Contoh Cerpen Lucu dan Analisa Unsur Intrinsik

Cerpen lucu singkat dan unsur intrinsik nya ini hasil permintaan dari seorang sahabat setia situs ini. Salah satu sahabat, sebut saja namanya Lara, beberapa hari lalu meminta sebuah cerpen humor yang kocak dan lucu. Katanya ia telah mencari beberapa karya tapi belum mendapatkan yang sesuai keinginan hingga akhirnya ia meminta pada situs ini.

Contoh Cerpen Lucu dan Analisa Unsur Intrinsik

Karya cerita berikut mungkin tidak se-bagus yang diharapkan, bahkan mungkin juga tidak lucu. Tetapi karya ini dibuat khusus untuk dapat memberikan tambahan referensi bagi rekan semua yang membutuhkan cerpen dan analisisnya sekaligus. 

Nah, analisa yang dimaksud adalah analisa untuk segi unsur intrinsik dari sebuah cerpen, dan kebetulan temannya sekarang adalah yang lucu.
Yang lucu dalam kisah ini tidak bisa dilihat pada semua bagian namun ada beberapa kejadian dan adegan yang bisa membuat kita tersenyum sendiri. 

Apalagi, naskahnya ditulis dalam bahasa yang cukup mudah dimengerti, jadi akan memudahkan pembaca dalam menelusuri lebih jauh karya tersebut.

Judul cerpen-nya yaitu “Mak Ijah Mencari Hewan Peliharaan”, ceritanya mengisahkan seorang nenek yang merasa kesepian dan memutuskan untuk mencari anjing dan dijadikan bagian dalam hidup. Seperti apa kisah selengkapnya, berikut cerpen tema lucu untuk anda semua. 

Mak Ijah Mencari Hewan Peliharaan
Cerpen Lucu yang Singkat

Sudah satu minggu ini Mak Ijah banyak menghabiskan waktunya duduk di taman depan. Matanya terlihat nanar, napasnya terdengar berat, sesekali ia mengelus tangan kirinya yang terasa dingin. 

Laksana bunga yang ditinggalkan kumbang-nya, ia kesepian. Ia hanya berbicara dengan angin berkeluh kesah dengan dedaunan. 

Semenjak suaminya meninggal ia sering murung, apalagi anak dan cucunya kini tinggal di luar kota, ia sebatang kara, sendiri menangis perih. 

“Aku harus mencari hewan peliharaan!”, tiba-tiba ia berjingkrak seolah baru saja mendapatkan setumpuk emas. 

“Ya, lebih baik aku memelihara hewan untuk menemani kesendirian ini, tapi apa ya?”, ucapnya sambil menerawang jauh ke langit.

“Anjing, ya, aku akan memelihara anjing saja. Selain bisa menemani kesepian, anjing juga bisa ikut menjadi penjaga rumah”, ujarnya dalam hati. Tak lama, ia pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamar. 

Dikeluarkannya dompet dan menghitung beberapa lembar uang ratusan, “cukup, besok aku akan cari anjing ke toko”. 

Sore itu, dengan senyum tipis di bibirnya yang telah keriput ia menuju ke peraduan. “Anjing juga bisa menjadi bagian dari keluarga ini”, ucapnya sambil tersenyum perih. Malam yang indah, ia tertidur begitu pulas dan tampak bahagia. 

Keesokan harinya, hari Minggu pagi, ia langsung menuju ke toko hewan. Ia hendak mencari anjing yang paling bagus di kota itu. Tanpa ragu, ia langsung masuk menuju toko tersebut.

Sampai di dalam Mak Ijah pun langsung mencari hewan yang paling manis. Menemukan satu anjing yang terlihat lucu dan menggemaskan, Mak Ijah langsung menginterogasi pelayan toko. “Nona, apakah anjing yang satu ini pintar?”, ucapnya kepada pelayan toko.

“Tenang saja Nek, yang ini cukup pintar, nenek tidak akan menyesal. Benar Nek, bahkan aku berani menjamin dalam waktu se-minggu ia bisa mengerti bahasa seluruh anggota keluarga Nenek”, ucap sang pelayan dengan penuh percaya diri.
Dengan serius Mak Ijah pun kembali menjawab, “seekor hewan pandai saja belum cukup Nona, ia juga harus setia kepada pemiliknya, jika tidak, ia bisa membahayakan pemiliknya. Lalu, apakah anjing ini cukup setia?”.

