Belajar Membuat Powerpoint untuk Presentasi

Membuat Powerpoint Presentasi - Jam dinding sudah menunjukan pukul 10:00. Ini artinya sebentar lagi guru paling kejam akan masuk ke dalam kelas. Namanya pak Supri. Dia adalah guru sejarah yang sudah lebih dari lima tahun mengajar di SMP ku. Bahkan kekejaman nya juga sudah terkenal sejak zaman kakak tertua ku masih bersekolah di sini.


Hari ini cukup banyak  siswa yang tidak masuk sekolah. Ya..., alasannya sudah cukup jelas. Selain karena hari ini ada mata pelajaran sejarah, tentu saja juga karena masih banyak yang belum mengerjakan tugas dari pak Supri.

Beberapa siswa yang berada di dalam kelas juga nampaknya sudah mulai cukup panik. Mereka sepertinya sudah benar-benar takut juga muak dengan sosok pak Supri.

Bagaimana tidak, tiap kali dia masuk ke dalam kelas, dia selalu bercerita tentang masa lalu. Saat dia bercerita, kami sama sekali tidak di beri kesempatan untuk mengobrol.

Jangankan untuk mengobrol, bahkan terkadang dia tidak mengizinkan untuk bertanya. Sekalinya dia meminta kami untuk bertanya, dia selalu memasang wajah sangarnya.

Tentu kami sebagai murid juga jadi ragu untuk bertanya. Perawakannya yang tinggi besar serta brewok yang memenuhi sebagian wajahnya, membuat kami semakin takut dengan sosok pak Supri.

Perutnya yang buncit juga seolah melambangkan betapa kejamnya guru ini. Seolah dia bisa melahap  apa saja yang ada didepannya.

Selain menyeramkan, saat mengajar dia juga tak pernah telat memberikan tugas kepada kami. Entah itu tugas untuk mencatat, mengerjakan soal, atau pun hafalan.

Masih ingat sekali waktu itu ketika kami semua disuruh menghafal peristiwa G 30 SPKI. Dan itu benar-benar membuat kami hampir gila. Kami disuruh menghafalkan kejadian yang tak pernah kami alami.

Memang itu hanya cerita, tapi bukankah cerita itu memiliki banyak versi? Tentu saja itu menambah kebingungan kami untuk menghafalnya. Selain itu, kami hanya di beri waktu satu minggu untuk menghafal kejadian yang berlangsung berhari-hari itu. Benar-benar guru yang menjengkelkan.

Saat detik-detik pergantian jam pelajaran, kami semua sudah siap siaga dan berusaha untuk tenang agar si kejam itu tidak marah-marah. Suasana kelas tampak begitu hening, menambah kesan seram pelajaran sejarah.

Saat sedang tenggelam dalam keheningan, tiba-tiba saja pintu kelas kami terbuka. Nampak sosok seorang pria dengan badan besar dan tinggi memasuki kelas kami. Dia membawa sebuah buku dan juga kertas absen.

Dia duduk di meja guru dan kemudian membuka pembicaraannya.  Begitu dia berkata, kami semua berteriak kegirangan. Bagaimana tidak, pria yang baru saja masuk ke dalam kelas kami adalah guru piket hari ini.

Dia masuk ke dalam kelas kami hanya untuk menyampaikan tugas yang di berikan oleh pak Supri. Dia bilang pak Supri tidak bisa masuk hari ini karena memiliki urusan keluarga.

Sontak kami semua satu kelaspun merasakan bahagia. Dan ini lah momen kemerdekaan yang sebenarnya bagi para pelajar di kelas kami. Saat-saat dimana guru tidak masuk kedalam kelas dan memberikan tugas.

Itu artinya selama dua jam lebih kami bebas melakukan apa yang kami mau. Menonton film, ngerumpi, tidur, atau hal lain yang ingin kami lakukan sekarang. Tapi, bukan pak Supri namanya jika tidak masuk kelas tanpa meninggalkan tugas yang sulit.

Kali ini dia memberikan kami tugas untuk membuat power point. Setelah itu kami harus mempresentasikan tugas kami itu. “Hey, yang benar saja pak, kami masih kelas dua SMP dan kami harus presentasi dengan menggunakan power point.”

Karena setauku minimal kami akan membuat power point dan kemudian belajar presentasi itu setelah kami masuk SMA. Kami semua dibagi menjadi lima kelompok. Dan aku mendapat kelompok nomor satu. Itu artinya aku dan kelompokku akan menjadi kelompok pertama yang melakukan presentasi.

Dan kami hanya punya waktu satu minggu untuk membuat hal yang bahkan belum pernah kami pelajari.

