Mau mencari cerpen cinta remaja penuh warna yang menarik? Disini tempatnya. Kita akan membagikan lagi sebuah cerpen cinta remaja yang berkaitan dengan kehidupan. Tema karya ini berhubungan dengan kisah cinta di stasiun gambir. Sepertinya menarik ya?
Ya sudah. Langsung saja. Masih banyak kisah-kisah yang nanti bisa dinikmati untuk mengisi waktu luang yang kita miliki. Nanti untuk tema lain silahkan cari di kolom pencarian ya.
Cinta Tertinggal di Stasiun Gambir
Cerpen Cinta Remaja Penuh Warna
Libur semester. Tak ada hari yang lebih ku tunggu di banding hari-hari di libur semester tahun ini. Tidak ku sangka aku akan se-rindu ini pada kampung halaman ku. Dan tinggal di Jakarta sedikit membuatku merasa penat. Aku merasa butuh refreshing dan sedikit liburan dengan kembali ke kampung halaman ku sendiri.
Siang ini aku berencana untuk memesan tiket bus di stasiun
Gambir. Wajar saja, sejak awal aku tinggal di sini aku memang sudah
berlangganan dengan bus Damri. Pelayanan yang dia tawarkan menarik dan bisa
membuatku nyaman. Saat aku sedang naik busway menuju Gambir, tiba-tiba saja aku
bertabrakan dengan seorang gadis yang em… cantik.
Sebagai seorang pria yang gentlemen tentu saja aku lah yang
meminta maaf duluan, meski sebenarnya dia lah yang menabrak aku. Tapi sayang,
aku sedikit takut untuk memberanikan diriku untuk berkenalan dengannya.
Aku hanya bisa mencuri pandang kearah nya saat kami sedang
duduk bersama di dalam busway. Dari penampilannya dia tampak seperti seorang
mahasiswi. Dia masih muda, cantik, dan sepertinya energik. Ah, aku benar-benar
penasaran dengan gadis ini.
Sekitar tiga puluh menit perjalanan di tambah dua puluh
menit macet, akhirnya aku pun tiba juga di stasiun Gambir. Dan kebetulan, gadis
yang tadi bertabrakan dengan ku juga ikut turun di halte gambir.
Aku tidak mau berasumsi bahwa ini takdir, dan memutuskan
untuk berjalan menuju stasiun sendiri. Meski tak bisa di pungkiri bahwa dia
juga ikut berjalan di belakang ku. Sekitar sepuluh menit berjalan, akhirnya aku
tiba di salah satu loket Damri yang ada di stasiun Gambir.
Tak peduli dengan keadaan atau bahkan fasilitas di stasiun,
aku bergegas. Aku langsung memesan tiket untuk pulang ke Lampung. Saat aku
menoleh ke arah samping, kudapati gadis itu juga sedang memesan tiket di loket
sebelah.
“Eh, ketemu lagi. Mau pulang ke Lampung juga?” Tanyaku pada
gadis itu. Aku berusaha menunjukan senyum termanis ku padanya.
“Eh, iya ini. Tapi bukan pulang, soalnya rumahku emang di
Jakarta. Aku cuma mau liburan ke rumah nenek di Lampung.” Jawabnya sembari
membalas senyumanku. Dan senyumannya benar-benar manis. Kurasa aku akan segera
terkena diabetes setelah ini.
Setelah pertemuan yang tidak sengaja dan obrolan yang tidak
sengaja itu pula, akhirnya aku berusaha memberanikan diri untuk berkenalan.
Dari situ aku tau namanya adalah Novita. Dia sedang kuliah di semester lima
salah satu universitas swasta di Jakarta. Dan dari situ juga aku tau bahwa dia
satu tahun lebih tua dari ku.
Dia anak yang baik dan asik di ajak berbincang. Selain itu
wawasannya juga sangat luas. Tidak ku sangka aku akan bertemu dengan gadis
supel dan cantik seperti ini. selain itu, dia juga menggunakan kacamata yang
menambah kesan manis pada wajahnya. Kurasa seratus kali pun aku memandang
wajahnya aku tidak akan bosan.
Setelah memesan tiket aku dan Novita pun kembali berjalan
menuju halte busway Gambir. Selama di perjalanan kami juga masih melanjutkan
obrolan kami. Semakin lama obrolan kami terasa semakin hidup.
Kami memang tidak banyak membahas latar belakang kami
masing-masing. Kami hanya membahas hal-hal yang sedang menjadi trending topic
saja. Mulai dari kejadian-kejadian mengerikan di timur tengah, perkembangan MEA
yang mengerikan, sampai ke dunia music yang mengesankan. Hah, tidak kusangka
wawasan nya benar-benar luas.
***
Setelah beberapa hari yang lalu memesan tiket untuk pulang
ke Lampung, akhirnya malam ini aku siap untuk berangkat menuju kampung
halamanku yang sangat ku rindukan. Tapi sayang seribu sayang. Ada satu hal yang
sangat ku sesalkan saat memesan tiket kemarin.
Aku benar-benar mengutuk diriku sendiri karena hal itu.
bagaimana tidak, aku telah bertemu dan berbincang dengan gadis secantik Novita,
dan bodohnya, kenapa aku tidak meminta pin BBM atau nomor handphonnya? Ah, aku
benar-benar bodoh.
