Sembilan
puluh tahun lebih, Paijo dan Painem sudah membina rumah tangga. Tak ada dusta
dan rahasia diantara mereka berdua. Bahkan Painem hafal benar berapa jumlah
panu di tubuh Paijo suaminya. Mereka saling jujur satu sama lain, kecuali satu
hal.
Nenek
Painem memiliki sebuah kotak sepatu besar yang diletakkan di atas laci kamar
mandi. Ia memperingatkan dan mewanti-wanti suaminya untuk tidak pernah
sekalipun membuka kotak tersebut. Kotak itu memang bukan rahasia tetapi isi
didalamnya menjadi sebuah rahasia besar yang Painem simpan selama bertahun –
tahun pernikahan.
Bertahun
– tahun lamanya, Paijo bahkan tak pernah ingat dengan kotak tersebut. Sampai
pada suatu ketika, Painem mengalami sakit. Dokter mengatakan bahwa ia tidak
akan pernah bisa sembuh.
Dalam
membuka seluruh tabir kehidupan yang pernah mereka jalani, kakek Paijo
mengambil kotak sepatu itu dan meletakkannya di samping sang istri.
Dengan
perasaan yang campur aduk, nenek Painem sepakat bahwa saat itu adalah waktu
yang tepat untuk membuka rahasia besar tersebut. Dalam hati, ia takut jika
waktunya di dunia sudah tidak lama lagi.
Paijo
membuka kotak itu. Ia menemukan dua buah sapu tangan sulaman yang sangat indah,
jarum sulan, benang dan sebuah buku tabungan yang jumlahnya lebih dari 100
juta. Ia pun bertanya tentang isi kotak yang tak biasa tersebut.
“Ketika
pertama kali kita menikah, nenekku memberikan sebuah rahasia pernikahan yang
langgeng, yaitu jangan pernah berdebat”, ucap Painem, “Ia mengatakan padaku
bahwa jika aku marah sama kamu maka aku harus tetap diam dan menyulam sapu
tangan”, lanjutnya.
Paijo
sangat terharu dan tak dapat berkata apa-apa. Hanya ada dua sapu tangan di
kotak itu. Ia hanya marah sebanyak dua kali selama bertahun-tahun denganku. Ia
hampir saja menangis bahagia dan berteriak kegirangan.
“Oh
sayang”, ucap Paijo, “itu mengenai sapu tangannya, lalu bagaimana dengan uang
ini? Dari mana asal uang ini?” “Oh…”, ia menjawab, “itu uang yang aku kumpulkan
dari menjual sapu tangan yang aku buat”.