Kisah Sedih Penyesalan Seumur Hidup Seorang Gadis Kecil

Namaku Dian setiningsih orang-orang biasa memangilku Dian. Ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku. Sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup waktu perpisahan dengan ayah. 


Bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Tidak tahu apa yang akan terjadi. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia. Yaitu ayahku.

waktu perpisahan terakhir ayah enyampaikan sebuah waisat atau sebuah permintaan terakhir untukku yaitu jangan sampai menjual tanah kosong yang ada di samping rumah, pada saat ayah sedang sakit yang cukup parah ketika itu aku sedang menemani ayah yang sedang sakit parah dan ayah sempat bilang kepadaku “ Nak...ini wasiat sebelum ayah pergi...”.

“apa dia ayah?”... ujarku sambil menangis
“Ingat! Tanah yang sebelah rumah kita itu, jangan sekali-kali di jual.....!” kata ayah dengan menahan rasa sakit yang dideritanya.

“ Kenapa ayah?...” kataku dengan tersedu menangis.
“ Itu tanah orang...!” kata ayahku sambil tersenyum.

“BUSET,  masih sekarat masih sempet sempetnya bercanda, (kataku dalam hati). Aku yang sedang menangis jadi tersenyum manja di buatnya, dan tak beberapa lama ayah meninggalkan kami semua, semua keluarga bersedih (SENSOR).

Setelah satu bulan ayah meninggalkan kami semua, aku merenung sendirian di kamar dan mengingat saat saat ayah sedang bersama kai sekeluarga pada saat Bulan Ramadhan, saya yang sedang sakit kepala.

“Adduuuh, kepala ku sakiiit...” rengekanku sampai  terdengar di telinga  ibu dan ayah.
“kenapa bisa sakit nak? Sabar aja tunggu udah mau buka, tinggal 3 jam lagi kok..
“Aduh, saya sudah tak tahan sakitnya bu...?”

“Sabar nak, orang puasa harus sabar...” kata ibu sambil menenangkanku.
Tiba tiba, ayah  pergi dan kembembali lagi dengan membawa  Obat merk terkenal dan dikasihkan ke saya lalu, saya pun minum obat tersebut

“Alhamdulillah, saya sudah minum obat” kataku dengan lega!
“ Waaah... Dian masih puasa pak, kok minum obat, batal dong puasanya..
“Itulah Oke-nya BODREX, bisa diminum kapan saja...”

Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat, yang tidak pernah aku lupakan diakhir kehidupannya ayah, dia masih sempat membuatku tersenyum.

Demikianlah pesan terakhir ayah sebelum meninggalkan dunia ini, hatiku sangat sedih saat itu…, aku merasa sangat kehilangan tetapi aku berusaha mewujudkan harapanya selalu tetap tersenyum di kala sedang ada musibah.

Tag : Anak, Cerpen, Keluarga
Back To Top