Cerita pengalaman susahnya bekerja untuk mencari uang. Cerita cerpen pengalaman
pertama kali bekerja berikut ini cukup menarik untuk dibaca. Apalagi khususnya
untuk rekan remaja yang baru lulus sekolah dan mulai ingin terjun mencari uang
seperti orang dewasa.
Dalam cerpen berikut
digambarkan mulai bagaimana pengalaman seorang siswa sekolah yang belajar sembari
mencari uang sampai ketika ia lulus dari sekolah menengah. Gaya bahasa yang
digunakan sederhana, tetapi pesan dan ceritanya cukup dalam.
Pada cerita ini dikisahkan
seorang remaja sekolah yang harus mencari uang untuk bayar uang sekolah. Bukan
karena tidak mampu tetapi karena ia telah menyalahgunakan uang yang diberikan
orang tuanya. Ini pengalaman buruk yang tidak boleh ditiru.
Kemudian di cerita selanjutnya
remaja tersebut lulus sekolah. Ia pun belajar mencari uang dan merasakan bahwa
bekerja itu sangat sulit dan melelahkan. Seperti apa saja pengalaman remaja
tersebut, penasaran bukan? Mari kita baca cerita selengkapnya di bawah ini.
Susahnya Bekerja Mencari Uang
Cerpen Pengalaman Pertama Kali Kerja
Pada suatu hari dan tepatnya di bulan Juli aku di beri uang
bayaran sekolah oleh orang tua aku untuk dibayarkan ke sekolah.
Berhubung orang
tua memberikan uang sekolah di saat masih jauh hari, akhirnya aku membayarkan
hanya setengah dari uang yang diberi ayah untuk anggaran sekolah.
Separuh uang bayaran sekolah
aku salah gunakan untuk membeli hp baru. Sampai tiba pada waktu Ulangan Semester II
harus sudah dibayar lunas. Pada saat itu aku tidak ada uang sedikit pun.
Aku tidak bisa apa - apa lagi,
aku mau jujur kepada orang tua aku, tapi tidak berani karena takut dimarahi. Akhirnya
aku berpikir-pikir bagai mana aku dapat uang agar bisa melunasi bayaran sekolah.
Akhirnya aku bertanya kepada
temanku “cok enek kerjanan orak go sambian bali sekolah lah…!”, tanyaku. “ow
iyo, enek kae ngusungi boto tapi…?”, jawab temanku.
“Wes, ora popo seng penting
eneng kerjanan…”, jawabku gesit.
“iyo jugaan mamak ku ngusungi boto dewe melas…”
“yo wes, ngesok aku mulai
mangkate…”
“iyo…”
Di situ aku mulai merasa tenang
dan tidak terlalu panik. Di hari esoknya, tepat pulang sekolah aku langsung ke
tempat teman aku yang mempunyai tobong batu bata bolong. Aku pun jalan kaki
sembari membawa angkong.
Aku langsung terjun memilih
batu bata bolong yang sudah kering ke dalam tobong. Pada setiap angkongnya aku
isi 100 biji bata.
Jadi 10 muatan saja sudah mendapat 1000 batu bata. Upah
buruh dorong bata ya tidak lumayan besar tapi ya mendinglah untuk pemasukan.
Sampai hari ke tujuh, aku
mendorong batu bata yang sudah kering ke dalam tobong. Setiap seminggu sekali
mendapat bayaran dari kerja tersebut. Pada saat itu aku dapat uang urang lebih
235 ribu.
Pada saat itu aku hanya kurang
300 ribu saja kan tinggal kurang sedikit. Si pemilik batu bata bilang, “iki di
rampungke sisan rep yo gari setitik wek…”
“ow iyo insaaloh…”
“Paleng iki 10 dino meneh yo
rampong …”
“iyo lah sisan tak rampunggke”
“yowes…”
Pekerjaan itu selesai, aku bisa
membayar uang sekolahku yang sudah harus lunas. Aku bersyukur ada teman yang
mau membantu dan memberi pekerjaan, sangat bermanfaat meski capek sekali.
Akhirnya sampai aku kelas 2
akhir SMA aku masih sambil mendorong boto ke dalam tobong sampai kurang lebih 5
bulan. Terkadang aku pun pun diledek sama teman aku, “weh jan, bocah botoan…” Aku
hanya membalas dengan senyuman.
Tiga tahun akhirnya aku lulus
dari sekolah. Setelah lulus aku pernah belajar mencari uang di PT. Jamur Tiram.
Aku bekerja di PT tersebut cuma bertahan 1 bulan karena bekerja ternyata susah
dan enggak enak.
Ketika aku bekerja di situ
tugasku adalah menyaring (mengayak) sisa gergaji, menata lapak jamur setelah di
kasih bibit, mengaduk sisa gergaji yang sudah di ayak tadi, dan memasukan
adukan tadi kedalam plastik yang ukuranya 1 kg.
