Kisah Misteri Jejak Tetes Darah - Di tengah gelapnya malam, tampak siluet seorang wanita
dengan tangan penuh dengan lumuran darah.
Di hadapannya tampak seorang pria yang sudah tak bernyawa dengan sebilah
golok menancap di dadanya.
“Kenapa kau lakukan ini? Apa salah kami sampai-sampai kau
tega melakukan ini pada kami?” Tanya seorang pria yang raut wajahnya dipenuhi
ketakutan karena melihat sebilah golok sudah menancap didada temannya.
“Bukankah kalian berdua ingin merasakan nikmatnya tubuhku?”
wanita itu kembali bertanya kepada si pria.
“Bukan itu, aku hanya ingin berkenalan denganmu lalu
mengantar mu pull…. eerrrgh” belum sempat menyelesaikan ucapannya, sebilah
golok yang tadi dimenancap didada temannya sudah berpindah ke lehernya dengan
cepat.
“Kring… kring...kring…”, bel berbunyi keras menandakan bahwa
jam pelajaran sudah harus dimulai. Adela pun berjalan masuk menuju ke
ruangannya. Dia duduk sendiri dibangku pojok paling belakang.
Semenjak ayahnya bercerai dengan ibunya, dia langsung
berubah menjadi wanita yang pendiam. Sebelum perceraian kedua orang tuanya
terjadi, dia adalah anak yang periang. Sangat ramah dengan teman-temannya dan
bahkan dia juga sangat aktiv dalam kegiatan sosial.
Meskipun berubah menjadi anak yang pendiam, dia tetap saja
anak yang sangat pandai dikelasnya. Bahkan sudah beberapa kali dia memenangkan
olimpiade sains tingkat nasional. Selain itu dia juga masih tetap aktiv dalam
organisasi.
Meskipun dia lebih banyak diam di organisasinya. Dia adalah anak yang cantik dengan kulit
putih dan juga rambut hitam lebatnya.
Tak sedikit pria yang mengejar-ngejar dia namun sayang, dia
sama sekali tidak pernah berfikir untuk mau berpacaran. Terlebih dengan
kejadian yang menimpa kedua orang tuanya. Mungkin baginya cinta itu hanyalah
sebuah ilusi.
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, adela langsung dijemput
oleh sang ayah. Begitu ayahnya tiba, adela langsung menghampirinya dan segera
naik ke dalam mobil mewah yang dibawa ayahnya.
Meskipun dalam hatinya Adel sangat marah, tapi dia masih
bisa menyimpan dan memendam amarahnya. Dia masih bisa menjaga hubungannya
dengan sang ayah. Bahkan ketika ayahnya menikah lagi dengan seorang janda,
Adele tetap tak pernah marah atau komplain apapun kepada saya.
Bahkan ketika ayahnya menikah lagi dengan seorang janda,
Adele tetap tak pernah marah atau complain apapun kepada sang ayah. Bahkan dia
berusaha untuk tidak memusuhi sang ibu tiri dan juga kaka tiri nya yang seorang
pria.
Sekitar 20 menit sang ayah mengendarai mobil, akhirnya tiba
juga mereka dikediaman sang ayah yang tampak begitu mewah. Begitu melewati
gerbang, langsung disambut oleh taman yang begitu indah dengan air mancur
ditengahnya.
Sesampainya didalam rumah, Adele masih bersikap manis dengan
ibu tiri dan kaka tirinya. Memang belum lama Adele tinggal bersama ibu tiri dan
kaka tirinya, tapi Adele sudah mencoba untuk membuat dirinya menjadi akrab
dengan mereka.
Setelah beberapa bulan mereka tinggal bersama, masalah pun
tak bisa terhindarkan. Perlahan ibu tirinya mulai menunjukan ketidaksukaannya
terhadap Adel. Begitu juga dengan kakak tirinya.
Perlahan mereka berdua memusuhi Adele, dan tak jarang saat
ayahnya pergi Adele harus membereskan semua urusan rumah.
Dimalam hari tampak ayah Adele sedang berbicara dengan
seorang wanita diruang tamu. Dilihat dari pakainnya, bisa ditebak kalau dia datang dari pihak
sekolah Adel. Mata sang ayah terus memandang serius pada wanita itu.
Tanpa mengurangi rasa hormat, wanita it uterus bicara panjang lebar mengenai apa yang
terjadi pada Adele.
“Saya tidak tahu lagi harus bagaimana menyampaikan berita
ini kepada bapak. Tapi sepertinya bapak harus segera memerikasakan Adele kepada
psikolog”
“Maksud ibu?”
“kali ini adalah kali ke tujuh Adele masuk BK dengan alasan
yang sama. Empat diantara korban Adele sekrang sedang dirawat dirumah sakit.
