Kisah tentang pengkhianatan seorang sahabat yang tidak rela melihat temannya lebih baik. Contoh cerpen tentang pengkhianatan ini akan menjadi tambahan koleksi yang sudah ada. Jadi akan semakin lengkap lagi karya-karya yang sudah dibagikan di situs ini. Anda penasaran dengan kisah yang satu ini, bagus atau tidak ya?
Entah seperti apa perasaan anda nanti setelah membaca cerpen ini. Tapi apapun itu, yang diharapkan dengan adanya cerpen ini adalah pembaca bisa mengambil hikmah dan pelajaran atas pesan moral yang diberikan.
Jadi cerpen ini bukan hanya sekedar dijadikan bahan bacaan untuk hiburan semata melainkan lebih dari itu. Khusus untuk rekan pelajar, karya berjudul "aku tak rela" berikut ini juga bisa dijadikan bahan untuk belajar.
Misalnya untuk bahan analisa cerpen, antara lain untuk analisis unsur intrinsik cerpen atau pun analisa unsur ekstrinsik sekaligus. Untuk memperdalam materi bahasa Indonesia khususnya tentang majas, cerpen ini juga bisa dipelajari lebih jauh dengan mencari berbagai majas yang digunakan.
Pokoknya, untuk bahan belajar bisa dijadikan tambahan referensi, bahkan untuk yang diberi tugas untuk membuat cerpen sederhana sekalipun. Ya sudah, sekarang baca dulu kisah selengkapnya!
Jadi cerpen ini bukan hanya sekedar dijadikan bahan bacaan untuk hiburan semata melainkan lebih dari itu. Khusus untuk rekan pelajar, karya berjudul "aku tak rela" berikut ini juga bisa dijadikan bahan untuk belajar.
Misalnya untuk bahan analisa cerpen, antara lain untuk analisis unsur intrinsik cerpen atau pun analisa unsur ekstrinsik sekaligus. Untuk memperdalam materi bahasa Indonesia khususnya tentang majas, cerpen ini juga bisa dipelajari lebih jauh dengan mencari berbagai majas yang digunakan.
Pokoknya, untuk bahan belajar bisa dijadikan tambahan referensi, bahkan untuk yang diberi tugas untuk membuat cerpen sederhana sekalipun. Ya sudah, sekarang baca dulu kisah selengkapnya!
Aku Tak Rela
"Kenapa Tuhan tak adil, kurang apa aku dibanding dia, kenapa
dia yang selalu menjadi nomor satu!", ucap Mayem kesal melihat Toyibah kembali
menjadi sorotan dewan guru. Mayem benar-benar tidak rela jika akhirnya ia harus
kalah dari Toyibah.
"Payah kamu, masak kalah lagi sama Toyibah. Kamu ini
benar-benar bikin malu ibu!", ucap Wagirah kesal mendengar cerita anaknya.
Dalam keluarga Mayem memang terlihat begitu banyak
persaingan, sang ibu Wagirah selalu saja membandingkan semua hal, suaminya
dibandingkan dengan kakak atau saudara lain, anaknya dibandingkan dengan
teman-teman sebaya.
Mayem yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari kecil pun
akhirnya terbiasa iri dan tidak suka dengan keberhasilan orang lain, bahkan
sampai ia sekolah pun meski belum kenal ia sudah membenci yang namanya Toyibah karena
prestasi yang ia miliki.
Ya, pendidikan dan gaya Wagirah memperlakukan anaknya di
rumah telah membentuk karakter buruk pada diri Mayem. Sampai akhirnya, selama
sekolah di SMA itu timbullah dendam karena rasa iri dalam diri Mayem.
Ia benar-benar tidak suka dan berniat menghancurkan Toyibah
yang ia anggap sebagai pesaing dalam segala hal. Mulailah ia mendekati Toyibah
untuk menjalankan rencana jahatnya.
Mayem pun mulai bersikap baik di depan Toyibah, “Hei,
selamat ya kamu dapat peringkat pertama lagi”, ucap Mayem. “Iya, terima kasih”,
jawab Toyibah singkat.
Mulai saat itu Mayem selalu bersikap baik, Toyibah yang
memang anak baik tentu saja membalas dan memperlakukan Mayem sebagai teman,
bahkan semakin hari ia semakin percaya dengan Mayem.
“Yem, bagaimana baju ini, bagus tidak…?”, tanya Toyibah.
“Bagus sih, tapi sepertinya tidak cocok untuk kamu”, ucap
Mayem jujur.
Pelan tapi pasti, akhirnya Mayem dan Toyibah menjadi sahabat
baik. Bahkan Toyibah sudah menganggap Mayem sebagai saudara. “Yem, kamu mau
minta kado apa dari aku?”, tanya Toyibah suatu hari.
“Kado apa?”, tanya Mayem penasaran.
“Ya kado, besok kamu ulang tahun kan?”, jawab Toyibah lagi.
Akhirnya, Toyibah pun memberikan sebuah boneka beruang yang
cukup besar sebagai kado untuk ulang tahun Mayem.
Hari berganti, persahabatan mereka tampak begitu erat sampai
pada suatu hari, di sekolah terjadi sesuatu yang sangat menggemparkan.
“Anak-anak, baru saja ada satu temanmu yang melaporkan
kehilangan ponsel dan uang untuk bayaran sekolah. Ia ingat benar meletakkannya
di tas ketika ditinggal ke WC, jadi bapak minta siapapun yang mengambil barang
milik teman kalian itu segera dikembalikan, atau bapak akan geledah kalian satu
persatu”, ucap guru tersebut.
Kelas langsung menjadi gaduh, tak ada satu pun siswa yang
mengaku mencuri atau mengambil ponsel dan uang milik temannya itu. Akhirnya
guru BP pun terpaksa menggeledah satu persatu para murid. Mulai dari urutan
depan, sampai pada akhirnya giliran Mayem dan Toyibah yang duduk bersebelahan.
“Mayem, mana tas kamu”, tanya pak guru
“Ini pak”, jawab Mayem, “tidak ada pak, saya kan bukan
pencuri”, lanjutnya.
“Tas kamu mana Toyibah, sini bapak periksan tas kamu?”, ucap
sang guru, “ini apa Toyibah, ternyata kamu yang mengambil ponsel dan uang milik
teman kamu ya!” ucap sang guru setelah memeriksa tas Toyibah.
“Tidak pak, tidak, saya tidak mencuri, bagaimana bisa ponsel
itu ada di tas aku, aku tidak mencuri pak, demi Alloh…”, teriak Toyibah
histeris mengetahui ponsel dan beberapa uang ada dalam tas miliknya.
“Toyibah, aku enggak nyangka, kamu kok tega sih, selama ini
aku sudah percaya sama kamu”, ucap Mayem. “Sekarang kamu rasakan pembalasanku
Toyibah”, gumam Mayem puas melihat Toyibah dipermalukan demikian.
Sejak saat itu, Toyibah sangat malu kepada teman-temannya
meski ia tidak melakukan apa yang dituduhkan, Contoh Cerpen tentang Pengkhianatan, Aku Tak Rela. Memang, dewan guru sama sekali
tidak percaya dengan kejadian itu tetapi bukti berkata lain.
Tak kuat menanggung malu, akhirnya Toyibah tidak pernah
sekolah lagi. Ia memutuskan berhenti dan tidak melanjutkan sekolah. Ayahnya tak
bisa berbuat apa-apa, sang ibu pun demikian. Toyibah justru lebih memilih
membantu ibunya berdagang.
--- Tamat ---