Berikut adalah salah satu cerpen religi tentang kebaikan hati seorang remaja putri yang memiliki jiwa sosial tinggi. Bibirnya tebal, seksi. Berwarna
merah darah. Ia selalu tersenyum simpul kala berbicara. Tutur katanya tertata,
tak pernah menyinggung atau menyakiti orang lain. Najwa adalah simbol
kelembutan seorang wanita, demikian kata orang.
Gerak tangannya gemulai, lembut.
Tatapan matanya, tak ada yang tak terpesona dengan tatapan mata Najwa. Sinar
matanya menggambarkan cinta yang penuh kehangatan. Sosok makhluk sosial yang
sangat peduli dengan orang lain, namanya Najwa.
Najwa adalah pekerja sosial.
Aktivitas utamanya adalah mendidik anak-anak yang kurang beruntung. Ia secara
rutin datang ke beberapa pondok belajar mandiri dan beberapa panti asuhan.
Pagi buta, terdengar suara
mengaji dari kamar Najwa. Pukul 05.15 tepat, Najwa sudah baranjak dan
mempersiapkan diri. Berpakaian rapi, menghampiri sang ibu yang sedang menata
meja makan.
“Ayah mana Bu?”, tanya Najwa. “Lagi
sholat Nak, kamu pagi – pagi benar sudah rapi?”, jawab ibunya sambil menata
piring. “Iya bu, hari ini ada tambahan ngajar untuk anak-anak panti?”, ucap
Najwa sambil tersenyum kecil.
“Oh, iya. Bagaimana anak-anak,
sudah pintar apa mereka. Pasti mereka sekarang sudah banyak yang jago baca
Alquran ya?”. Najwa menjawab pertanyaan ibunya dengan santai, “alhamdulillah
Bu”, jawabnya sambil menata makanan di piring.
“Najwa sarapan duluan ya Bu,
tolong sampaikan sama Ayah, Najwa hari ini pulang agak sore. Soalnya Najwa juga
harus mengantarkan beberapa anak yang diterima bekerja di perkebunan tetangga.”
Ucap Najwa.
Pagi itu Najwa berangkat diiringi
doa dari ayah dan ibunya. Langkah kakinya mantap, jalannya tegak dengan
pandangan lurus ke depan. Ia sama sekali tak gentar dengan dinginnya angin yang
menusuk tulang.
Sekitar pukul 7 pagi, ia sampai
di Panti Cipta Mandiri. Ia melayangkan senyum lebar, disambut suara teriakan
anak-anak panti. “Selalu dengan senyuman dan tatap mata yang teduh, selamat
pagi Najwa, semoga Alloh selalu melindungi kamu”, ucap pimpinan panti
memberikan salam.
“Ah, ibu bisa saja, amin.
Bagaimana anak-anak bu, apa mereka hadir semua?”, Najwa melayangkan pandangan
ke penjuru panti. “Iya, mari masuk, kita ngobrol dulu sebentar” ajak pengelola
panti yang benama Bu Risma.
Bu Risma pun mengajak Najwa ke
ruangan yang sudah disiapkan dengan beberapa cemilan. Secangkir teh segera
hadir setelah Najwa merebahkan diri di bangku sederhana yang tertata memutari
meja.
“Kami benar-benar berhutang budi
pada Nak Najwa. Panti ini tidak akan bisa berjalan tanpa bantuan Nak Najwa”,
ucap Bu Risma sambil memegang secangkir teh. “Ibu tidak perlu bicara seperti
itu, ini sudah kewajiban saya, membantu ibu dan anak-anak disini. Mudah-mudahan
masa depan anak-anak bisa lebih baik lagi”, ucap Najwa.
“Iya, mari Nak, kita minum
teh-nya dulu”, ajak Bu Risma. Najwa menjawab dengan senyuman dan tatapan
hangat. Setelah beberapa menit menikmati secangkir teh, Najwa pun memulai
aktivitasnya di Panti itu, mengajar.
Waktu berjalan begitu cepat.
Sampai tengah hari, Najwa menyelesaikan dua kelas dari panti berbeda. Setelah
istirahat siang, ia kemudian beranjak dan menuju ke panti asuhan yang ketiga
dimana ia akan mengantarkan beberapa anak yang mendapatkan pekerjaan baru.
“Jangan pandang remeh
pekerjaannya. Kerjakan dengan ikhlas untuk ibadah. Mudah-mudahan kalian akan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Alloh SWT. Alloh pasti akan membalas
kerja keras dan keikhlasan kalian dalam bekerja”, pesan Najwa kepada anak-anak
yang diantarnya.
Sehari penuh, Najwa membagikan
senyum dan tatap mata bahagia kepada banyak penghuni panti. Jiwanya penuh
dengan kebahagiaan. Ia pulang dengan rasa puas atas kerja keras yang ia lakukan
demi orang lain.