Perjuangan Mempertahankan Cinta

Cerpen Sedih Perjuangan Mempertahankan Cinta - Ku tenggak sedikit es teh manis yang tersisa di dalam gelasku. Manis dan segar sekali rasanya. Suasana kantin masih riuh seperti biasanya. Banyak siswa lalu lalang di kantin, bahkan seperti sedang menginjak-injak ingatan di kepala.


Kebanyakan dari mereka hanya memesan es teh atau minuman yang lainnya lalu bercerita dengan gerombolan mereka masing-masing. Suara cerita mereka begitu keras dan sesekali saling beradu hingga tidak begitu jelas ditelingaku apa yang mereka katakan.

Mataku menerawang ke sekeliling, tapi tak kunjung ku temukan juga sosok yang aku cari. Ku tenggak lagi sedikit es tehku, sesekali ku mainkan sedotan di dalam gelas untuk mengurangi kegelisahanku.

“Kok lo masih betah si pacaran sama Adel?” Suara Rendi terdengar jelas memecah lamunanku. Sedari tadi kami memang hanya duduk saling berhadapan dan belum banyak kata yang keluar dari mulut kami.

“Maksud lo?” Tanya ku heran.
“Ya gue heran aja sama lo ndre. Lo itu kuat banget ya. Padahal lo udah dua kali diselingkuhin sama dia, tapi tetep aja lo betah sama dia.” Ucapnya lagi.

“Ya gue sayang sama dia Ren.”  Jawabku polos.
“Ya sayang si sayang tapi emang lo ngga ngerasain sakit? Udah setahun lebih lo pacaran sama dia.

Tiap hari juga kayaknya hubungan kalian ngga mesra-mesra amat.” Ucap Rendi. Yah benar, sudah lebih dari satu tahun aku menjalin hubungan dengan Adel. Tidak, bukan satu tahun lebih.

Tapi satu tahun setengah lebih aku telah menjalin hubungan dengan Adel. Hubungan kami memang tampak sangat biasa. Aku dan Adel jarang duduk bersama seperti pasangan kekasih lainnya.

Kami hanya bersama ketika di dalam kelas. Selebihnya, dia lebih sering bersama dengan pria lain. Dan itu bertahan selama lebih dari satu setengah tahun. WOW!!

“Hooey! Kok palah diem si?” Ucap Rendi tiba-tiba mengagetkanku. Tangannya menepuk tanganku hingga aku tersadar dari lamunanku.

“Ah.. Sorry Ren, ngga bisa fokus gue tadi.”
“Ah dasar lo ini. Yaudah yok balik kelas. Bentar lagi masuk nih.” Ucapnya sambil beranjak dari tempat duduknya. Aku berjalan mengikutinya dan segera memberikan uang pada ibu kantin.

Tidak lama aku berjalan bersama Rendi menuju kelas, mataku teralihkan pada satu pandangan yang begitu sadis. Tepat didepan kelas aku melihat Adel sedang duduk bersama Rival.

Seorang cowok ganteng dan populer dari kelas sebelah. Sial! Rasanya sakit sekali. Apa sebenarnya yang dia inginkan. Langkahku sengaja ku hentikan sejenak, kulekatkan mataku pada mereka berdua.

Tawa lepas mengambang diwajah Adel, juga diwajah Rival. Sakit sekali rasanya melihat pemandangan ini. Ingin sekali rasanya aku menghampiri mereka berdua lalu memaki-maki mereka.

Bahkan jika otakku sudah tidak waras dan ada sebilah golok ditanganku sekarang, aku akan menghampiri mereka lalu ku penggal kepala mereka. Sayangnya otakku masih sangat waras, dan ditanganku juga tidak ada sebilah golok.

Akhirnya ku lanjutkan langkahku menuju kelas. Aku duduk ditempat dudukku seperti biasa. Sudah beberapa menit aku berada didalam kelas. Tapi rasa sakit ini tak kunjung hilang.

Sudah dua kali Adel berselingkuh dibelakangku. Dan sudah dua kali juga aku memaafkan kesalahannya. Pernah sekali aku marah padanya dan memintanya untuk mengakhiri hubungan ini.

Tapi air matanya tampak begitu tulus. Dia menangis dan meminta maaf padaku. Wajahnya yang lembut dan juga matanya yang teduh membuat hatiku seketika luluh.

Dia menolak untuk mengakhiri hubungan ini dan akhirnya kami tetap pacaran meski aku harus menahan rasa sakit ini. Kadang hati kecilku bertanya-tanya.

Apa Adel benar-benar sayang padaku. Apa Adel itu benar-benar pacarku. Dia terkesan sangat menginginkanku, tapi aku tak pernah meresa memiliki dia seutuhnya. Ah sudahlah, kini kelas sudah dimulai dan kini Adel sudah ada di depan mataku.

Senyumnya tampak begitu indah. Memberikan kehangatan dan kedamaian yang mendalam pada hatiku.

***

Hari ini adalah hari perpisahan sekolah. Ini artinya ini juga merupakan hari terakhir kebersamaan ku dengan Adel disekolah ini. Sebenarnya ada banyak sekali yang ingin kubicarakan padanya.

Tapi sayang, hubunganku dengannya akhir-akhir ini sedang tidak baik. Dia tampak jauh lebih nyaman bersama teman-teman prianya dibandingkan denganku. Tak banyak yang bisa ku perbuat, aku sadar pria pengecut macam aku ini tidak cukup hebat untuk membuatnya bahagia.

