Sudah banyak kisah sebelumnya dengan tema remaja. Sekarang giliran cerpen tema motivasi usaha yang akan berkaitan dengan budidaya tanaman sayuran. Kali ini tentu saja kisahnya akan cocok sekali untuk rekan yang sedang memulai sebuah bisnis atau usaha.
Bisa jadi motivasi tapi bisa juga sebagai inspirasi. Siapa tahu dilingkungan kita juga memiliki potensi besar yang bisa dimaksimalkan atau bisa digali.
Dari Pada Nganggur
Cerpen Pribadi tentang Wirausaha
Pengangguran. Ah, kata itu benar-benar menyedihkan. Terdengar jauh lebih sendu di banding puisi yang selalu dibaca di layar kaca. Jumlah pengangguran di negara ini semakin hari semakin meningkat.
Entah lapangan kerja yang memang sudah semakin sedikit atau
jumlah lulusan yang semakin hari semakin banyak. Entahlah, yang jelas jumlah
pengangguran benar-benar banyak. Dan parahnya, Aku adalah salah satu dari
sekian banyaknya pengangguran di muka bumi ini.
Yah, aku resmi jadi pengangguran setelah kembali gagal dalam
merintis usaha ku sendiri. Sudah tiga kali aku mencoba merintis usaha dibidang
peternakan, dan sudah tiga kali juga aku mengalami kegagalan dalam usaha.
Menyedihkan.
Aku benar-benar bingung kali ini. Aku tidak tau usaha apa
lagi yang harus kucoba. Aku sudah cukup trauma dengan usaha di bidang
peternakan, dan kurasa aku harus mencoba jenis usaha baru. Tapi, dompetku sudah
begitu tipis sekarang.
Klasik sekali, ketidak-adaan modal menjadi masalah yang
selalu lekat dengan para pengangguran yang ingin merintis usaha. Termasuk juga
aku yang sekarang. Aku benar-benar kehabisan modal.
Kegagalanku yang sebelumnya telah menguras habis isi
dompetku. Dan sekarang mungkin hanya tersisa dua lembar ratusan ribu yang
semoga saja cukup untuk menyambung hidupku.
“Mau sampai kapan kamu nganggur begini le?” Ucap ayahku
tiba-tiba saat aku sedang duduk di teras rumah.
“Ah, iya pak. Ngga tau juga ini pak.”
“Ngga mau nyoba nyari kerja ke Jakarta?”
“Ah, engga ah pak. Ngga mau jadi karyawan. Walaupun kecil
tetep aja pengen punya usaha sendiri.”
Yah, aku memang sudah berniat untuk merintis usaha sendiri.
Apa pun yang terjadi aku akan terus merintis usaha sendiri. Aku sama sekali
tidak mau menjadi karyawan lalu berakhir sebagai budak para kapitalis.
“Terus mau usaha apa sekarang?”
“Ngga tau ini pak.”
“Bapak kasih saran mau?”
“Boleh.”
“Itu lahan sekitar rumah kan banyak yang kosong. Kamu urusin
aja. Kamu tanemin sayur-sayuran siapa tau ada hasilnya.” Aku hanya bisa terdiam
mendengar ucapan ayahku. Lalu ayahku menepuk pundakku pelan dan pergi
meninggalkanku sendirian.
Aku mulai berpikir tentang apa yang baru saja di katakana
oleh ayahku. yah, kurasa memang ada benarnya juga. Usaha tanaman sayuran memang
sama sekali tidak membutuhkan modal yang besar. Waktu yang di butuhkan untuk
menuju masa panen pun relative singkat. Kurasa usaha ini adalah usaha yang
cocok untuk penganggaran macam aku begini.
Keesokan harinya setelah mendengar nasihat ayahku, aku pun
langsung pergi mencari bibit tanaman sayur. Dengan memanfaat kan sisa sisa
rupiah di dompetku yang tak lagi banyak, aku berharap semoga berhasil
mendapatkan banyak jenis sayuran.
Benar saja, aku pun berhasil mendapat bibit kangkung, bibit
sawi, bibit kemangi, dan juga bibit cabai rawit. Yah, kurasa bibit-bibit ini
cukup untuk ku tabur di lahan sekitar rumahku.
Setelah mendapatkan benih-benih sayuran tanam itu aku pun
segera membersihkan lahan sekitar rumahku. Beruntung lahannya tidak terlalu
kotor, dan juga lahannya lunak sehingga mudah di buat gundak-gundakan.
Aku akhirnya menanam ke empat jenis sayuran tanam itu di
lahan pekarangan rumah. Semoga saja hasilnya bisa ku gunakan untuk
mengembangkan usaha ini lagi.
Dengan penuh kesabaran dan ketekunan, aku pun merawat
tanaman-tanamanku ini. Memang sama sekali tidak menunggu waktu lama. Hanya
dalam waktu dua minggu saja tanaman-tanamanku ini sudah menunjukan bentuknya.
Kurasa dalam waktu dua minggu lagi aku sudah bisa memulai pemanenan.
Sampai saat ini perawatan yang kulakukan hanya lah menyiram
saja. Sehari aku menyirami tanaman ku ini sebanyak tiga kali. Itu pun
berdasarkan informasi yang ku dapat dari internet. Aku sama sekali tidak
mengalami kendala yang berarti di awal mencoba usaha ini. Kurasa usaha ini
memang benar-benar mudah dan cocok bagi seorang pemula.
Sekitar satu bulan aku menanam sayuran ini, akhirnya aku
kini bisa merasakan hasilnya. Kangkung-kangkung yang aku tanam telah siap untuk
di panen dan kemudian di jual. Begitu juga dengan sawi dan juga kemangi yang
aku tanam.
Sedangkan untuk cabai sendiri aku memutuskan untuk tidak
menjualnya. Selain karena hasilnya yang hanya sedikit, kurasa keluargaku juga
membutuhkannya. Jadi, sebaiknya aku menggunakan cabai ini untuk kebutuhan
dapurku sendiri.
Dalam panenku yang pertama, aku bisa mendapatkan sekitar dua
puluh ikat kangkung setiap harinya. Dan untuk satu ikat kangkung aku menjualnya
hanya dengan harga seribu rupiah saja. Jadi, sehari aku bisa mendapatkan uang
sekitar dua puluh ribu rupiah.
Itu belum termasuk hasil penjualan sawi dan juga kemangi ku.
Yah, kurasa usaha sayuran jenis tanam ini memang menguntungkan dan memudahkan.
Aku tidak perlu mengeluarkan banyak modal dan hanya perlu sedikit perawatan
saja. Hasilnya, yah bisa di bilang cukup memuaskan. Dari pada nganggur, he…he…
---oOo---