Cerita Horor Kuntilanak Mengerikan

Cerita cerpen tentang hantu kuntilanak ini lucu-lucu seram deh. Apalagi cerita yang satu ini diceritakan dengan nuansa yang sangat sederhana. Bahasa yang digunakan sangat renyah. Menggunakan bahasa sehari-hari. Ringan untuk dibaca. 


Cerita ini bisa dikatakan diambil dari ide kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata. Khususnya yang jadi bagian pengalaman penulis. Tapi ya, begitulah. Kita mencoba menyajikan sesuatu yang sangat sederhana sesuai kemampuan.

Semoga saja untuk adik-adik pelajar yang sedang belajar menulis bisa menjadi bahan referensi. Bagaimana menulis sebuah cerita. Yang bagus bisa dicontoh, yang tidak bagus jangan diikuti ya. Seperti apa sih, yuk langsung kita baca.

Horor Kuntilanak
Cerpen Pengalaman tentang Hantu

Pada suatu malam jum’at bulan suro kemaren aku masih bertempat tinggal di kali sari di pesantren Hidayah. Biasa rutinan sehabis isya’ itu ada acara yasinan berjamaah para santri.

Sehabis magrib ada acara nariyahan. Namun pada malam jum’at bulan suro kemaren aku tidak mengikuti kegiatan tersebut. 

Aku tidak ikut dikarenakan aku kabur dari pondok untuk kumpul kumpul bersama sama teman aku di kandang ayam yang bertepatan di samping lapangan bola kali sari. 

Aku kabur dari pondok sehabis magrib. Aku berangkat seorang diri aku menuju lapangan dengan berjalan kaki dan melewati bulak bulakan seperti pohon sawit. Yang paling menakutkan pohon bambu di setiap penjuru atau pojokan pasti ada pohon pringnya.

Aku waktu berangkat aku tidak merasa takut dengan adanya hantu atau sejenisnya. Dan aku pula tidak tahu kalau itu adalah malam jum’at bulan suro. Aku berangkat dengan pikiran tenang nyantai dan heppy karena aku mau bakaran ayam. 

Jadi senang sekali sampek sampek aku tidak merasa takut di perjalanan…Aku ketika sampai di kandang ayam aku di Tanya sama teman teman aku…..

"Dengaren kwe wani melaku dewekan malam jum’at joh..."
"weh aku ki opo seng ora tak waneni…."

“Halah halah paleng yo nek kecetuan langsong ngompok neng gon…!”
“Hahahah aku laki cuy,angger eneng seng nemoni aku yo bakalan tak gandeng tak jak meng pondok ngaji bareng…!”

“Ha…ha…ha… tak cekel omonganmu…!

Akhirnya kita pun bersama sama ngurusi ayam yang mau di bakar. Waktu itu aku membakar ayam 3 dan di makan orang 5. Sebenarnya sih ada 5 juga ayamnya tapi takut kagak habis di makan jadi cuma bakar 3 doang. 

Ketika aku bakar, aku agak merasa merinding karena kami bersama teman teman sambil cerita horor, jadi suasana jadi merinding. 

Sudah dibakar kira kira di amggap udah matang kita pun makan bareng pas waktu kita makan ada salah satu teman kita orang yang bilang…

alpin: jerene angger bakar balong gelem pocong muncul bro,,,jajal yok
aku: ora sahaneh aneh lah pin, mengko gari di tekoni kuwe ra iso turu
Alpinn: bocah akeh iki ngapa wedi,,,

Makan pun sudah selesai. Aku pun beneran membakar tulang tulan ayam tadi. Ternyata poncong yang nya kagak muncul muncul. Hari sudah larut malam aku bilang ma teman teman untuk pulan duluan dan salah satu teman aku ngejek “Awas Lo Eneng Pocong Neng Papringan Kwi Gan”.

Aku cuek aja namun dalam hati aku walau pun ada bakal guwe tanyain dan gue ajak ngobrol tuh pocong.

Aku udah berjalan melewati papringan namun aku tidak merasakam. Merinding tapi pas hampir aku sampek dengan perumahan ada tunggak pohon lelapa aku melihat ada putih putih. Aku memberanikan diri untuk melihatnya dengan membaca solawat. 

Setelah aku melihat dari dekat ternyata itu cuman karung yang di tarok di tunggak tersebut dan hati aku lega dan tidak merinding lagi. 

Tapi pas kaki melangkahkan kaki aku terdengar melengking sekali suara kunti lanak yang sedang tertawa. Aku sangat merinding sekali dan akun beranikan tengok kanan gdan kiri atas bawahsamping namun tak ada wujud hantu. 

Namun ketika aku mau melangkahkan kaki aku lagi suara kuntilanak itu terdengar lagi dan tambah keras dan tambah melengking di telinga aku. Aku gak berpikir panjang dan aku lanhsung lari terpirit pirit. 

Sesudah aku sampai di perumahan aku melihat banyak pemuda kali sari yang sedang tongkrongan dan aku senang sekali dan aku berjalan biasa seolah olah tidak terjadi sesuatu. Dan sesampainya aku di tempat atau di pondok aku ditanya sama teman sekamar aku 

“Nyapo raimu pucet gan?”
“Aku bene di wedeni kunti lon…!”
“La kok iso, emange kwe teko ngendi?”

“Aku bar bakar ayam neng kandang!”
"Ha…ha…ha… kawus makane angger bakaran ki jak jak mamas yok…!”
“Asem kwe malah ngawus ngawuske konco seng ejek kenek musibah!”

Lalu aku pun lonjat pergi kedepan dan merenungi apa yang telah terjadi lalu aku tidur di depan kamar. Keesokan harinya gempar denhan apa yang telah terjadi pada malam itu. 

Karena teman ku fadlun cerita cerita ke teman aku yang lain kalok aku habis di ajak kenalan sama Kuntilanak…

Sejak itu aku jadi gk berani sendiri kalok sedang ada acara bakaran ayam di kandang lagi karena takut akan terjadi ke dua kalinya.

Mungkin cukup dari sini cerita nyata aku yang sok pemberani ini,,, ini pengakaman say, namun aku tidak pernah melihat kuntilanak secara kangsung tapi kalok suara suara aku sering sekali……

---oOo---

Tag : Cerpen, Hantu, Horor
Back To Top