Kau Masih Kekasihku Meski dalam Mimpi

Contoh Cerpen Cinta yang Menyedihkan, Kau Masih Kekasihku - Di pagi hari suara telpon berbunyi dan mengundangku untuk menghampirinya. Aku berjalan mendekatinya dan kulihat nama yang ada di layar telpon. Hatiku sangat gembira karena kekasihku menghubungi setelah 2 minggu tidak menghubungiku. Dengan begitu tidak sabar ingin mendengarkan suaranya aku mengangkatnya.


“Halo sayang, aku kangen banget sama kamu, kamu kemana aja si, aku seneng banget kamu sudah gak marah denganku”, ungkapku kepada kekasihku.

“Apa si kamu jadi cowok lebay, aku telpon kamu itu mau mutusin kamu. Mulai hari ini kita putus..!, dan jangan hubungin aku lagi”, ungkap kekasihku dan langsung menutup telfonya.

Aku menelpon kembali kekasihku untuk merayunya menjadi kekasihku. Tetapi dia justru tidak mengangkatnya. Aku mengirim sebuah sms tetapi tidak juga di balas. Hatiku begitu sakit ketika ini semua terjadi kepadaku.

Aku bergegas mandi dan setelah itu mengganti baju. Aku keluar dari rumah dan menghidupkan motor untuk menuju ke tempat kekasihku. Dengan begitu tergesa-gesaya aku menghidupkan motor dan memasukkan gas lalu pergi. Aku melaju dengan kecepatan tinggi hingga dengan waktu cukup singkat aku sampai di tempat kekasihku.

Aku turun dari motor dan kemudian berjalan mengetuk pintunya. “Assalamualaikum”, sambil terus mengetuk pintu.

Kekasihku membukakan pintu untukku dan menutup lagi setelah dia tahu bahwa yang mengetuk pintu adalah aku. Aku terus mendorong pintunya agar pintu tidak tertutup dan aku bisa menjelaskannya kepada kekasihku. Dengan tenaga penuh aku berkata,”Sayang bukain pintu dong aku mau ngomong”.

“Aku gak mau mau ngomong sama kamu, pergi..!”, ungkap kekasihku dan terus mendorong pintunya.

Hingga akhirnya aku terpental karena kalah saat mendorong pintu. Kekasihku dengan cekatan langsung mengunci pintunya dan pergi. Sementara itu aku terus menggedor pintu hingga kekasihku membukakan pintu untukku. Aku memutuskan pulang karena tidak juga dibukakan pintu oleh kekasihku.

Dengan muka kecewa aku menghidupkan motor dan pulang dengan begitu kesalnya. Sesampainya kau di rumah aku langsung berlari dan menuju kamarku. Aku menghancurkan semuanya yang ada di kamarku karena begitu kecewa.

Aku duduk sejenak, sambil menutup muka dan menunduk ke bawah. Dengan perasan yang begitu hancurnya hati aku terus mengenang kekasihku. Dalam hati terus berharap dia akan kembali menjadi kekasihku lagi. Tetapi tentu tidak mungkin mengingat kejadian yang baru aku alami.

Aku berbaring di kamar sambil terus teringat namamu dan terus berfikir bagaimana kau bisa menjadi kekasihku lagi. Lama aku memikirkanmu dan mengharap kedatanganmu. Hingga akhirnya aku tertidur dengan perasaan yang begitu ingin bertemu denganmu.

Aku tertidur dengan begitu lelapnya dan masuk kedalam alam mimpi. Ada sebuah cahaya yang terus memanggilku. Suaranya mirip sekali dengan kekasihku dan aku berkata,”Apakah kau Rina kekaishku, kembalilah kepadaku aku sangat mencintaimu”. Cahaya tersebut terus berputar-putar di awang-awang dan berkata,”Maafkan aku, aku menyesal telah memutuskanmu”. Tak lama kemudian bayangan tersebut terbang menjauh.

Aku mengejarnya dengan begitu bersemangat. Bayangan tersebut naik ke atas bukit yang begitu terjal. Aku sempat mengeluh dengan terjalnya bukit yang ada di depanku, tetapi demi cinta aku terus mengejarnya. Dengan begitu kuat aku memegang bebatuan dan pohon dan kemudirn naik ke bukit tersebut. Sementara cahaya sudah ke atas dan sudah tidak terlihat lagi.

