Cerpen Janji yang Diingkari, Terlalu Manis

Janji yang diingkari memang kerap menjadi pemicu perpecahan diantara dua orang kekasih. Awalnya sih marah-marah, memaafkan namun jika hal itu terulang maka sudah jelas bagaimana gunung berapi akan meletus. 



Tergantung seberapa penting janji tersebut, jika masalah kesetiaan maka tidak akan ada toleransi lagi, biasanya begitu. Cerpen berjudul “terlalu manis” berikut ini merupakan salah satu cerpen cinta tentang janji yang terasa bak madu namun sebenarnya racun. 

Maksud-nya, janji yang indah, manis dan seharusnya membuat bahagia justru menjadi hal yang menyakitkan. Ada lagunya, janji di atas ingkar, pokoknya pahit deh.

Tapi jujur saja, untuk kalangan penikmat karya seni khususnya cerpen, cerita seperti ini sangat menarik dan menghibur. Kita tidak akan bosan membaca kisah-kisah yang pada akhirnya selalu berakhir bahagia, happy ending.

Cerita ini mungkin tidak bagus, sebagai karya cerpen tentang janji yang sangat sederhana, namun begitu susunan kalimat dan diksi yang dipilih sungguh sangat mudah dimengerti. 

Oleh karena itu cerpen ini cocok sekali sebagai bahan bacaan ringan untuk sekedar mengisi waktu luang. Bagi yang ingin tahu cerita selengkapnya bisa langsung membaca cerpen terbaru tersebut.

Terlalu Manis
Cerpen Janji yang Diingkari

Malam hari ku teringat sebuah janji yang ada di masa lalu. Kau pernah berkata kau cinta kepadaku, sambil memegang kedua tanganku. 

Mukamu berbinar-binar dan matamu bercahaya seperti kaca yang terkena cahaya. “Aku sungguh mencintaimu”, ungkapmu di taman kota yang kini sedang ku datangi.

Aku melihat pohon tua yang masih sangat kokoh berdiri, meski sudah 10 tahun aku tidak melihatnya. Andai pohon tua itu bisa berbicara pasti dia akan menanyakan,”Dimana kekasihmu yang dulu pernah kau bawa ke sini”, tapi sayang pohon hanyalah pohon yang hanya merupakan saksi bisu dari kisahku yang manis.

Kekasih dimanakah engkau sekarang, apakah engkau masih mengingatku, sapa hati dan pikiran dalam sanubari.

 Datanglah kasih aku rindu denganmu, sejak 10 tahun silam kau tega meninggalkanku dan tak pernah memberi kabar kepadaku. 

Padahal kau berkata,”Aku hanya pergi untuk sementara dan akan kembali”, tetapi hingga sekarang kau belum kembali.

Di kursi ini aku dan kamu bermesraan sambil bercanda tawa memadu kasih. Tampaknya kursi ini tidak mengalami perubahan dan masih seperti yang dulu. 

Ku lihat semua yang ada di sinipun tidak berubah sama sekali. Berarti aku yang memang mengalami perubahan menurut saksi-saksi bisu tersebut, dulu aku ke sini dengan kekasihku tetapi kini aku sendiri, bagai kulit kacang lepas bijinya.

Tak lama kemudian datanglah pengamen yang dulu pernah aku beri sebuah ponsel, karena dia membuuhkan uang untuk membiayai orang tuanya yang masuk rumah sakit. 

Sedangkan aku tidak bisa membantu banyak dan akhirnya aku memberikan ponselku kepadanya demi kesembuhan ibunya.

“Embak yang dulu pernah memberi saya ponsel kan..?”, ungkap sang pengamen sedikit kaget melihatku.

“Iya kamu bocah yang dulu.?, sudah besar sekali sekarang, siapa namamu ?, dulu belum sempat berkenalan”, ungkapku kepad pengamen.

“Aku Reno mbak, Embak namanya siapa ?”.
“Namaku Tika, No, duduk situ yok di kursi”, ungkapku .
“Ayok mbak”.

Kami pun duduk dibangku yang dulu pernah menjadi saksi kemesraan aku dan kekasihku. “La mas yang dulu sama embak kemana ? kok enggak ikut”.

“Iya ini No, sejak 10 tahun silam dia enggak ada kabar lagi No, padahal janjinya mau merantau bentar taoi enggak ada kabar sama sekali sampai sekarang. Ini aku di sini lagi mengenang dia No, kangen banget aku sama dia”, ungkapku.

“Yang sabar ya mbak”.
“Iya No”.

Lama aku mengobrol dengan Reno, bocah yang dulu kutemui masih kecil kini telah bertumbuh dengan gagahnya. Aku pun pulang dengan perasan kecewa karena tidak jua menemukan kekasihku. 

Tetapi aku sedikit lega tempat itu masih seperti dulu dan belum ada perubahan, dan tempat tersebut menjadi kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan.

--- oOo ---

Nasehatnya, kita kalau sudah janji jangan sampai diingkari ya. Ingat, janji itu sama saja dengan hutang dan hutang harus dibayar. 

Semakin banyak berjanji maka akan semakin banyak hutang dan semakin banyak hutang maka jika mati akan gentayangan, he... he… he… (mode lebai). Bagus kan cerpen di atas tentunya?

Ya sudah, pokoknya karya ini kami persembahkan untuk para pembaca yang sedang dilanda cinta. Semoga saja tidak ada satu pun dari kita semua yang mengalami pahitnya pengalaman seperti ini. 

Sekarang, kalau sudah selesai dengan kisah menarik di atas lebih baik langsung lanjut ke beberapa karya lain.

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top