang yang beruntung.
Sesekali ada gadis yang mencibir kami dan aku mendengarnya,
tapi aku tetap berusaha untuk konsentrasin dengan pertanyaan selanjutnya.
“Soal kedua, tentukan turunan pertama dari y = sin 4x + cos 6x.” ucap si wanita pembaca
soal. Dan hanya sekitar dua detik aku melihat Hanif dan Rama memejamkan mata,
tiba-tiba mereka sudah menekan tombol lagi. Aku tau pasti bahkan Tim lain sama
sekali belum sempat mencatat soalnya.
“y aksen sama dengan empat kos empat ex dikurang enam sin
enam x.” Ucap mereka berdua hampir bersamaan. Lalu tatapan mereka berdua
bertemu dan tertawa lebar.
“Seratus!” ucap juri lagi. Semakin lama perlombaan ini
seperti perlombaan sepihak. Seolah Hanif dan Rama bisa melihat jawaban yang ada
di kertas juri, mereka melahap semua soal yang ada tanpa memberikan satu pun
poin kepada sekolah lainnya.
Sesekali aku melihat peserta dari regu lain membanting pena
nya gara-gara kecepatan Hanif dan Rama. Ini justru tidak tampak seperti
perlombaan antar sekolah di mataku. Ini justru malah tampak seperti perlombaan
antara Hanif dan Rama. Dan lomba di regu C pun berakhir dengan SD Muhammadiyah
sebagai pemenangnya dengan nilai sempurna.
Akhirnya kami bertiga pun memasuki lomba terakhir. Tiga
sekolah paling cerdas se Awan di adu disini. Dan ini akan jadi sejarah
besar bagi SMP Muhammadiyah jika kami
bisa menang.
Seperti sebelumnya beberapa dewan juri dan juga wanita
pembaca soal menyuruh para supporter untuk mengecilkan suaranya. Kali ini
supporter dari SMP Muhammadiyah sudah berani berkoar gara-gara kemenangan telak
kami. Dan di lomba selanjutnya ini, kami akan melakukan hal yang sama!
“Soal pertama..Biologi” Ucap wanita pembaca soal. “Robert
Brown mengemukakan adanya benda kecil yang terapung dalam cairan sel yang
disebut?” “Teeet…!!!” Hanif menekan tombol sangat cepat mendahului kelompok
lain. “Nukleus!” Ucap Hanif pasti. “Seratus!” Ucap Salah satu juri.
“Soal kedua..matematika” Ucap wanita si pembaca soal.
“Tentukan y’ dari y = 4 sin x + 5 cos x” ucap si wanita.
Kulihat Hanif dan Rama sedang memejamkan mata. Dan kelompok
lain sedang sibuk dengan kertas juga penanya. “Teeet..!” Baru sekitar dua detik
kurasakan Hanif memejamkan mata,
tiba-tiba dia sudah memencet tombol lagi.
“Y sama dengan lima cos X min tiga sin X.” Hanif yang
memencet tombol tapi Rama lah yang berteriak lantang. Kulihat Hanif tersenyum
menatap kea rah Rama. Dia terlihat bangga pada Rama yang memiliki jawaban sama
dengan dirinya.
“Seratus!” ucap juri lagi.
Soal-soal selanjutnya masih sama. Semua di lahap habis oleh
Rama dan Hanif. Sedangkan aku hanya bisa diam melihat kehebatan mereka berdua.
Begitu juga kelompok lain.
Mereka hanya terpaku sambil sesekali mengacak-ngacak rambut
karena merasa frustasi dengan kegilan Hanif dan Rama. Dan akhirnya Sekolahku
menang dengan skor 2500. 25 soal yang ada di tangan juri telah di lahap habis
oleh Hanif dan Rama.
Sekolah lain sesekali berusaha mencegah kecepatan Rama dan
Hanif dengan cara memencet tombol lebih dulu dari Hanif dan Rama tanpa
memikiran jawaban mereka. Alhasil mereka pun mendapatkan nilai minus.
Kulihat para supporter kami yang hanya berjumlah 13 orang
berteriak kencang. Bu Muslihah tampak menangis haru ketika melihat hasil kerja
keras tim kami. Sekolah miskin dengan siswa-siswa miskin di dalam nya telah
membuat prestasi baru. Juara Lomba Cerdas Cermat Se-Provinsi Awan!.
---oOo---