Peternakan Sapi Modern dan Harapan Swasembada Daging Sapi

Masalah swasembada sapi memang masih menjadi masalah yang serius yang dihadapi oleh negeri ini. Ketika Dahlan Iskan yang dahulu mempunyai rencana untuk membuat peternakan sapi dengan sekala besar tapi gagal dan rencana itu hanya sebagai impian saja.


Padahal dengan membuat peternakan dengan skala besar tentulah bisa swasembada daging sapi. Pada rezim presiden Jokowi, upaya untuk swasembada dengan hendak membangun peternakan sapi berskala besar juga akan dilanjutkan.

Presiden Jokowi sendiri telah menyiapkan lahan di Kalimantan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat peternakan sapi.

Dengan cara inilah upaya swasembada sapi bisa direalisasikan, dan tidak hanya sekedar impian. Keberadaan peternakan tradisional milik warga tidaklah bisa menjadi rujukan dalam mengupayakan swasembada sapi.

Hasil dari peternakan tradisional tidak menentu kadang baik, dan kadang juga jauh dari target yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan peternakan tradisional milik warga dijalankan dengan tempat, peralatan, dan perlengkapan penopang yang seadanya dan terbatas.

Sehingga hasil dari peternakan tradisional tidak bisa menjadi sebuah tumpuan dalam swasembada daging sapi.

Untuk bisa melakukan swasembada sapi memang jalan satu-satunya adalah dengan cara membuta peternakan sapi dengan pakan, peralatan, kandang yang modern.

Dalam hal ini tentulah pemerintah harus belajar dari negara yang sudah berhasil melakukan swasembada dan ekspor daging sapi yaitu Australia.

Dengan demikian upaya impian swasembada daging sapi bisa dilakukan dengan melihat gambaran terang ke depannya.

Memang membuat peternakan berskala besar membutuhkan modal yang sangat besar, dan dalam pengadaan daging sapi negeri lebih murah mengimpor dari pada terlebih dahulu membuat peternakan berskala besar dengan sistem penunjang modern.

Namun ada resiko yang harus diterima bila memenuhi kebutuhan dengan cara mengimpor, harga bisa berubah sewaktu-sewaktu bila ada krisis komoditas, dan hal tersebut menimbulkan harga yang sangat tinggi.

Seperti halnya yang dialami oleh negara Hongkong, negara yang mempercayakan kebutuhan masyarakatnya dengan mengimpor. (Arif Purwanto).

Back To Top