“Oh, tenang Nek, tidak perlu khawatir, anjing ini paling setia, bahkan sangat setia. Kalau nenek perlu bukti, dalam satu minggu terakhir ini saja aku telah menjualnya sebanyak 5 kali, sebanyak itu pula ia telah kembali ke toko kami lagi. Kurang setia bagaimana coba Nek?”

Bukan semakin suka dengan anjing itu Mak Ijah justru ciut nyali. “Apakah kesetiaan semacam itu berguna bagi pembeli seperti aku? Tapi baiklah, aku ambil yang ini saja”, ucap Mak Ijah kemudian. 

Pagi itu, tepat pukul 10 siang Mak Ijah kembali dengan menggandeng seekor anjing ke rumahnya. Satu anggota keluarga baru telah hadir memberikan warna dalam hidup Nek Ijah. 

Dengan perasaan yang sangat bahagia ia kemudian mengikat anjing tersebut ke kaki meja di ruang tengah, sementara ia menghidupkan televisi. 

Sang anjing kemudian duduk di bawah sembari terus memperhatikan gerakan Mak Ijah. “Kamu jangan nakal di sini ya, kamu temani nenek dan jaga rumah ini. 

Nenek akan perlakukan kamu dengan baik, bila perlu kamu akan tidur satu kamar dengan nenek, tapi di bawah ya!” ucap Mak Ijah. 

“Sekarang aku ada yang menemani dan tak perlu merepotkan anak dan cucu untuk menemaniku disini”, ucapnya puas.

Beberapa menit kemudian Mak Ijah pergi ke belakang dan mengambilkan makanan untuk sang anjing. Anjing itu makan dengan lahap, setelah itu ia pun berbaring dan memejamkan mata.

“O… kamu mengantuk ya, ya sudah kamu tidur dulu, nenek akan makan juga”, ucap Mak Ijah sambil beranjak meninggalkan sang anjing. 

Sejak saat itu, hari-hari Mak Ijah tidak lagi begitu sepi. Setiap hari ia selalu tersenyum gembira dan mengajak anjing peliharaannya tersebut berbincang-bincang. 

Satu bulan berlalu, Mak Ijah tampak senang meski dalam hatinya perih merindukan anak dan cucu-cucu nya. “Andai saja mereka ada disini, mungkin behagaiaan ini akan sejati”, ucapnya pada sang anjing.

Sampai akhirnya, hari begitu cerah, siang itu seperti biasa Mak Ijah tidur siang. Alangkah kagetnya ketika ia bangun dan tidak menemukan anjing peliharaan miliknya. “Duh…kemana nih anjing….?”, ucap Mak Ijah cemas.

Ia mencari ke sana kemari – mencari keluarganya yang hilang, peluh mengalir deras, tak ada, ia kehilangan anjing kesayangan yang sudah dianggap anak sekaligus cucu-nya  itu. 

“Dasar anjing, tidak tahu diri, rupanya benar kata penjual itu, dia memang setia”, ucap Mak Ijah sembari membanting lemas tubuhnya di sofa. Ia pun pasrah menerima takdir kesepian hidupnya.

--- oOo ---

Ada yang lucu dan ada yang tidak, bahkan ada yang menegangkan dan menyedihkan dan bahkan ada yang tidak logis juga, namanya juga karya sederhana. 

Tapi yang pasti cerpen di atas bisa dijadikan tambahan bagi anda yang membutuhkan cerita yang lebih segar. Untuk yang hanya ingin membaca cerpennya maka bisa langsung mencari cerpen lain untuk dibaca. 

Dibagian bawah ada, atau anda bisa mencari contoh cerita menarik berdasarkan tema yang dikehendaki dibagian kanan. Kalau yang ingin melihat analisa cerpen di atas bisa langsung ke bagian selanjutnya, silahkan.

Analisis Unsur Intrinsik
Cerpen Mak Ijah Mencari Hewan Peliharaan

A. Tema
Tema dalam cerpen lucu di atas adalah tema keluarga. Tema ini terlihat dari keseluruhan cerita yang menunjukkan bagaimana kehidupan seorang nenek yang mencoba menjadikan seekor anjing menjadi bagian dari keluarga yang menemaninya. 

Tema ini juga terlihat dari kutipan “Anjing juga bisa menjadi bagian dari keluarga ini” dan juga “… mencari keluarganya yang hilang…” yang ada dalam cerpen di atas.

