Contoh Cerpen Singkat tentang Pendidikan, Terlambat

Masih ada yang mencari contoh cerpen singkat tema pendidikan bukan? Nah, bagi yang sedang mencari cerpen dengan tema tersebut bisa membaca karya berjudul "terlambat" berikut ini. Karya cerita pendek tersebut merupakan karya yang mengisahkan kehidupan seorang pelajar putri yang memiliki kebiasaan buruk.


Kebiasaan buruk apakah yang dimiliki remaja putri tersebut? Ya, seperti terlihat pada judul, cerpen ini mengisahkan bagaimana seorang murid sekolah selalu terlambat karena tidak disiplin. Apa sebenarnya yang membuat dia selalu terlambat dan apa akibatnya?

Tentu saja kisah seperti ini sering terjadi di kalangan pelajar. Masalah terlambat kadang menjadi sebuah kebiasaan yang sulit dihindari apalagi jika tidak ada kemauan keras dari yang bersangkutan.

Cerpen ini akan memberikan nasehat dan inspirasi kepada pembaca agar rajin dan jangan suka terlambat.

Selain itu tentu saja kisah yang ada bisa dijadikan hiburan karena ceritanya juga cukup bagus. Jangan hilang perasaan dulu, memang secara umum kisah ini tampak membosankan tetapi jika dibaca akan memiliki kesan lain.

Dari pada hanya menebak dan tidak bisa memberikan penilaian terhadap karya tersebut lebih baik di baca dulu.

Terlambat Lagi
Cerpen Pendidikan Oleh Irma

Menyadari hari sudah siang Dinnar mempercepat langkahnya, ia tidak mau kalau sampai terlambat dan dihukum lagi. Tetapi, dasar memang malas dan bangun siang tetap saja Dinnar tidak bisa berangkat tepat waktu. 

Langkahnya yang dipercepat tak mampu membawanya melewati gerbang sekolah sebelum gerbang itu di tutup.

“Aduh pak, maaf pak, biarkan saya masuk pak kan baru beberapa menit…”
“Kamu lagi, kamu lagi, perasaan kamu kemarin sudah telat sekarang telat lagi”
“Iya pak, maaf…”

“Hari ini telat karena apa, ayamnya melahirkan atau kambingnya yang melahirkan?!”
“Anu pak, saya kesiangan soalnya tidak bisa tidur….”

“Oh…iya banyak nyamuk kan kalau malam! Ya sudah, kamu ikut yang lain, putar lapangan basket 5 kali setelah itu sapu halaman sampai bersih baru boleh masuk ke kelas!”

Dinnar berhasil masuk, dengan tiga orang lainnya ia menjalani hukuman, lari keliling lapangan dan membersihkan halaman depan. 

Sudah hampir selesai ketika membersihkan halaman, ia menyeka keringatnya yang bercucuran. Sambil menyeka keringat sekilas ia melihat bapak kepala sekolah berjalan ke arahnya, “waduh gawat ini…”, pikirnya.

“Loh, ini, kamu telat lagi?”
“Anu, anu iya pak, telat…”

“Kok bisa, pak satpam tolong ke sini dulu pak. Tolong di catat, kalau besok dia telat lagi langsung suruh menghadap saya dikantor ya pak”
“Baik pak, siap…”

Benar, kali ini keterlambatan Dinnar mendapat perhatian lebih karena kebetulan bapak kepala sekolah kembali mendapati ia terlambat. Setelah menyelesaikan hukuman Dinnar kemudian mohon izin untuk masuk ke kelas.

Dengan badan yang penuh keringan ia berjalan menuju ke kelas. Ia tampak sedikit ragu-ragu untuk masuk ke kelas, “waduh, sial benar aku hari ini, sepertinya jam pertama Pak Budi, pasti aku kena semprot deh!”, ucapnya sambil memperlambat langkahnya.

Ia tampak berpikir, “bagaimana jika aku masuk jam kedua saja, ah bisa berat urusannya”, sesaat kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju kelas. 

Baru mengetuk pintu Dinnar langsung disambut dengan bentakan dari pak Budi. “Ah, kamu mengganggu konsentrasi saja, cepat masuk!”, ucap pak Budi kepada Dinnar

Merasa mendapat angin segar Dinnar pun langsung begegas menuju ke tempat duduknya. “Eh, siapa yang suruh kamu duduk, kamu boleh masuk tetapi kamu hanya boleh duduk di lantai di pojok itu, kalau tidak mau silahkan tinggalkan kelas saya”, ucap pak Budi sambil menunjuk ke arah pojok kelas dekat kotak sampah.

Benar-benar sial, terpaksa, Dinnar tidak memiliki pilihan lain selain menurut dan menjalani hukuman dari gurunya. Hari ini Dinnar mendapatkan tiga hukuman sekaligus karena keterlambatannya. 

Dalam hati ia bertekad untuk tidak pernah terlambat lagi, apalagi yang terakhir ia benar-benar merasa malu ketika diejek oleh seorang guru karena sering datang terlambat.

Beberapa hari kemudian Dinnar datang lebih pagi dan lolos dari ekejan, namun rupanya hal itu tidak bertahan lama, penyakit lamanya kambuh dan membuatnya harus mendapatkan skor selama satu minggu.

“Dinnar, ini sudah jam 10 malam, tidur besok kamu sekolah!”
“Nanti bu, tanggung tv-nya bagus nih!”
“Besok kamu terlambat!”
“Tidak bu, kan sudah pasang alarm”

Dinnar tak menghiraukan nasehat sang ibu, ia terus asyik menikmati tayangan televisi yang ia sukai. Sampai akhirnya, tidak terasa waktu telah semakin malam, setengah dua belas akhirnya ia baru beranjak menuju ke kamar.

Tentu saja, remaja sekolah tidak mungkin bisa kuat dengan tidur terlalu malam. Meski Dinnar sudah menghidupkan jam alarm namun nyatanya ia tak kuasa menahan kantuk. 

Akhirnya ia pun bangun kesiangan. “Aduh, duh, duh….bahaya ini!”, teriaknya sambil menuju ke kamar mandi.

Waktu berlalu tanpa sarapan, ia langsung menuju ke sekolah. Berangkat jalan kaki, ternyata ia tidak dapat berlari dan tentu saja ia terlambat lagi. 

Kali ini ia sudah tidak mendapatkan ampun, apalagi ketika ia jujur bangun kesiangan karena melihat televisi.

“Mulai besok kamu bapak skor satu minggu, supaya kamu bisa puas menonton televisi dan bangun siang”, ucap bapak kepala sekolah. 

Tak lupa, sang kepala sekolah juga mengajak Dinnar ke kelas dan mengumumkan hal itu, lengkap dengan menyebutkan alasan hukuman Dinnar agar dia bisa bangun siang dan menonton televisi sampai puas.

Hari itu ia menjadi bahan tertawaan seluruh kelas. Mukanya merah menahan malu sampai hampir menangis. Tapi keputusan sudah final, ia pun harus menerima hal itu. 

Pulang ke rumah ia pun mendapatkan hukuman yang berat. Sang ibu marah besar sehingga semua pekerjaan rumah harus Dinnar kerjakan sendiri sebagai hukuman.

--- Tamat ---

Back To Top