Cerpen Cinta Remaja yang Tulus - Karena aku sayang kamu maka apa pun akan kulakukan untukmu, begitulah
seseorang akan berkorban untuk membahagiakan pasangan atau kekasih hatinya.
Senang dan bahagia, baik yang akan melakukan hal itu ataupun sang kekasih yang
diperlakukan seperti itu. Anda juga pasti akan merasa sangat bangga jika
kekasih anda mampu berkorban seperti itu bukan?
Nah, contoh cerpen cinta remaja berikut ini juga
menggambarkan pengorbanan dalam cinta. Tidak usah muluk dan yang besar-besar,
pengorbanan cinta juga bisa dilakukan pada sesuatu yang kecil. Tidak harus
mempertaruhkan nyawa, mendahulukan kekasih pun sudah dikatakan berkorban.
Kalau sang kekasih peka dan juga memili rasa yang sama,
sekecil apapun pengorbanan itu pasti akan dihargai dengan balasan cinta yang
setimpal. Bisa dikatakan, pengorbanan dalam cinta tidak harus selalu yang besar
dan berat, tapi bisa dilihat berdasarkan situasi, kondisi, pandangan dan juga
jangkauannya seperti apa.
Kadang sesuatu yang kecil bisa bernilai besar, dan mungkin
tak ternilai. Tapi, apakah semua kekasih bisa melihat dan menilai semua itu,
tidak ada yang tahu. Ada yang peka dan bisa menghargai dan ada yang buta dan
tidak bisa merasakan pengorbanan kekasih.
Harapan semua orang tentu memiliki pasangan yang bisa
berkorban apapun untuk membuat pasangannya bahagia. Jadi penasaran dengan
cerpen cinta ini, ingin tahu bagaimana cerita selengkapnya cerpen ini. Lebih
baik kita baca saja dulu ceritanya di bawah ini.
Karena Ku Sayang Kamu
Contoh
Cerpen Cinta Remaja
Acara belajar sedang dimulai di kelas. Aku sedang duduk di belakang, menyimak serius materi yang diberikan oleh guru. Guru, dengan
lantang memberikan dan menjelaskan materi, seolah sedang pidato
kenegaraan. Para murid begitu bersemangat,
terbawa suasana dan emosi yang diciptakan oleh guru, mengikuti plajaran ini.
Berbeda ceritanya, temanku yang duduk di sebalahku. Ia
justru malah asyik tidur ketika guru
sendag menjelaskan. Tetapi yang hebatnya lagi dia pun tidak ketahuan oleh guru
karena duduknya yang terhalang oleh anak di depannya. Sehingga guru tidak bisa
melihatnya sedang tidur.
Guru terus asyik
menjelaskan materi yang di sampaikan tanpa rasa curiga. Sementara temanku tidur
malah semakin menjadi-jadi. Dia mendengkur dengan kerasnya dan sontak membuat
kami yang ada di kelas tertawa olehnya. Guru baru sadar bahwa temanku dari tadi
tidak memperhatikan materi yang di sampaikan.
Ia pun mendekatinya
dan menyuruhku untuk membangunkannya. “Rud..! Rud..!, bagun”, ungkapku
kepadanya. Tak lama kemudian Rudi bangun sambil mengelap liur yang keluar dari
mulutnya. Sementara itu teman-teman sekelasku tertawa dengan begitu kerasnya,
melihat Rudi yang tidur mengeluarkan liur.
Perlahan Rudi
membuka matanya dan melihat guru yang bermuka masam melihatnya. Dia pun
menunduk karena malu di lihat guru.
“Enak sekali kamu
Rudi…, teman kamu
memperhatikan materi, kamu malah tidur. Sekarang kamu cuci muka dulu”, ungkap
guruku kecewa dengan Rudi.
Rudi keluar dari
kelas untuk mencuci mukanya. Sementara teman-temanku yang lain terus meledek
Rudi yang tidur. Dengan sangat malunya Rudi keluar dari kelas. Sementara itu
guru melanjutkan lagi proses belajar.
Tak lama kemudain Rudi
kembali dari kamar mandi. Dia pun hendak masuk ke kelas. Di depan pintu dia
berhenti dan meminta ijin kepada guru. Beruntung guru begitu baik dan bijak
shingga Rudi bisa langsung mengikuti pelajaran. Dia pun duduk lagi di sampingku
dengan wajah yang lebih segar.
Kami semua
memperhatikan lagi apa yang di terangkan oleh guru. Sementara itu berbeda
dengan tadi kini Rudi lebih serius dalam mengikuti pelajaran. Tak lama kemudian
tibalah jam pulang. Dan para muridpun memasukan bukunya ke dalam tas. Setelah
itu guru menyuruh perwakilan dari kami untuk memimpin doa. Kami pun doa
bersama-sama setelah di pimpin oleh ketua kelas.
Setelah itu kami
pun pulang dengan riangnya. Sementara aku berjalan perlahan keluar dari kelas
bersama Rudi. Aku pun menyinggung kejadian yang tadi,”Kamu kenapa tadi kok
tidur”, berkata sambil tersenyum. “Ngatuk sekali aku, tadi malam aku tidak bisa
tidur”.
“Kenapa..?”,
ungkapku dengan rasa penasaran. “Itu ayahku menonton bola sama kawannya hingga larut
malam. Karena berisiknya itulah aku tidak bisa tidur”, ungkapnya sambil terus
berjalan.
Aku pun tersenyum
dan berkata,”Lain kali kalau berisik di rumah, tidur tempatku saja”, ungkapku
menawarinya.
