Sawit memang masih menjadi sebuah sumber penerimaan keuangan untuk negara, sehingga apabila jumlah ekspor sawit merosot maka upaya presiden Jokowi membuat perekonomian menyentuh angka 5,6 persen menjadi terhambat.
Merosotnya jumlah ekspor sawit dari Indonesia sendiri disebabkan karena adanya penolakan oleh negara-negara Uni Eropa tentang ekspor sawit dari Indonesia.
Yang dikarenakan tuduhan miring yang dilakukan oleh para LSM dalam dan luar negeri tentang perusahaan-perusahaan sawit yang ada di Indonesia.
Beberapa tuduhan diantaranya adalah berupa banyaknya tanah sengketa yang kemudian dijadikan tempat penanaman sawit.
Serta tuduhan berupa banyaknya anak-anak yang masih berusia di bawah umur yang dipekerjakan dalam proses panen dan pemeliharaan sawit.
Hal tersebutlah yang hingga akhirnya ditelan mentah-mentah oleh pihak Uni Eropa, dan selanjutnya memberikan larangan ekspor sawit dari Indonesia.
Masalah tentang pelarangan ekspor sawit dari Uni Eropa menurut presiden Jokowi adalah masalah yang sangat serius dan tidak bisa dianggap enteng.
Karena bila terus ada penolakan ekspor sawit Indonesia maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terhambat. Serta upaya pemerintah menetapkan target perekonomian Indonesia menyentuh angka 5,6 persen pada tahun 2018 bisa terhambat. (Arif Purwanto)