Dan baru saja kami mendengar kabar kalau salah satunya meninggal dunia karena
luka yang cukup parah dikepalanya.”
“Astaga bagaimana peristiwa seperti ini bisa terjadi?!”
“Kami juga tidak tahu pak. Tapi sebaiknya bapak segera
memeriksakannya ke psikiater atau psikolog.”
“Baiklah bu.”
Keesokan harinya, Ayah Adele pun langsung pergi ke salah
satu psikiater didaerahnya. Dia memeriksakan anaknya ini dan disuruh untuk
menunggu beberapa hari sampai hasil pemeriksaannya keluar. Begitu hasil
pemeriksaan Adel keluar, sang ayah pun langsung pergi untuk menemui si psikiater itu lagi.
“Bagaimana hasil pemeriksaan anak saya dok?”
“Mohon maaf pak, saya tahu ini pasti rasanya berat untuk
bapak, tapi walau bagaimana pun bapak harus mendengar berita ini. Anak bapak
mengidap penyakit psikopat”. Bak terkena peluru nyasar, ayah Adel langsung
shock dan langsung shock dan lemas.
“Psikopat dok?” Tanya ayah Adel dengan nada pelan untuk
memastikan.
“Iya pak, penyakit ini hampir sama dengan gila, tapi
keduanya berbeda. Kita tidak bisa mengatakan psikopat itu gila dan tidak juga
normal. Para penderita nya ini sering disebut sosiopat. Dalam kasus criminal
sendiri sosiPara penderita nya ini sering disebut sosiopat. Dalam kasus
criminal sendiri sosiopat adalah seorang pembunuh, pemerkosa dan juga koruptor.
Namun ini hanya 15-20% . Selebihnya adalah pribadi yang lebih berpenampilan
sempurna, pandai bertutur kareta, berpikir kritis, . Selebihnya adalah pribadi
yang lebih berpenampilan sempurna, pandai bertutur kareta, berpikir kritis, dan
mempunyai daya tarik yang luar biasa. Biasanya mereka adalah orang-orang yang
ber IQ tinggi.” Papar si dokter
“Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang dok?” Tanya ayah
Adele kepada sang dokter dengan nada panik.
“Sebaiknya bawa dia ke tempat rehabilitasi mental pak. Dan
sebaiknya dia dijauhkan dari ora orang-orang yang ia benci”
“Ahh… orang-orang yang dia benci dok?” ayah Adel langsung
teringat dengan orag-orang rumah yang sedang bersama Adel.
“maaf dok, saya harus pergi dulu. Permsisi..” ayah Adel pun
akhirnya langsung pergi kerumah untuk mengecek kondisi keluarganya.
Sekitar 20 menit mengendarai mobilnya, akhirnya sang ayah
tiba dirumahnya. Dengan cepat ia langsung masuk ke dalam rumah dan memeriksa
semuanya. Dia cek satu persatu ruangan yang ada hingga hanya tersisa satu
ruangan yang belum ia cek.
Perlahan ia berjalan menuju ruangan itu. Dengan menarik
nafas ia buka pintu ruangan dan ternyata tidak ada orang diruangan itu. Ia
masuk ke dalam ruangan dan duduk disalah satu kursi. Saat ia duduk tiba-tiba
darah menetes dari atas dan jatuh di pipi sang ayah.
“eeh.. apa ini?” ucap sang ayah heran, lalu dia menengok ke
atas dan betapa terkejutnya dia. Ternyata sang istri dan anak tirinya sudah
tergantung dengan kondisi tak bernyawa.
Ada banyak sekali luka tusukan di dada mereka. Belum sempat
sang ayah menurunkan mayat mereka, tiba-tiba Adel muncul dari belakang.
“jangan diturunkan yah” ucap Adel dengan tangan masih
memegang sebilah golok yang sudah penuh dilumuri darah.
“Ada apa denganmu?! Kenapa Kau melakukan ini?!” Tanya sang
Ayah dengan gemetaran.
“Aku hanya melindungi diri dari orang-orang yang ingin
menyakiti ku yah” jawab Adel pelan
“Tidak mungkin… ini tidak mungkin… berapa orang yang sudah
kau bunuh?”
“Sampai sekarang setidaknya aku sudah membunuh 12 orang yah,
mungkin sebentar lagi akan menjadi 13. Sebelum ini terakhir aku membunuh 2
orang yang berniat memperkosaku”
“Apa-apaan ini?! Tidak mungkin aku mempunyai anak seorang
pembunuh! Apa mau mu sekarang nak?” Tanya ayah Adel pelan. Lalu adel membuang
goloknya ke arah samping. Ia berjalan kearah ayahnya lalu ia memeluk ayahnya.
“Aku tidak ingin apa-apa yah, aku sayang ayah dan karena itu
aku ingin ayah tenang di alam sana dengan mereka… jleeeb!!” suasana hening.
---oOo---