Contoh naskah drama tentang remaja yang bermusuhan - tidak akan ada habisnya jika kita bicara mengenai kehidupan remaja karena masa remaja adalah masa yang penuh warna. Banyak sekali hal-hal menarik yang bisa diangkat, dikaji, dipelajari dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
Warna warni penuh arti, dan yang jelas apa yang diangkat dalam kisah berikut ini bisa direnungkan untuk bahan belajar.
Kisah yang diangkat dalam drama kali ini adalah sebuah kisah cerita rakyat yang berasal dari Aceh. Cerita tersebut adalah cerita asal usul danau si losung dan si pinggan, pernah dengar ceritanya?
Kisah yang diangkat dalam drama kali ini adalah sebuah kisah cerita rakyat yang berasal dari Aceh. Cerita tersebut adalah cerita asal usul danau si losung dan si pinggan, pernah dengar ceritanya?
Ya, bagus, menarik dan bisa dikembangkan lebih jauh agar sesuai dengan kebutuhan kita. Teks atau naskah berikut ini masih jauh dari sempurna, masih standar dan mungkin perlu dikembangkan lagi.
Naskah ini bisa dimanfaatkan untuk drama 5 orang pemain yang singkat dan tidak terlalu sulit untuk dipelajari dan dihafal. Lebih jelas silahkan langsung pelajari drama kehidupan remaja berikut.
Danau Si Losung Dan Si Pinggan
Naskah Drama Remaja 5 Orang Pemain
Para Tokoh Pemain
1) Datu Dalu
2) Sangmaima
3) Orang tua
4) Rombongan rakyat
5) Wanita
Konon dahulu ada dua orang bersaudara, namanya Datu Dalu dan adiknya Sangmaima. Orang tuanya mempunyai sebuah tombak pusaka. Sesuai dengan adat, jika orang tua meninggal maka tombak pusaka jatuh ke tangan anak yang tertua, yaitu Datu Dalu.
Orang tua:”Ananda saya berikan sebuah tombak pusaka, karena sesuai dengan
adat dan kebiasaan keluarga kita bahwa tombak ini haruslah diwariskan kepada
penerus-penerus muda, terimalah ini (Orang tua memberikan tombak pusaka).
Datu Dalu:”Iya Romo, saya akan menjaga dengan baik tombak pusaka warisan
ini (Sambil menerima tombak pusaka tersebut)”.
Suatu
ketika Sangmaima ingin meminjam tombak pusaka itu untuk berburu babi hutan.
Datu Dalu meminjamkan tombak itu kepada adiknya dengan syarat tombak itu harus
dijaga baik-baik jangan sampai hilang.
Sang maima
:”kak aku
ingin meminja tombak pusaka itu untuk berburu di hutan”.
Datu dalu :
“Akan
aku pinjamkan tombak itu, tapi dengan
satu syarat”.
Sang maima
: “Apa
syaratnya kak”.
Datu dalu :”Kau harus
menjaga baik baik tombak itu jangan sampai hilang”.
Sang maima
: “Siap kak..!”.
Setelah
mendapat pinjaman tombak dari kakaknya sang maima segera berangkat kehutan.
Begitulah ketika Sangmaima sampai di kebunnya dia melihat seekor babi hutan
yang sedang merusak tanamannya.
Sang maima
: “Hai babi kau
akan binasa ditanganku hari ini juga, rasakan ini
(Melepaskan dengan kuat tombak dari tangannya dan meluncur dengan begitu
cepat)”.
Tanpa
berpikir panjang ia melemparkan tombak pusaka tepat mengenai lambung babi hutan
itu.
Sang maima
: “Kena kau
babi”.
Babi hutan
itu masih sempat melarikan diri. Sangmaima berusaha mengejar, tetapi yang dia
temukan di semak-semak hanya tombaknya saja sedangkan mata tombaknya masih
melekat di lambung babi hutan itu.
Sang maima
: “Sial babi
itu kabur...(Berlari
mengejar babi) tapi kau tak akan lolos dariku”.
Sang maima
: “Kemana kau
babi kau takan lepas dariku. (melihat tobaknya dan mengambilnya) sial mata
tombaknya hilang”.
Sang maima
: “Kakaku pasti akan
marah besar nih kalau mata tombaknya hilang “.
Sangmaima segera pulang. Benar saja setelah
sampai di rumah sang abang marah dan meminta sangmaaima untuk mencarinya.
Datu dalu :
“Adikku kau
sudah pulang .. lantas tombaknya mana”.
Sang maima
: “Ini kak
(menyerahkan tombaknya)”.
Datu dalu :
“(Terkejut) dimana mata
tombaknya..!”.
Sang maima
: “Hilang kak”.
Datu dalu :
“Mengapa bisa hilang ..!
sekarang kau harus cari mata tombak itu, dan jangan kembali
bila mata tombak belum diketemukan”. .
Hari itu
juga Sangmaima berangkat ke hutan mencari mata tombak itu. Lalu ia menemukan
sebuah lubang besar, tempat babi hutan itu menghilang. Dengan sebuah tali yang
panjang, Sangmaima dapat mencapai dasar lubang itu. Dasar lubang itu ternyata
merupakan pintu gerbang sebuah istana bawah tanah.
Sang maima
: “Babi itu
menghilang di sini, jadi kukira mata tombak itu tak jauh dari sini”.