B. Tokoh dan Penokohan
Kalau berbicara mengenai tokoh dan penokohan maka dalam cerpen ini ada dua tokoh yang terlihat yaitu Mak Ijah dan Penjaga Toko. Mak Ijah adalah sosok nenek dan orang tua yang pandai dan tidak mau merepotkan keluarga. 

Hal ini bisa dilihat dari kutipan dalam cerpen berikut, “Sekarang aku ada yang menemani dan tak perlu merepotkan anak dan cucu untuk menemaniku disini”.

Tokoh kedua adalah Penjaga Toko Hewan yang merupakan sosok wanita yang baik dan juga jujur. Penggambaran watak tokoh ini dapat dilihat dari perilaku dia dalam melayani pembeli yaitu saat Nek Ijah mencari anjing peliharaan. Ia melayani dengan sopan dan menjawab setiap pertanyaan Mak Ijah dengan jujur.

Mak Ijah sendiri bisa dikatakan sebagai tokoh protagonis dalam cerita ini sedangkan penjaga toko adalah tokoh yang memerankan peran antagonis. 

Penokohan sifat atau watak untuk kedua tokoh di atas disampaikan oleh penulis secara dramatik yaitu penokohan yang disampaikan dengan tersirat melalui kehidupan atau tingkah laku si tokoh dalam cerita.

C. Alur (Plot)
Alur yang digunakan dalam cerpen di atas adalah jenis alur maju. Dalam hal ini penulis menceritakan jalan cerita secara urut dari awal perkenalan tokoh utama, situasi yang dihadapi sang tokoh utama, terjadinya masalah, puncak masalah, menurunnya masalah dan kemudian penyelesaian masalah tersebut.

D. Setting (Latar)
Ada dua latar tempat yang utama dalam cerita ini yaitu rumah dan toko hewan. Selain itu latar tempat yang lebih spesifik juga ada yaitu di ruang tengah atau ruang keluarga dan juga kamar. Latar waktu yang ada dalam cerpen di atas adalah pada sore hari, pagi hari dan sore hari. 

Latar waktu pada cerpen humor tersebut dapat dilihat dari dua kutipan yaitu “Sore itu, dengan senyum tipis di bibirnya yang telah keriput ia … “ dan juga “Pagi itu, tepat pukul 10 siang Mak Ijah kembali …”. Untuk suasana yang ada dalam cerpen ini sendiri adalah murung, sedih dan kesepian. 

E. Sudut pandang pengarang (point of view)
Untuk sudut pandang pengarang, dalam cerpen ini penulis menyampaikan ceritanya dengan menempatkan dirinya sebagai orang kedua di luar cerita tersebut. 

Penulis dalam hal ini tidak memposisikan dirinya sebagai pelaku atau tokoh dalam cerita melainkan memposisikan diri sebagai orang yang tidak terlibat langsung dalam kisah yang diceritakan. 

F. Gaya bahasa
Dalam cerpen berjudul “Mak Ijah” di atas, penulis menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Penulis kebanyakan menggunakan bahasa sehari-hari yang mengalir apa adanya. 

Selain itu, ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam penekanan tertentu, sebut saja misalnya dalam penggalan kalimat “Laksana bunga yang ditinggalkan kumbangnya…”. 

Penggunaan penekanan menggunakan gaya bahasa juga dapat dilihat pada cuplikan berikut, “… ia berjingkrak seolah baru saja mendapatkan setumpuk emas.”

G. Amanat (pesan moral)
Berbicara mengenai amanat atau pesan moral, dalam cerpen ini seolah penulis ingin berpesan kepada seluruh anak yang ada di dunia ini untuk memperhatikan orang tua mereka. 

Dari cerita yang digambarkan seolah penulis ingin menunjukkan betapa sedihnya orang tua yang tinggal sendiri dan jauh dari anak, cucu atau keluarganya. 

Maka dari itu, sebagai anak hendaknya kita bisa memberikan kebahagiaan dengan cara berusaha selalu ada dalam mengisi waktu-waktu terakhir orang tua kita di dunia ini. Jangan biarkan orang tua sampai sedih, kesepian sendiri tak ada yang menemaninya.

Walau hanya beberapa analisa sederhana tapi akhirnya panjang juga ya? Ya sudah, tidak apa-apa, lagi pula ini hanya salah satu contoh cerpen dengan analisa unsur intrinsik saja. 

Kalau kira-kira terlalu panjang atau tidak sesuai dengan keinginan maka anda bisa melihat karya lain yang juga sudah dilengkapi dengan analisis. Itu saja kali ini, salam hangat dari kami dan sampai jumpa lagi esok.

Back To Top