Pinjaman Modal Usaha - Ku basuh wajahku yang masih sedikit mengantuk. Kulihat ke arah cermin.
Wajahku masih sama. Tidak banyak yang berubah. Hanya saja kantung mata hitam
yang dulu tipis kini mulai membesar. Kuambil sikat gigi dan ku gosok gigiku.
Ini adalah satu dari sekian banyak moment yang aku sukai ketika dikamar
mandi. Setiap suara yang keluar dari sikat gigi seolah bisa membuat otakku
sejenak berhenti berfikir mengenai kerasnya hidup. Gosok, kumur, gosok, kumur.
Selalu ku ulang-ulang sampai aku benar-benar merasa puas.
Hari ini adalah hari rabu, 31 januari. Ini artinya sudah tepat satu bulan
aku membuka usaha distro ini. Kulihat stok pakaian di dalam distroku sudah
mulai menipis. Sudah banyak hanger menggantung tanpa ada kaos atau celana lagi
disana.
Seketika otakku menjadi panas ketika melihat dompet dan tabunganku hanya
tersisa sedikit uang. Oh sial! Kemana uang hasil penjualan baju dan celana ku
selama ini.
Aku sadar, akhir-akhir ini distroku sudah mulai dikenal orang dan sudah
mulai banyak pengunjung. Tidak sedikit uang yang ku dapat dari hasil
penjualanku. Tapi sayang, untung yang aku dapatkan terlalu cepat habis untuk
gaya hidupku yang sedikit aneh.
Aku terlalu suka mengkonsumsi daging, juga terlalu sering jalan-jalan
dengan pacarku. Jika terus seperti ini, aku bisa-bisa bangkrut di usia ku yang
masih belum matang ini.
Aku butuh pinjaman modal!. Itulah yang aku pikirkan saat ini. Dengan
adanya suntikan modal baru, aku bisa kembali mengisi hanger yang sudah kosong
tanpa pakaian itu.
Dengan begitu aku juga bisa mengembalikan uang yang selama ini kugunakan
untuk hura-hura. Tapi, kemana lagi aku harus meminjam uang. Mungkin bank adalah
tempat yang ideal untuk mendapatkan pinjaman modal.
Tapi aku tidak begitu suka dengan sistem bunga dan kredit yang meraka
tawarkan. Terlalu besar dan membuat sengsara. Aku juga tidak rela hasil
keuntungan berjualanku ini ku gunakan untuk membayar bunga pinjaman dibank yang
begitu besar.
Aku lebih rela uang hasil keuntungan ku ini digunakan pacarku
berfoya-foya bersamaku. Tapi selain dibank dimana lagi aku bisa mendapatkan
modal?!. Boss konveksi tidak mungkin akan meminjamkan uang padaku dalam jumlah
besar.
Terlebih surat-surat penting yang aku miliki juga tidak cukup untuk bisa
mendapatkan pinjaman dalam jumlah besar. Oh sial aku benar-benar buntu. Apa aku
harus mengemis lagi ke orang tuaku.
Tidak mungkin! Beberapa hari yang lalu dengan sombongnya aku sudah
memutuskan tidak mau kuliah dan lebih memilih membuka usaha sendiri. Dengan
sombong nya aku yakin aku bisa menghidupi diriku sendiri.
Dan sialnya sekarang aku sadar aku terlalu naïf. Di usiaku yang masih 19
ini kurasa aku masih terlalu muda untuk gagal dan bangkrut.
Dari kejauhan kulihat seorang gadis berjalan kea rah distro ku.
Sepertinya dia ingin mencari pakaian untuk pacarnya. Atau ingin mencari sesuatu
untuk dirinya sendiri.
Tubuhnya tinggi untuk ukuran wanita, wajahnya oriental dan manis,
rambutnya lurus hitam, dan dadanya, ideal untuk seorang laki-laki sepertiku.
Gadis itu mulai mendekat ke arahku.
“Hey sayang. Lemes banget kayaknya hari ini?”. Sayang? Hah? Tunggu. Oh
sial, ternyata dia adalah pacarku. Bagaimana bisa aku tidak mengenalinya.
Sepertinya pikiranku sedang benar-benar kacau hari ini.
“Ahh.. eh.. iya sayang. Engga kok engga lemes.” Jawabku sekenanya.
“Hm.. tu kan ngalamun lagi. Lagi mikirin siapa hayooo…”
“engga kok sayang, engga mikirin siapa-siapa.” Sial, kurasa aku terlalu
fokus dengan persiapan kebangkrutanku. Lagi pula mau apa pacarku kesini. Apa
dia mau mengajakku jalan lagi. Oh tidak, dompetku sudah benar-benar tipis hari
ini. Aku sedang tidak mau berfoya-foya.
“Eng,.. terus mikirin apaan dong?” tanyanya lagi. Aha, aku rasa ini
adalah saat yang pas untuk bercerita padanya. Terlebih orang tuanya adalah
seorang bos yang terbilang kaya.
Meskipun sulit, aku akan mencoba untuk meminjam uang pada ayahnya diakhir
ceritaku. Semoga saja aku bisa mendapat pinjaman. Dan sudah tentu tanpa bunga,
karena aku ini adalah calon mantunya.
Kuceritakan segala kegelisahan dan kegundahan ku ini pada pacarku. Sejauh
ini, dia merespon semua cerita ku dengan baik. Dan di akhir cerita saat aku
ingin mengatakan mau pinjam uang pada ayahnya, dia palah menawariku sebuah
pinjaman.
Beruntung sekali. Tapi bagaimana dia bisa mendapat uang sebanyak itu. Dia
bilang dia punya simpanan uang yang tidak sedikit. Apa dia selama ini bekerja,
kurasa dia selama ini kuliah, tidak mungkin juga dia bisa mendapat uang
sebanyak itu.
Apa dia ini suka ngepet. Oh kurasa tidak, dia adalah manusia modern yang
logis.
“Kamu dapet dari mana uang sebanyak itu?” Tanyaku
“Dari nabung sama korupsi bayaran kuliah.” Jawabnya santai.
“Haaaah? Serius?”
“Iya dong. Lagian aku nggak pernah punya banyak kebutuhan. Setiap jalan
kamu yang bayarin, terus temen-temen di kampus juga ngajarin aku korupsi yang
baik dan benar.”
“Oh gitu. Yaudah deh makasih ya kalo mau minjemin, nanti ku kasih
surat-surat pentingku buat jaminan.”
“Iya sayang. Lagian kayak sama siapa
aja kamu ini.”
“Makasih sayang.” Ucapku sekali lagi. Ku tarik dia dalam pelukanku. Senang
sekali rasanya bisa punya pacar sebaik ini.
Tapi kupikir-pikir lagi, wajar saja orang-orang yang korupsi itu bisa
sangat kaya. Gadis yang mengorupsi uang
orang tuanya saja bisa sekaya ini. Apa lagi orang yang mengkorupsi uang negara.
Ah kurasa aku tidak perlu memikirkannya. Yang penting sekarang aku sudah
mendapatkan pinjaman dan sudah siap untuk memulai langkah baru dalam perjalanan
bisnisku.
---oOo---