Sang maima
: “(Melihat
bercak darah dan mengikutinya hinga sampai di sebuah lubang besar). jejaknya menghilang sampai di
sini. Apakah babi itu ada di lubang ini? Aku harus turun kedasar lubang itu.(Dengan sebuah tali yang panjang,
Sangmaima dapat mencapai dasar lubang itu.)”.
Di istana
itulah akhirnya Sangmaima bisa menemukan mata tombaknya yang melekat di tubuh
puteri raja yang sedang sakit.
Sang maima
: “Ternyata,
babi hutan yang aku tombak itu jelmaan putri raja (Gumanya dalan hati)”.
Sang maima pun
diminta untuk mengobati sang putri. Setelah berhasil menyembuhkan sang puteri,
diam-diam Sangmaima pergi untuk mengembalikan mata tombak kepada kakaknya.
Datu Dalu
sangat gembira melihat kepulangan adiknya. Ia mengadakan pesta yang besar
tapisaying ia tidak mengundang adiknya.
Datu dalu :”Woro woro..
para penduduk bosok aku akan mengadakan pesta yang sangat
besar dan kalian hadirlah ke pestaku itu”.
Rombongan rakyat:”Iya tuan dengan senang hati kami akan datang ke pesta
tuan”.
tindakan
itu membuat sangmaima tersinggung dan bermaksud mengadakan pesta sendiri dalam
pestanya ada tontonan yang sangat menarik berupa seorang wanita dihiasi dengan
berbagai bulu burung yang mirip seperti burung ernga.
Sang maima
: “Hay para
masyarakat esok aku akan mengadakan sebuah pesta yang sangat menarik dan dalam
pesta itu aka nada tontonan yang sangat menarik untuk dilihat sageralah kalian
datang ke pestaku besok”.
Rombongan rakyat:”Iya tuan”.
Akhirnya
pesta masing masing berlangsung . Di rumah Datu Dalu tamu yang datang sangat
sedikit. Dia penasaran. Ketika diteliti, ternyata orang lebih senang datang ke
rumah adiknya karena di situ ada tontonan yang menarik.
Datu dalu :
“Oh..
ternyata banyak orang yang
ke tempat adiku karena hiburan ini”.
Maka Datu
Dalu segera ke rumah adiknya. Ia bermaksud meminjam tontonan itu untuk memikat
tamu ke rumahnya. Sangmaima bersedia meminjamkan dengan syarat kakaknya harus
menjaga jangan sampai burung Ernga itu rusak atau hilang.
Datu dalu :
“Adiku aku
berniat ingin meminjam tontonan itu untuk memikat tamu untuk hadir kerumahku”.
Sang maima
: “Aku
bersedia, akan meminjamkannya kepadamu tapi dengan satu syarat kau harus
menjaga jangan sampai burung ernga itu rusak atau hilling”.
Datu dalu :
“Baiklah
adiku”.
Pesta
berlangsung sangat meriah di rumah datu dalu.Malamnya diam-diam Sangmaima
menemui wanita yang menjadi Ernga, dan menyuruh untuk membawa semua emas,
pakaian yang telah diberikan kepadanya.
Sang maima
: “Hay kau
bawalah emas dan pakaian yang telah di berikan kepadamu”.
Wanita : “Baik tuan”.
keesokan
harinya Sangmaima mengingatkan perjanjian dengan abangnya tentang peminjaman
burung Ernga. Datu Dalu berusaha mengganti berapa jumlah kerugian adiknya,
namun Sangmaima tidak bersedia menerima ganti rugi itu.
Sang maima
:”Kak..?
Datu dalu :
“Ia adikku”.
Sang maima
: “Masih
ingkatkah engkau dengan perjanjian tentang peminjaman burung ernga?”
Datu dalu :
“Masih
adikku.. burung ernga itu tak akan mungkin rusak ataupun hilang”.
Sang maima
: “Bolehkah aku
melihatnya sekarang”.
Datu dalu :
“Baiklah.
(mengantanr adiknya ke tempat burung ernga itu)”.
Datu dalu :
“(Sangat
terkejut kalau burung ernganya telah menghilang) kemana burung itu?”.
“Maafkan aku
adikku aku akan berusaha mengantikan semua jumlah kerugian mu?”.
Sang maima
: “Aku tak mau
menerima ganti rugi itu”.
Akhirnya
pertikaian tak dapat dihindarkan lagi, meningkat menjadi pertikaian yang
sengit. Datu Dalu kemudian mengambil sebuah lesung. Sekuat tenaga lesung itu
dia lempar hingga jatuh di kampung Sangmaima.
Ajaibnya di tempat terjatuhnya lesung itu terjadi sebuah danau. Sampai sekarang danau itu disebut danau Losung. Sangmaima pun tidak mau kalah dengan kakaknya. Ia mengambil sebuah piring, dia lemparkan piring itu ke arah perkampungan abangnya.
Di tempat jatuhnya piring itu pun terjadi sebuah danau. Sampai kini orang menyebutnya danau Si Pinggan. Itulah awal mula terjadinya danau Si Losung dan si Pinggan.
Ajaibnya di tempat terjatuhnya lesung itu terjadi sebuah danau. Sampai sekarang danau itu disebut danau Losung. Sangmaima pun tidak mau kalah dengan kakaknya. Ia mengambil sebuah piring, dia lemparkan piring itu ke arah perkampungan abangnya.
Di tempat jatuhnya piring itu pun terjadi sebuah danau. Sampai kini orang menyebutnya danau Si Pinggan. Itulah awal mula terjadinya danau Si Losung dan si Pinggan.