Contoh Cerpen Pendek, "Aksesoris Kamera yang Hilang" - Aksesoris kamera menjadi inti dari kisah yang dimuat dalam contoh cerpen pendek berikut. Apa sebenarnya yang terjadi, ada apa dengan aksesoris kamera tersebut? Ya, terlihat jelas dari judulnya bahwa ada seseorang yang kehilangan perlengkapan kamera tersebut.
Siapa sebenarnya yang kehilangan barang tersebut tentu bisa ditebak. Kalau yang berurusan dengan kamera biasanya adalah orang yang memiliki hobi fotografi. Lalu pertanyaan selanjutnya kira-kira siapa yang mencuri peralatan tersebut?
Kisah ini, meski terlihat umum, dikemas dengan sudut pandang yang sedikit berbeda. Cerpen pendek tersebut bukan menceritakan barang yang hilang diambil pencuri yang tidak dikenal tetapi sebaliknya.
Secara keseluruhan kisah ini mengambil tema tentang persahabatan. Kisahnya mengajarkan kita untuk jujur kepada sahabat. Karena dengan kejujuran bisa saja masalah yang tadinya sulit akan lebih mudah di atasi.
Yang terpenting, jangan pernah mengkhianati seorang sahabat apalagi masalah kepercayaan. Ingat, sahabat adalah orang yang akan menjadi penolong ketika kita ada masalah, jadi perlakukan sahabat dengan baik.
Kisah ini, meski terlihat umum, dikemas dengan sudut pandang yang sedikit berbeda. Cerpen pendek tersebut bukan menceritakan barang yang hilang diambil pencuri yang tidak dikenal tetapi sebaliknya.
Secara keseluruhan kisah ini mengambil tema tentang persahabatan. Kisahnya mengajarkan kita untuk jujur kepada sahabat. Karena dengan kejujuran bisa saja masalah yang tadinya sulit akan lebih mudah di atasi.
Yang terpenting, jangan pernah mengkhianati seorang sahabat apalagi masalah kepercayaan. Ingat, sahabat adalah orang yang akan menjadi penolong ketika kita ada masalah, jadi perlakukan sahabat dengan baik.
Aksesoris Kamera
Cerita oleh Mands
Sebagai seorang pecinta
fotografi, aku tentu menaruh perhatian lebih pada kamera dan berbagai aksesoris
kamera yang aku gunakan. Barang-barang tersebut merupakan barang yang cukup
berharga dan selalu aku simpan rapi jika tidak dipakai.
Malam itu setelah seharian aku
menghabiskan waktu libur untuk sekedar hunting beberapa gambar, aku menyimpan
peralatan kamera yang aku gunakan. Seperti biasanya, semua tersimpan rapi di
tempatnya.
Esok harinya aku melanjutkan
rutinitas seperti biasa, belajar di salah satu sekolah ternama di kotaku. Ya,
aku adalah anak perantauan yang bersekolah di kota orang. Aku tinggal di asrama
putri bersama beberapa teman sekolah lain.
Hari itu, seperti biasa ketika
pulang sekolah aku langsung menuju asrama. “Astaghfirulloh”, betapa kagetnya
ketika aku mendapati pintu kamar asrama sudah terbuka. Aku langsung masuk, dan
kulihat kamar sudah berantakan, hal pertama yang aku lihat tentu saja kamera.
“Alhamdulillah, kamera masih
ada”, selanjutnya aku cek lemari dan ternyata, “astaghfirulloh, aksesoris
kamera ku….!” Ya, kejadian itu begitu membuat aku terpukul, entah siapa yang
masuk kamar dan mencuri peralatan kamera kesayanganku, uang dan juga salah satu
ponsel kesayangan.
Saat itu aku langsung menemui ibu
asrama dan menceritakan kejadian tersebut. “Iya, tadi ada seorang laki-laki
tanggung, katanya kakak kamu, makanya ibu biarkan ia masuk…” jelas ibu asrama
kepadaku.
Dia pun kemudian menjelaskan bahwa
jika ada sesuatu yang hilang ia bisa melihat siapa yang melakukannya karena
kebetulan asrama kami memang dilengkapi dengan kamera pengaman.
Ada rekaman kamera yang bisa dilihat, ibu asrama langsung mengajakku untuk melihat rekaman tersebut dan ternyata, “ya alloh, itu kan….”, aku tidak sempat melanjutkan ucapanku. “apa kamu kenal lelaki itu?”, tanya ibu asrama kepadaku. “Iya bu, aku kenal orang itu, ya sudah bu biarkan saja aku yang urus”, jawabku.
Ada rekaman kamera yang bisa dilihat, ibu asrama langsung mengajakku untuk melihat rekaman tersebut dan ternyata, “ya alloh, itu kan….”, aku tidak sempat melanjutkan ucapanku. “apa kamu kenal lelaki itu?”, tanya ibu asrama kepadaku. “Iya bu, aku kenal orang itu, ya sudah bu biarkan saja aku yang urus”, jawabku.