Setelah itu digencet dan
ditutup lalu di masukin kedalam open untuk di kukus. Itu semua tugasku. Namun
aku melaksanakan itu semua tidak sendirian karena ada beberapa teman yang
bekerja di situ bersamaku.
Bekerja di jamuran aku selalu
bersama teman untuk tugas yang berat seperti ngayak, ngaduk dan memasukan
adukan tadi yang sudah di gencet ke dalam open untuk di kukus.
Selain itu pekerjaan lain dikerjakan
bersama seperti menutup lapak tersebut, memasukan adukan tadi ke dalam plastik
dan menata untuk di kasih bibit.
Aku bekerja di tempat tersebut yang bikin
males banget adalah ketika di jatah untuk menata lapak yang sudah di kasih
bibit ke tempat yang sudah di kususkan untuk tempat penyimpanan lapak tersebut.
Aku paling males menata itu karena
aku bekerja sendiri dan aku sering terluka terkena gesekan kayu bambu.
Aku juga paling males suruh
ngayak dan ngaduk sisa gergaji tersebut karena cukup menguras tenaga. Bukan
hanya itu, tangan jadi kapalen kalau belum terbiasa. Pernah, pertama aku
bekerja aku langsung bertugas untuk mengayak sisa gergaji tersebut.
Aku bertugas mengayak dan
mengaduknya. Pertama sih aku tidak terlalu capek namun tangan pasti kapalen karena
aku belum pernah bekerja berat seperti itu. Malamnya baru terasa melelahkan dan
badan terasa pegal pegal akibat ngaduk tadi pagi.
Besoknya lagi aku selalu males
dan minta jatah lain selain mengaduk. Jadi aku mengaduk cuman hari pertama aku
bekerja tapi kadang aku juga pernah membantu ngaduk karena salah satu dari
pekerja di sana tidak berangkat.
Pekerja di empat aku bekerja
cuman ada 4 orang yang bekerja. Empat orang tersebut terdiri dari 3 laki-laki
dan 1 perempuan.
Sebenarnya enak kerja di sana santai dan banyak istirahatnya
dan gaji lumayan 750.000 dan itu biasa dibilang bersih karena makan sudah pasti
tiga kali.
Selain gaji ada juga tambahan
uang jajan. Sebenarnya kerjanya tidak terlalu di cepat-cepat tapi kerjanya
nyantai yang penting ada bekasnya. Kita orang kerjanya tapi entah kenapa kerja
santai dan tenang badan masih saja terasa pegal –pegal.
Badanku setiap malam terasa
pegal banget namun itu cuman 7 sampai 10 hari. Seterusnya sudah tidak terasa
pegalnya mungkin karena sudah terbiasa jadi berkurang rasa pegal pegalnya.
Di samping itu juga ada
pekerjaan lain yaitu muat lapak tersebut untuk dikirim kepada orang yang
memesan. Aku tidak betah bekerja di sana karena aku udah enggak kuat badanku.
Pekerjaanya sebenarnya
ngantukin sekali apa lagi kalau enggak ada suara musik, walah rasanya pingin
tidur dan ngantuk banget. Pernah pada suatu hari aku berangkat bekerja hari itu
aku lemas banget.
Entah kenapa kok terasa lemas
dan mata itu ingin-nya memejamkan dan enggak mau untuk di buka. Padahal aku tidur sudah
pagi dan minum kopi sudah pas.
Waktu aku memasukkan adukan ke
dalam plastik, aku enggak terasa tidur dan gelebak jatuh dari duduk. Peh jan,
aku malu banget waktu itu, dan aku ditanya sama teman aku.
“kamu sakit apa ngantuk kok
bisa jatuh begitu?”
“enggak aku ini cuma ngantuk,
tapi aku sudah ngopi tadi pagi dan tidur pun aku tidak terlalu malam banget”
“ya sudah kalau ngantuk tidur
sono enggak apa apa kok, kerja disini itu santai dan enak….”
Setelah itu aku tidur, namun
cuma sebentar karena waktu duhur telah tiba. Setelah kejadian itu aku tidur
setelah isya terus namun tetap ngantuk. Lalu aku minta izin untuk mendengarkan musik
agar tidak mengantuk waktu bekerja.
Waktu berjalan terus, aku
lama-lama benar-benar tidak tahan. Tapi aku mau keluar tidak enak dan malu.
Akhirnya aku paksa terus sampai
aku gajian. Kurang lebih 1 bulan bekerja, aku lalu gajian. Setelah mendapat
gaji minta izin untuk berhenti bekerja dengan alasan akan pulang kampung.
---oOo---
Tidak ada yang mudah, untuk sesuatu yang belum pernah dikerjakan. Namun, pengalaman akan memberikan keterampilan tersendiri bagi yang mau mencoba. Pengalamanlah yang akan mempermudah apa yang dikerjakan.
Kami harap ada pesan moral yang bisa diambil dari cerita di atas. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan inspirasi dan motivasi untuk selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk hasil yang diinginkan.