Dengan cepatnya aku mendaki bukit tersebut dan berharap bisa menemukan kekasihku. hingga sampailah aku di atas bukit. Cahaya tersebut sudah hilang tetapi suara kekasihku masih ada.
“Reno”, terdengar suara kekasihku memanggil dari samping. Aku menengok ke arah suara terssebut dan aku melihat kekasihku tersenyum dengan begitu lebarnya kepadaku.

“Rina, jangan tinggalkan aku Rina”, ungkapku dan lari menghampirinya. Aku langsung memeluknya dengan raut yang bahagia. Di dalam pelukan dia berkata,”Maafin aku ya aku sudah tinggil kamu, aku janji tidak mengulangi itu lagi”, ungkap kekasihku dalam pelukku.

Dengan begitu bahagianya aku berkata,”Iya, tapi kamu janji ya tidak akan meninggalkan aku”.
“Iya”.

Aku melepaskan pelukan tersebut dan dia mengajaku ke sebuah rumah di atas bukit tersebut. Aku juga belum tahu kenapa aku ada di sini dengan kekasihku. Dengan tersenyum dia berkata,”Ayo, kita masuk ke rumah pamanku di depan”, sambil menunjuk rumah yang ada di hadapan kami.

Kami berjalan dengan bergandengan dan hati begitu bahagia bisa memegang tangannya yang halus. Sementara itu kekasihku keseleo dengan reflek yang bagus aku langsung menangkap tubuhnya. Dan begitu bahagia bisa menjaganya hingga tidak terjatuh. Kami berjalan lagi menuju tempat yang ada di depan kami.

Rumah tersebut tidak seperti yang ada di dalam penglihatanku. Rumah itu tampak dekat tetapi tidak juga sampai meski kami sudah lama berjalan.  Dengan semangat aku berjalan terus dengan kekasihku. Yang membuatku bingung kekasihku tidak terlihat capek dan justru sangat menikmati perjalanan yang begitu jauh dan melelahkan ini.

Aku berhenti sejenak untuk mengambil nafas. “Ayo sayang”, ungkap kekasihku yang tidak sama sekali lelah ketika berjalan mendaki tanjakan. “Iya bentar aku capek banget”. Dia menungguku dengan begitu sabar hingga akhirnya tenagaku kembali lagi. Aku berjalan lagi melewati tanjakan ini.

Aku melihat lagi ke arah depan tapi apa yang kulihat. Rumah yang kami tuju menjauh dan tak kunjung sampai. “Kok rumah paman kamu menjauh sih yank”, ungkapku kepada kekasihku. “Enggak lah, rumah pamanku ya itu”, ungkap kekasihku. kami berjalan lagi dengan begitu semangatnya.

Tetapi yang aku kagumi kekasihku tidak sedikitpun memperlihatkan muka lelah. Sementara aku, nafasku sudah seperti hampir habis hingga sedikit sesak untuk bernafas dengan hidung.

Hingga akhirnya kami sudah terlihat benar-benar dekat dengan rumah tujuan kami. Dengan semangat aku dan kekasiku mendekati rumah tersebut. Kami sampai di rumah tersebut dan duduk di kursi di depan rumah tersebut. Sementara itu kekasihku duduk di sampingku. Dia tersenyum melihatku dan mengelap keningku dari kringat.

Aku heran dengan kekasihku dia tidak berkeringat dan tidak lelah sama sekali, padahal tanjakan yang kami daki cukup panjang. Tetapi aku mebiarkan pikiran tersbeut . Tak lama kemudian kekasihku melihatku lagi sambil tersenyum, dia mengelus pipiku dengan begitu lembut. Hingga membuatku merasakan kenikmatan.

Dia terus megelus-elus pipiku hingga akhirnya aku terbangun. Dan sial semua itu hanya sebuah mimpi yang begitu nyata, Kau Masih Kekasihku Meski dalam Mimpi. Andai itu terjadi di dunia nyata tentulah aku akan begitu lebih bahagia lagi. Oh tuhan begitu nikmat mimpi yang kau berikan kepadaku hingga aku tak sadar bahwa itu hanya sebuah mimpi.

Aku bangun dan merapihkan kembali barang yang berantakan akibat kemarahanku. Aku menata taplak meja dengan begitu rapih dan kemudian membuang pecahan vas bunga. Aku juga membersihkan pecahan bingkai foto aku dan kekasihku. Dengan mimpi tersebut setidaknya rindu akan kasih sayangku bisa sedikit terobati.

--- oOo ---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top