Ternyata, yang mencuri aksesoris
kamera dslr milikku adalah teman satu kampung, ia adalah teman yang sekolah di
sekolah lain, padahal ia sudah aku anggap seperti saudara sendiri, bahkan
keluarga kami pun saling kenal.
“Aneh, kenapa dia mencuri,
padahal orang tuanya adalah orang kaya, bahkan orang tuanya juga memiliki toko
elektronik yang menyediakan banyak jenis kamera dan aksesorisnya. Disana ia
bisa mendapatkan apa saja, aksesoris kamera hp, aksesoris kamera canon,
aksesoris kamera nikon atau aksesoris kamera nikon d3100 sekalipun seperti
milikku” ucapku tak habis pikir.
Tentu saja aku sangat marah, tapi
aku tak mau membawa masalah ini sampai keluarganya tahu. Keesokan harinya aku langsung
mencoba menemuinya di sekolahnya. Tanpa basa – basi ketika aku menemukannya aku
langsung memarahinya.
“Apa saja aksesoris kamera yang
sudah kamu curi, kenapa kau melakukan itu!” ucapku ketus. “Maksud kamu apa sih,
datang tiba-tiba menuduh aku seperti itu, jangan asal kamu ya!” jawabnya.
“Sudahlah, meski orang tuamu adalah pemilik toko aksesoris kamera solo namun kamu tidak bisa mengelak, kalau kamu tidak mau mengaku dan mengembalikan semua yang sudah kamu curi maka aku akan melaporkanmu ke polisi, aku ada bukti, ada rekaman di asramaku!”, jawabku kesal.
“Sudahlah, meski orang tuamu adalah pemilik toko aksesoris kamera solo namun kamu tidak bisa mengelak, kalau kamu tidak mau mengaku dan mengembalikan semua yang sudah kamu curi maka aku akan melaporkanmu ke polisi, aku ada bukti, ada rekaman di asramaku!”, jawabku kesal.
Ia pun tertunduk dan tak bisa
mengelak lagi. “Maafkan aku, tolong jangan laporkan aku”, ucapnya memelas.
“Memang kenapa sih, kamu ada masalah apa sampai tega seperti itu!” teriakku.
“Aku melakukan kesalahan, aku dihukum dan tidak diberi jatah uang jajan oleh orang tuaku, saat ini aku tidak punya uang sama sekali maka dari itu aku ke asramamu, awalnya aku ingin meminjam uang tapi karena kamu sudah berangkat…” ia pun terdiam tak melanjutkan perkataannya.
“Aku melakukan kesalahan, aku dihukum dan tidak diberi jatah uang jajan oleh orang tuaku, saat ini aku tidak punya uang sama sekali maka dari itu aku ke asramamu, awalnya aku ingin meminjam uang tapi karena kamu sudah berangkat…” ia pun terdiam tak melanjutkan perkataannya.
Sungguh malang nasibnya, meski
sangat marah aku pun tak tega melihat dia seperti itu. Karena selama ini dia
sudah baik dan menjadi salah satu teman andalan bagiku. Akhirnya aku meminta ia
untuk mengembalikan semua yang dicuri.
Uang yang ia ambil sudah habis, dan berbagai aksesoris kamera milikku sudah disewakan kepada temannya. Akhirnya ia aku ajak untuk menebus barang-barang tersebut.
Uang yang ia ambil sudah habis, dan berbagai aksesoris kamera milikku sudah disewakan kepada temannya. Akhirnya ia aku ajak untuk menebus barang-barang tersebut.
Setelah semua beres aku pun
langsung menasehatinya kalau apa yang ia lakukan itu sangat berbahaya dan tidak
benar. “Lain kali kamu tidak boleh seperti itu,” ucapku, “kamu bisa saja
dipenjara atau dihakimi orang, kalau ada apa-apa kamu bilang saja, jangan
seperti anak TK seperti itu!” lanjutku.
Sepertinya ia benar-benar
menyesal atas kesalahan yang ia lakukan. Ia sama sekali tidak berani menatapku,
ia terus saja menunduk. “Ya sudah, jangan sampai di ulangi lagi, lain kali kamu
tidak akan aku maafkan.
Sekarang untuk kebutuhan uang harian, aku akan memberikan sebagian jatah yang aku miliki. Yang penting kita masih bisa makan, sampai kamu tidak dihukum lagi.” ucapku pajang lebar.
Sekarang untuk kebutuhan uang harian, aku akan memberikan sebagian jatah yang aku miliki. Yang penting kita masih bisa makan, sampai kamu tidak dihukum lagi.” ucapku pajang lebar.
Ia pun menerima saranku, selama
satu minggu lebih ia mendapatkan sebagian jatah harianku dari rumah. Meski aku
sedikit kurang tapi aku bersyukur ia bisa mendapatkan hikmah atas apa yang
terjadi.
--- Tamat ---