“Emang boleh..?”,
dengan semangatnya.
“Iya boleh, lagi
pula aku kan tidur sendirian”,
dengan semangatnya.
“Wah kamu emang
temanku yang paling baik Ron”, katanya sambil tersenyum.
Sesampainya aku
dihalaman depan sekolah aku melihat kekasihku. Dengan perasan sedikit malu aku
berkata,”Rud, tinggal dulu ya, aku mau nemuin Lia dulu”. Dengan lapang dada dia
mengatakan,”Iya silahkan”.
Aku pun
menghampirinya yang sedang duduk di bangku bawah pohon. Dia sedang asyik sekali
membaca buku. Aku pun duduk di sampingnya sambil mengucap,”Hay”. Dengan
tersenyum lebar dia pun mengatakan ,”Hay juga”.
Dengan tersenyum
lebar aku berkata,”Baca apa si, ini pacarku”. Kekasihku menutup bukunya dan
mengalihkan pandangannya kepadaku. Dia berkata,”Eh sayang, ini lagi baca
novel”.
“Kok belum pulang”, ungkapku smabil bersandar di kursi
tersebut. Dengan senyum yang begitu lebar dia berkata,”Belum ini, besok hari
minggu jalan yuk ke taman, tempatnya asyik lo”. Aku pun menanggapinya,”Iya
boleh, kita berangkat pagi ya”. Dengan riangnya dia pun berkata,”Oke”.
“Pulang yuk”.
Ungkapku mengajaknya.
“Iya duluan aja,
aku ada eskul, sore ini”, ungkap kekasihku.
“Aku tinggal gak
papa kan.?”, ungkapku.
“Iya tidak
apa-apa”.
Aku pun berjalan
menuju gerbang keluar. Aku bertemu lagi dengan Rudi lagi yang memang baru
selesai makan di kantin. Aku pun menghampirinya dan berkata,”Belum pulang Rud”.
Dengan mulut yang berminyak dia berkata,”Iya belum abis makan aku, kamu sudah
makan belum.?, makanlah di sini”.
Dengan muka di
tekuk aku berkata,”Iya masih kenyang, entar saja di rumah”. Aku pun pulang
bersama dengan Rudi dengan naik angkot. Rudi duduk di bangku paling belakang
sendiri sementara itu aku duduk di depannya. Di perjalanan dia berkata,”Minggu
ke pantai yuk, bareng sama anak-anak sekelas”. Dengan menyesal aku
berkata,”Aduh aku sudah terlanjur buat janji sama pacar mau ke taman Rud, sori
aja ini”. Dengan santainya dia berkat,”Oh sudah ada janji, ya enggak papa sih, santai saja lagi”.
Tak lama kemudian
sampailah aku di depan ruamah Rudi. “Mau mampir gak”, ungkapnya sambil berdiri
hendak keluar. Dengan tersenyum”Langsung aja lah Rud”. “Ya sudah duluan ya”,
ungkapnya dan kemudain keluar dari angkot.
Angkot
pun berjalan lagi setelah Rudi membayar
ongkos angkot. Kami pun berjalan dengan santai dan hingga akhirnya sampailah
aku di rumahku. “Kiri pak”, uncapku kepada pak supir angkot. Angkot
diberhentikan dan aku pun turun dari angkot tersebut. Aku membayar ongkos dan
kemudain masuk ke rumah.
“Assalamualaikum”,
ucap salam sambil masuk rumah. Ibuku mendatangiku dan menjawab,”Waalaikum
salam”. Aku pun mencium tangannya dan kemudian duduk di ruangan tamu. Ibu pun
duduk di sampingku dan berkata,”Minggu kamu mau ikut ibu ke tempat Pakde ga.?”.
Dengan sangat menyesal aku mengatakan,” Aku sudah buat janji sama teman aku
bu”. Ibu pun menatapku sambil
berkata,”Haduh sayang sekali, padahal sekarang lagi panen duren itu pakde kamu,
dan kalau kamu ikut tentu kita akan pesta duren bersama”.
Aku pun berkata
dalam hati,”Andai aku tidak membuat janji, pasti aku bisa pesta duren. Tapi gak
papalah demi cinta”.
“Hey kenapa
bengong”, ungkap ibuku melihatku bengong. Aku pun tersenyum sambil berkata,”Iya
tidak apa-apa, pesta duren ya bu”. Ibu pun menjawab,”Iya dong di sana kita bisa
makan duren sepuasnya.
Karena tidak mau
pendirianku goyah aku pun masuk ke kamar. Aku terus memperkokoh pendirianku,
karena aku sudah janji dengan kekasihku. Bagiku tidak apa-apalah tidak pesta
duren yang penting bisa membuat dia bahagia. Itu semua aku lakukan karena aku
sangat mencintai kamu.
Aku pun duduk
sejenak sambil memikirkan hal tersebut. Tetapi aku pun tetap akan menepati
janjiku kepada kekasihku. Aku pun berdiri dan mengganti pakaianku dengan
pakaian santai. Setelah itu aku keluar dari kamar untuk makan. Aku duduk di
ruangan makan sendirian. Aku mengambil nasi dan lauk serta sayur dan kemudian
melahapnya.
Sampai
ketika aku makan
pun aku masih teringat dengan ajakan
ibuku tersebut. Ajakan ibuku tersebut sangat menggiurkan, karena aku pun sangat
menyukai durian. Tetapi aku pun
tetap menepati janjiku kepada kekasihku, karena aku cinta dia,
mau bagaimana lagi coba!
---
oOo ---