Kisah Cerita Sukses Seorang Petani Cabai

Cerita Sukses Petani Cabai - Waktu itu sekitar pukul 06.00 aku melihat sepasang suami istri menaiki sepeda motor yang sudah agak tua. Jalannya sudah tidak lagi stabil, roda belakangnya sedikit kempes, suara mesinnya seperti mesin jahit terus, roda depan ogel – ogel.


Sang ibu membawa teng semprot, sedangkan sang ayah menyetir motor. Mereka memakai pakaian dinas. Pakaian dinas milik mereka tidak seperti pakaian dinas milik pegawai negri sipil, yang rapih, wangi, dan bersih.

Pakaian dinas milik mereka kebalikannya, sudah kucel, kotor, warnanya kecoklatan dan bau khas lumpur.

Pasangan suami istri ini bernama pak Tono dan bu Ani. Pekerjaan pak Tono dan bu Ani adalah seorang petani. Dibandingkan dengan pak Tono, bu Ani memiliki fisik lebih kuat. Pak Tono dan bu Ani adalah petani cabai merah dan juga petani padi.

Pada musim ketiga atau kita bisa artikan juga musim kemarau, pak Tono dan bu Ani menanam cabai. Tidak hanya mereka, petani yang lainpun ikut menanam cabai pada saat musim kemarau.

Ini untuk mencegah perkembangbiakan hama yang ada pada padi. Seperti yang dikatakan para penyuluh pertanian, “kita sebagai petani harus bisa mengendalikan hama, yaitu dengan cara menyelingi tanaman padi dengan tanaman yang lain, seperti jagung, cabai, dan yang lainnya”.

Seperti apa yang dikatakan penyuluh, pak Tono dan petani yang lain memilih menyelingi tanaman padi dengan cabai. Hal ini disebabkan harga cabai yang dapat meroket. Yaitu bisa mencapai harga Rp 50.000/kg.

Tapi setelah berjalan selama tiga kali musim kemarau, berarti sekitar tiga tahun. Banyak petani cabai yang gulung tikar, ini di karenakan banyak penyakit yang menyerang tanaman cabai. Dari cabai kreteng, cabai kerdil, dan cabai yang busuk sebelum tua.

Berbeda dengan pak Tono dan bu Ani, mereka menanam cabai tapi mereka juga mempelajari tanaman cabai tersebut. Selama tiga tahun mereka mengamati pertumbuhan cabai tersebut.

Dari pupuk yang dipakai, obat untuk memperbanyak buah cabai, dan yang terpenting cara membasmi hama yang ada pada tanaman cabai.

Berkat pengamatan yang dilakukannya dia bisa mengendalikan hama yang menyerang tanaman cabainya. Sehingga tanaman cabainya tidak terserang penyakit cabai keriting, kerdil dan lainnya. Sehingga tanaman cabai milik pak Tono tumbuh subur.

Ada satu lagi ilmu yang didapat pak Tono dari bertanam cabai. Karena harga cabai yang dapat mencapai Rp 50.000/kg maka keuntungan yang didapat dapat berlipat ganda.

Dari keuntungan cabai tersebut pak Tono tidak lantas berpoya – poya, sebagian uang keuntungannya ditabung di bank atau dibelikannya tanah, sedangkan sisanya untuk kebutuhan sehari – hari.

Sedangkan petani yang lain, keuntungan selama menanam cabai digunakan untuk berpoya – poya, ada yang dibelikan motor, tidak hanya satu motor, bahkan bisa sampai membeli dua sampai tiga motor sekaligus. Ada yang digunakan untuk baju baru, makan enak dan lainnya.

Dari hasil jerih payahnya itulah sekarang pak Tono dan bu Ani mempunyai kurang lebih tiga hektar sawah, dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang S1 dan membangun rumah.

---oOo---

Back To Top