Dan sialnya, aku berada satu kelompok dengan manusia-manusia gila. Mereka adalah, Andri, Irvan, Reni, dan juga Intan. Andri adalah si tukang tidur, Irvan dan Reni adalah si jago gossip, sementara Intan adalah si melankolis yang sangat senang menonton film korea.

“Ren, ntar kita mau ngerjain tugas pak Supri dimana? Jam berapa?” Tanya Intan yang kebetulan duduk berdekatan denganku.

“Kok lo nanya sama gue si? Kan kelompok kita lima orang.” Ucapku pada Intan.
“Ya iya si, kita emang lima orang. Tapi lo tau sendiri kan siapa yang satu kelompok sama kita. Lo bisa dong bayangin gimana jadinya kalau gue ngajakin mereka ngerjain tugas.

Yang ada Andri palah molor, terus si Irvan sama Reni pasti bakalan ngegosipin artis. Cuma lo doang yang bisa diharepin di kelompok kita ini.” Ucap Intan panjang lebar. Aku sedikit geli mendengar ucapannya.

Tapi yah, memang ada benarnya juga ucapan Intan. Aku merasa sedikit tersanjung karena dia bilang aku adalah orang yang bisa diharapkan. Aku menarik nafas panjang dan kemudian kupejamkan mataku.

“Oke. Ntar sepulang sekolah kita ngerjain di rumah gue.” Ucapku pasti.
“Emang lo bisa bikin power point?” tanyanya menyelidik.

“Engga.” Ucapku singkat. Intan pun langsung memasang wajah manyun mendengar ucapanku. Yah, sepertinya dia kecewa karena pahlawannya tidak bisa membuat power point.

“Tapi tenang aja tan, ntar gue minta ajarin sama abang gue. Terus gue pinjem laptop dia buat ngerjain.” Ucapku lagi dengan sumringah.

“Beneran ya.” Ucap Intan semangat. Kini wajah manyunnya sudah hilang, berganti dengan wajah berseri yang manis. Senyum indah kini sudah mengambang diwajahnya. Dan jika dilihat-lihat, ternyata Intan tampak cantik ketika dia tersenyum.

***

Sepulang sekolah, aku langsung mengajak Intan menuju ke rumahku. Dan kebetulan abangku sedang tidak pergi ke kampusnya hari ini. Jadi aku bisa memintanya mengajariku membuat power point dan juga meminjam laptopnya.

“Bang, laptop lo dimana? Ajarin bikin power point dong.” Ucapku pada abangku yang sedang sibuk bermain dengan smartphonennya. Dia menoleh kearahku, wajahnya tampak sedikit kaget.

Yaah, wajar saja. Memang terdengar aneh ketika ada anak SMP meminta abangnya untuk mengajarinya power point.

“Lo mau belajar bikin power point? Serius?” Ucapnya menyelidik. Dia dekatkan wajahnya ke arahku, seolah memeriksa apa ada yang salah dengan wajahku. Yah sepertinya dia mengira kalau kepalaku sudah terbentur sesuatu yang keras.

“Iya dong bang.” Ucapku mantap.  Dia menjauhkan wajahnya. Menarik nafas panjang dan kemudian memejamkan matanya. Sepertinya otaknya sedang berusaha memaklumi keanehan dunia ini.

“Yaudah, sama siapa kamu?” tanyanya.
“Sama Intan, itu di ruang tamu anaknya.” Dan abangku pun beranjak menghampiri Intan keruang tamu bersama ku.

Dengan membawa laptopnya dan juga beberapa buku, dia mengajari aku dan Intan membuat power point dengan sabar. Aku cukup cepat mengerti bagaimana cara membuatnya.

Tapi berbeda dengan Intan, dia nampak begitu bingung ketika belajar membuat power point ini. Yaah wajar saja, memang untuk anak SMP seperti kami, masih terlalu amatir dengan software yang satu ini. Ini lah kali pertama aku dan Intan belajar power point.

Setelah seminggu berlalu, waktu kami presentasi pun akhirnya tiba. Di hadapan pak Supri yang kejam dan teman-teman kelasku, aku dengan yakin pun mempresentasikan hasil kerja ku bersama teman kelompokku.

Selama presentasi kami tidak memiliki banyak masalah. Tapi saat sesi tanya jawab, kami memiliki masalah besar. Bukan karena pertanyaan dari teman-teman ku yang sulit.

Tapi karena tidak ada satu pun dari mereka yang bertanya. Yaah, sepertinya mereka sudah cukup paham dengan penjelasanku. Atau mereka sama sekali tidak tau apa yang aku bicarakan.

“Ah, bodo amat. Yang penting aku kini sudah medapat ilmu baru. Ilmu membuat power point untuk presentasi. Dan juga ilmu untuk melakukan pendekatan dengan Intan. Hehe…”

---oOo---

Back To Top