Aku terlalu sibuk dengan buku pelajaran dan juga ujian nasional. Tidak banyak waktu yang bisa ku luangkan untuknya. Hanya pada saat jam pelajaran kosong dikelas lah saat terbaik dimana aku dan Adel benar-benar merasa berpacaran.

Selebihnya, aku tidak pernah mengajaknya pergi-pergi untuk sekedar menonton dan makan bersama.

Aku duduk termenung sendiri di belakang kelas. Dibawah pohon dengan dedaunan rimbunnya. Mataku menatap keatas. Tampak langit begitu cerah dengan warna biru terangnya.

Tidak banyak awan yang menutup langit hari ini. Semilir angin yang lembut menyentuh kulitku. Menambah kesan nyaman hingga membuatku betah duduk disini. Aku tersenyum tipis menertawakan diriku sendiri. Dihari terakhir sekolahku, aku palah duduk termenung sendiri seperti ini.

Yaah.. aku memang sedang tidak ingin mengganggunya. Aku yakin sekarang dia pasti sedang sibuk dengan teman-temannya. Mungkin dia sekarang sedang asyik berselfie ria dengan teman-temannya. Atau sedang asyik menangis meratapi hari terakhirnya disekolah.

Ku pejamkan kedua mataku. Ku bayangkan wajahnya lagi, dan senyum indahnya. Lagi-lagi aku tersenyum sendiri. Oh sialan

“Hey jelek!” Tiba-tiba suara itu membuyarkan lamunanku. Suara itu sama sekali tak asing bagi telingaku. Ku buka kedua mataku lalu menoleh kesamping dan menatap kearahnya. Senyum mengambang diwajahku. Akhirnya, wajah dan senyum yang baru saja ku bayangkan kini sudah ada didepan mataku.

“Kamu ngapain senyum-senyum sendiri. Lagi jatuh cinta sama cewek lain ya?” Tanyanya menyelidik. Kini dia sudah duduk disampingku. Dia merapatkan duduknya kearahku. Sial! Sikapnya yang manja seperti ini benar-benar membuat hatiku bertekuk lutut.

“Ihh, ya engga lah. Emang kamu, sibuk mulu sama cowok lain.” Jawabku ketus. Mataku kembali menatap keatas. Menikmati indahnya pemandangan langit biru.
“Hehehe, yang penting kan sekarang aku udah ada disamping kamu. Nemenin kamu ngeliatin langit.” Ucapnya manja.

Tangannya meraih lenganku, dan kepalanya disandarkan ke pundakku. Jantungku berdesir halus atas semua perlakuannya ini. Aduh sial, sepertinya dia memang benar-benar pandai membuat pria jatuh cinta padanya.

Suasana begitu hening, dia tampak begitu menikmati bahuku. Aku pun merasa nyaman dengan posisi ini.

“Abis ini kamu mau kemana?” Tanyaku memecah keheningan.
“Maksudnya?”Dia balik bertanya padaku. Kepalanya masih disandarkan pada bahuku. Tangannya juga masih dia rangkulkan ke lengan ku.

“Maksudku abis lulus ini kamu mau kemana? Kamu mau kuliah kan?” Tanya ku lagi.
“Emm.. Ngga tau ini. Ibuku sih nyuruh kuliah. Tapi aku ngga begitu tertarik sama kuliah.”

“Huss.. kamu itu harus kuliah. Kuliah itu penting buat masa depan kamu. Apa lagi yang nyuruh itu ibu kamu.”

“Eng… aku pikir-pikir dulu deh ya. Kamu sendiri gimana?”
“Aku mau kuliah di Bandung.” Jawabku datar. Dia menaikan wajahnya lalu menatap lekat kearahku. Matanya menunjukan rasa takut akan kehilangan.

“Kok di Bandung? Dijakarta juga kan banyak Universitas yang bagus. Kenapa Harus di Bandung si?” Tanya nya dengan nada sedikit berteriak.

“Aku disuruh papahku. Disana ada saudaraku dan katanya kalau aku kuliah disana masa depanku akan terjamin. Lagian aku juga udah keterima disana. Aku ngga boleh nyia-nyia in kesempatan ini.” Jawabku

“Terus hubungan kita gimana?” Ucapnya lirih. Dia menundukan wajahnya. Matanya tampak mulai berkaca-kaca. Sialan! Aku tidak akan membiarkan bidadariku ini menangis lagi.

“Ya kita tetep jalanin hubungan kita ini.”
“Tapi aku takut LDR. Aku takut kamu bakal tertarik sama cewek lain disana. Cewek disana kan cantik-cantik.” Ujarnya manja. Kedua tangannya menggenggam erat tanganku.

“Tenang sayang.. jangan takut. Aku pasti setia kok. Aku janji sebulan sekali bakal pulang buat nemuin kamu.” Ucapku berusaha menenangkannya. Tanganku kini sudah berada diatas rambutnya. Membelai mesra rambutnya yang hitam legam dan wangi.

“Janji ya sayang? Makasih.” Ucapnya lembut. Senyum manis kembali mengambang diwajah mungilnya. Senyuman itu benar-benar membuat jantungku hampir lepas.
“Iya sayang… aku janji.” Ucapku lagi.

Kutarik pelan wajahnya mendekat ke tubuhku. Kudekap dan kupeluk lembut tubuhnya. Dan ku cium lembut rambutnya yang wangi.
“Aku sayang kamu.” Ucapku lirih. “Aku juga sayang kamu.” Balasnya lirih..

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top