Sebuah cerpen tentang malam minggu kelabu. Sedikit mendung. Suasana kampus
mulai sedikit lengang. Hanya terlihat beberapa gerombol mahasiswa yang baru
keluar dari kelas sore.
Hari sabtu, sudah umum banyak anak kuliah yang kurang
minat menghabiskan waktu di kampus. Sama dengan Rizky yang terpaksa kuliah demi
tuntutan orang tua.
“Malas benar hari ini gua
kuliah”, ucap sambil menghitung anak tangga yang ia lewati. “Tahu lah gua, loe
kan maunya pacaran melulu”, sahut Marno ketus.
“Kamu ini No, aku mahasiswa
teladan yang tidak pernah menduakan kuliah demi cinta”, ucap Rizky lantang.
“Cius loe…”, ejek Marno. Mereka kemudian setengah berlari menuruni tangga
kampus.
“No, mau ikut enggak loe?”,
tariak Rizky sambil menepuk bahu sahabatnya. “Ikut kemana neh, nongkrong tempat
biasa kan?” jawab Marno. “Enggaklah, ini kan malam minggu, ngapel. Punya pacar
enggak loe sih, ketahuan banget jomblo-nya!”, ucap Rizky lagi sambil mengejek
sahabatnya.
“Sial loe… Eh, beneran loe mau
ngajak gua ngapel?”, tanya Marno kali ini serius. “Eh, enggak deh… Kalau ada
loe acara gue bisa hancur berantakan!”, jawab Rizky sambil berlari meninggalkan
sahabatnya.
“Dasar sial. Nasib-nasib jadi
jomblo seabad!”, Marno pun pergi mengambil jalur berlawanan arah dengan
sahabatnya, meninggalkan Rizky dengan jari tengah di atas.
Suasana semakin gelap. Dari
kampus Rizky langsung pulang ke rumah, “kok mendung gini kelihatannya ya, mana
dingin benar nih angin!” gumam Rizky memasuki gerbang rumah. Motor tak masuk ke
garasi, masih nampang di depan teras rumah. Rizky masuk ke dalam. Hujan pun
datang dengan lebat.
“Set dah, untung sudah sampai
rumah!”, Rizky langsung menuju ke ruang tengah, melemparkan tas ke meja dan
tiduran di sofa.
Lima menit berlalu. Mata Rizky
terpejam mengejar sekelebat bayangan seorang gadis berambut panjang. Tinggi,
langsing. Caranya berlari menggambarkan bahwa gadis itu adalah dari kalangan
bangsawan, ningrat atau sejenisnya.
“Aduh, cantik nian gadis itu.
Siapakah gerangan dia?”, Rizky terus mengejar bayangan itu sampai di tepi
sebuah sungai kecil sang gadis berhenti. “Lihat-lihat, airnya terjih benar.
Ikan-ikan kecilnya kelihatan, sungguh indah ya Ky”, ucap gadis itu sembari
menatap ke arah Rizky. “Tiara…” ucap Rizky sedikit kaget, “iya warna warni
seperti pelangi di matamu”, jawab Rizky kemudian.
“Sudah lama aku tidak bermain di
taman ini. Terima kasih ya Ky, telah datang malam minggu ini. Dengan bulan yang
begitu terang dan kamu di sisiku, hidupku benar-benar sempurna”
Rizky dan Tiara kemudian duduk
disebuah batu besar berdua. Tiara menengadah, menatap sinar rembulan. Tangan
kirinya meraba batu yang mereka duduki, “di batu ini masih ada nama kita enggak
ya”, suara Tiara lirih.
“Masih, ini kan salah satu tanda
kesempurnaan cinta kita”, jawab Rizky sambil meletakkan tangan kanannya di
tempat yang sama. Mereka pun terdiam, menikmati indahnya malam minggu bertabur
bintang dan rembulan.
“Kapan kita menikah Ky?”, suara
Tiara tiba-tiba bak petir yang menyambar keras. Rizky bahkan tak percaya
kalimat itu keluar dari mulut Tiara kekasihnya. “Menikah?”, jawab Rizky, “kita
kan masih kuliah. Masih dua tahun lagi baru kita lulus”, jawab Rizky kemudian.
Seolah kaget, Tiara memalingkan
wajahnya begitu cepat. Barjarak kurang dari 1 jengkal, dua pasang mata itu
beradu. Tampak jelas sinar mata Tiara begitu membara, berapi-api. “Kapan kita
menikah?”, tanya Tiara lagi dengan suara lebih serius.
Darah Rizky berdesir. Kali ini ia
tahu benar bahwa kekasihnya mengucapkan hal yang serius, bukan bergurau.
Seketika itu pikirannya buyar, tak dapat konsentrasi. Ia tidak tahu apa yang
harus ia katakan.
Mustahil pertanyaan itu ia jawab
sementara ia masih bergantung hidup dengan orang tua. “Tiara juga masih jauh
dari siap. Tapi kenapa ia bertanya seperti itu”, tak sadar Rizky pun larut
dalam angannya, membiarkan Tiara menunggu dengan tatapan penuh harap.
“Rizky…!”, teriak Tiara, “plok…!”
suara tamparan keras terdengar mendapat di pipi. Rizky kaget setengah mati.
Rizky memegangi pipi kanannya yang terasa panas, bengong mendapati dirinya
tergeletak di sela sofa dan meja.
“Aih…”, ucapnya sembari buru-buru
bangun dan meraih ponsel. 12:30, lebih dari tengah malam. Rizky melewatkan
malam minggu dengan Tiara kekasihnya.