Sebuah desa atau kampung biasanya memiliki akar budaya lokal yang sangat dijaga ketat. Bahkan terkadang sangat mistik. Kampung yang memiliki akar budaya yang kuat tidak mudah tergerus oleh jaman karena masyarakatnya sangat sadar akan budaya.
Seniman membawakan tari topeng di kawasan Situs Budaya Topeng
di Polowijen, Malang, Jawa Timur/antara
Tidak jarang para budayawan lokal bahkan mempromosikan kampung mereka itu sebagai kampung yang sangat layak untuk dikunjungi.
Seperti kampung Polowijen yang berada di pinggiran kota Malang yang saat ini terus dipugar budaya budayanya.
Arkeolog Universitas Negeri Malang, M. Dwi Cahyono mengatakan, dalam sejarahnya, Panawiyan adalah desa pada abad ke X masehi telah menyandang status sima (swatantra).
Yakni sebuah desa agraris yang terbilang maju pada jamannya. Dan sangat tersohor diwilayah tersebut.
Bahkan menurutnya, memasuki akhir abad XII atau abad XIII masehi, desa yang didalam kitab gancaran pararaton "panawijan" berkembang menjadi mandala bahayana buddisme.
Yang dipimpin oleh pu purwa, yang tiada lain adalah ayahanda ken dedes yang sangat termashur pada zamannya.
Kini desa tersebut beralih sebutan sedikit menjadi polowijen, sebuah kelurahan di pinggiran kota malang yang tengah bermetamorfosis dari pedesaan ke perkotaan.
Seiring dengan keadaan itu jejak budaya masa lampau, baik artefaktual atau pun tradisi lisan yang berkenaan dengan sejarah panawijyan dan ken dedes kian terpinggirkan, bahkan nyaris dilupakan.
Pandangan ini dikemukakan oleh Dwi Cahyono dalam saresehan kampung budaya polowijwn." mencari hari jadi polowijen yang digelar di polowijen beberapa minggu lalu.
Setidaknya kita dapat mengerti bahwa masih banyak desa - desa yang mempunyai sejarah namun belum dikembangkan secara baik. Perlu perhatian yang lebih baik dari pemerintah pusat maupun daerah untuk mengembangkan budaya desa. (Gunarto)