Cerpen tema keluarga, hati seorang anak - pagi ini terasa begitu cerah. Sinar nya terasa begitu hangat
menyentuh kulitku. Seperti biasanya, setiap pagi aku selalu duduk di teras
rumahku sambil meminum segelas kopi dan sedikit cemilan.
Aku adalah seorang
duda tanpa anak. Aku memiliki sebuah showroom motor, tapi aku tidak pernah
mengurusnya. Aku hanya menerima laporan dari karyawan-karyawan ku saja.
Aku hanya akan pergi kesana kalau showroomku itu memiliki masalah yang rumit. Jika tidak, yaah begini lah hidupku. Begitu nikmat.
Aku hanya akan pergi kesana kalau showroomku itu memiliki masalah yang rumit. Jika tidak, yaah begini lah hidupku. Begitu nikmat.
Saat sedang asik duduk, tiba-tiba aku melihat dua orang anak
kecil berjalan bersama melewati depan rumahku. Pakaiannya tampak lusuh.
Sepatunya juga tampak aneh.
Dan tas mereka, yaah kalau mereka anakku sudah pasti ku
suruh mereka membuang ta situ. Ku lihat mereka berdua membawa beberapa kotak
makanan. Sepertinya itu bekal mereka, tapi.. ah sepertinya juga bukan.
Kotak itu terlalu besar jika memang itu kotak bekal makanan
mereka. Setelah mereka melewati rumahku, aku pun mencoba untuk menghilangkan
pikiran tentang mereka. Lagi pula untuk apa aku memikirkan mereka. Tidak begitu
penting.
Cukup lama bersantai di teras rumah, aku pun kini mulai
merasa lapar. Aku beranjak pergi ke dapur dan membuka kulkas. Kulihat stok
makanan dan sayuran ku sudah habis.
Sialan, padahal kali ini aku benar-benar merasa lapar. Yaah,
begini lah nasib seorang duda. Selalu lupa dengan urusan dapur. Dan juga hidup
tak terurus. Kadang ingin rasanya aku mencoba untuk mencari pendamping hidup
yang baru.
Namun, sekian lama aku mencari, aku tak kunjung menemukan
sosok yang pas sebagai pengganti almarhum istriku. Kebanyakan dari mereka hanya
ingin mendapatkan hartaku saja, tidak benar-benar ingin mendapatkanku.
Sebenarnya aku sudah ingin mencari seseorang yang dulu
pernah aku cintai sebelum aku mencintai istriku. Sayang dosaku terlalu besar
padanya, dan aku juga tidak tau dimana keberadaannya sekarang.
Karena rasa lapar ku yang semakin tak tertahankan, Aku pun segera berinisiatif untuk pergi ke
pasar untuk membeli sayuran dan beberapa cemilan. Setelah selesai
bersiap-siap, aku langsung berangkat
menuju pasar menggunakan mobilku.
Entah kenapa selama dalam perjalanan, aku terus memikirkan
dua anak yang berjalan melewati depan rumahku tadi.
Sesampainya di pasar, langsung ku parkirkan mobilku dan aku
berjalan menyusuri pasar. Yaah, tidak terlalu sulit bagiku untuk mencari
sayuran dipasar.
Meskipun masih ada saja sosok ibu-ibu yang menatap aneh ke
arahku. Tetap saja aku sudah cukup terbiasa berbelanja sayuran sendiri.
Setelah selesai membeli sayuran, aku langsung kembali menuju
parkiran. Saat sedang berjalan, tiba-tiba aku melihat sosok dua orang anak yang
tadi berjalan lewat depan rumahku.
Kali ini mereka tidak menggunakan seragam sekolah, mereka tampak membawa sebuah karung. Sepertinya karung itu berisi sesuatu yang berat. Karena penasaran, aku pun langsung menghampiri mereka.
Kali ini mereka tidak menggunakan seragam sekolah, mereka tampak membawa sebuah karung. Sepertinya karung itu berisi sesuatu yang berat. Karena penasaran, aku pun langsung menghampiri mereka.
“Hey nak, apa yang kau bawa?” Tanya ku pada dua orang anak
ini.
“ini sayuran om.” Ucap anak yang lebih besar, sepertinya dia
kakaknya.
“Aku dan kakakku selalu pergi ke pasar untuk mencari sayur dan
sisa beras yang berjatuhan, sayur nya bisa kami jual dan berasnya bisa kami
gunakan untuk makan.” Ucap sang adik dengan bersemangat.
“Hey, jangan suka bercerita kepada seseorang yang tidak kita kenal.” Ucap sang
kakak pada adiknya. “Hahaha tidak apa-apa. Memang orang tua kalian kemana?” Aku
bertanya pada mereka.
“Ayah kami sudah mati. Sedangkan ibu kami sedang mencuci
dirumah tetangga.” Ucap si adik polos.
“Memang rumah kalian dimana?” aku bertanya pada mereka.
Mereka pun mengatakan alamat rumah mereka.
Karena rumah mereka berjarak tidak jauh dari rumahku, aku
pun langsung mengantar mereka ke rumahnya. Yaah, untuk pria seperti ku, melihat
anak-anak polos seperti mereka membuat aku merasa senang dan terhibur.
Aku juga merasa cukup kasihan dengan mereka. Mendengar
cerita mereka, aku menjadi teringat akan dosa yang pernah ku lakukan dulu. Dosa
saat aku masih muda.
Dosa pada seorang gadis yang sangat ku cintai. Entah
kenapa, tiba-tiba saja selama perjalanan aku teringat akan dirinya.
Cukup lama aku menempuh perjalanan, akhirnya aku pun sampai
di rumah mereka. Rumah mereka tampak kecil dan tidak terawat. Sesampainya
disana, kedua anak itu langsung berlari girang.
Mungkin mereka merasa senang karena sudah diantar
menggunakan mobil. Aku sengaja tidak keluar dari mobilku.
Namun betapa
terkejutnya aku ketika melihat ibu mereka keluar dari rumah. Ibu nya tampak
masih cantik meskipun usianya sudah cukup tua.
Namun ketika melihat ibunya, aku merasa ada sesuatu yang
aneh. Tiba-tiba pikiranku melayang jauh menembus masa lalu, cerpen keluarga, hati seorang anak . Masa lalu tentang
dosa yang dulu pernah aku perbuat. Ku perhatikan lagi wajah ibu mereka.
Ku sipitkan mataku dan ku coba perjelas pandanganku. Ya..., ternyata memang benar wanita itu adalah orang yang sama.
Orang yang sama
dengan gadis yang dulu pernah ku nodai. Oh Tuhan… terimakasih engkau telah
mempertemukan aku kembali dengannya lewat hati anak-anak ini.
---oOo---