Setelah turun dari busway, akupun segera berjalan menuju
stasiun Gambir. Aku benar-benar berharap malam ini aku bisa bertemu kembali
dengan Novita. Semoga saja aku dan dia bisa duduk di bus yang sama. Atau
setidaknya nanti kami akan bertemu di kapal.
Saat aku sampai di stasiun kulihat ada dua bus yang sudah
siap untuk berangkat. Aku pun segera mengambil tiketku dan memberkannya pada
kondektur bus. Kondektur itu pun segera merobek tiketku lalu mempersilakanku
untuk masuk ke dalam bus.
Kulihat tiketku dan di sana tertuliskan angka 16 yang
menandakan tempat dudukku. Aku pun segera berjalan dan mencari tempat dudukku
itu. betapa terekejutnya aku saat aku berhasil menemukannya, ternyata sudah ada
gadis manis yang duduk di bangku itu. Kurasa aku benar-benar beruntung.
Gadis manis itu adalah Novita. Aku pun segera duduk di
sebelahnya dan menjabat tangannya. Tidak lupa ku beri dia senyuman termanis
yang aku punya.
Aku benar-benar merasa beruntung malam ini. Aku bukan hanya
berada dalam satu bus atau satu kapal saja dengan Novita, tapi aku juga duduk
satu bangku dengannya. Kali ini aku tidak mau ada penyesalan lagi.
Kali ini aku memberanikan diri untuk meminta pin BBM dan
juga nomor handphonenya. Dan tentu saja dia dengan senang hati memberikan nya
padaku. Bagaimanapun juga aku adalah orang yang akan duduk dengannya selama
lebih dari dua belas jam.
Selama di perjalanan aku dan Novita saling berbincang dan
bercanda. Entahlah apa yang terjadi, tapi kami selalu bisa menemukan bahan
obrolan untuk di perbincangkan. Bahkan karena saking asiknya mengobrol tanpa
terasa kini kami sudah tiba di pelabuhan Merak.
Kami pun segera turun menuju kapal bersama. Ah, semoga saja
kali ini akan berjalan lebih romantis seperti di film titanic.
Sesampainya di kapal kami langsung mencari tempat yang
nyaman. Kali ini kami tidak banyak berbincang. Kami memutuskan untuk segera
duduk di sofa. Dan mungkin karena saking lelahnya, tiba-tiba dia tertidur saat
duduk di sampingku. Ku lihat wajahnya sekali lagi.
Ternyata dia benar-benar manis. Melihat dia tertidur aku pun
mulai merasakan kantuk. Saat aku hendak menutup mataku,l tiba-tiba kurasakan
kepalanya bersandar di bahuku. Ah, sensasi yang kurasakan benar-benar luar
biasa. Aku benar-benar bahagia malam ini.
***
Perjalanan dua belas jam bersama Novita benar-benar hanya
terasa seperti satu jam. Tidak hanya itu saja, liburan selama sebulan di
Lampung juga terasa begitu cepat saat aku mengenal Novita. Hah, Novita benar-benar bisa membuat hidupku
terasa lebih cepat dan ringan.
Hari ke berangkatan ku ke Jakarta pun tiba. Aku dan Novita
sudah berjanji untuk berangkat bersama lagi. Sama seperti sebelumnya,
perjalanan kami selama dua belas jam benar-benar hanya terasa seperti satu jam.
Kurasa cinta memang benar bisa membuat waktu berjalan lebih cepat.
“Huh, akhirnya sampe juga ya.” Ucapnya saat kami tiba di
stasiun Gambir.
“Haha iya nih. Udah waktunya kembali ke rutinitas
sebelumnya.” Balasku sembari tersenyum ke arahnya. Tapi, ada yang lain yang
kudapati di wajahnya. Ku lihat ada raut sedih di wajahnya.
“Kamu kok kayaknya sedih?”
“Ah, engga kok. Engga papa.”
“Em… yaudah ayuk pulang?”
“Kamu duluan aja, aku lagi nunggu jemputan dari keluargaku.”
“Oh gitu, yaudah aku duluan ya.” Aku tersenyum kearahnya.
Dia juga membalas senyumku. Aku berjalan meninggalkan stasiun. Dan entah kenapa
dadaku terasa sedikit sesak. Aku merasa ada sesuatu yang akan segera
menghilang. Ah, aku sama sekali tidak siap untuk sebuah perpisahan.
Saat aku sudah hampir sampai di halte Busway, aku segera
berbalik dan berlari menuju stasiun. Ada sesuatu yang harus ku ucapkan. Dan aku
tidak akan membiarkan sesuatu yang berharga dalam hidupku hilang begitu saja.
Saat aku sampai di stasiun aku segera mencari sosok Novita,
dan ku dapati dia sedang duduk sendirian. “Kok balik lagi?” Tanyanya saat aku sudah berada di
depannya. Matanya tampak sedikit merah kali ini.
“Hah.. hah.. Ada yang ketinggalan.” Ucapku sedikit
ngos-ngosan.
“Apaan?”
“Hah.. hah.. cinta” Ucapku masih ngos-ngosan.
Ku lihat wajah Novita memerah. Senyumnya pun mengambang
jelas di wajahnya. Tak mau menunggu lama aku pun segera memeluknya dan ku
katakana kalau aku sangat-sangat menyayanginya. Beruntung, dia juga membalas
perasaanku. Ah, aku benar-benar bahagia bisa menemukan cinta ku yang tertinggal
di stasiun Gambir.
---oOo---