Cerita Cerpen Cinta Remaja Terbaru, bintang dalam kabut - Pagi hari yang cerah aku duduk di depan rumah sambil tertawa
melihat adikku yang kecil sedang bermain bola. Dengan tubuh yang kurang seimbang
dia terjatuh berulang kali ketika hendak menendang bola.
Yang hebatnya adikku yang berumur 2 tahun itu tidak menangis ketika terjatuh, dan terus berusaha untuk menendang bola tersebut hingga kena. Aku terus melihatnya tanpa membantunya sedikitpun memapahnya
untuk berdiri.
Aku ingin mengajari nya sebuah kemandirian sejak dini hingga dia besar menjadi orang-orang yang benar-benar mandiri.
Dengan begitu riang adikku terus menendang bola meskipun bola yang terpental karena kakinya tidak begitu jauh. Tetapi nampaknya dia begitu menikmati permainan tersebut.
Aku ingin mengajari nya sebuah kemandirian sejak dini hingga dia besar menjadi orang-orang yang benar-benar mandiri.
Dengan begitu riang adikku terus menendang bola meskipun bola yang terpental karena kakinya tidak begitu jauh. Tetapi nampaknya dia begitu menikmati permainan tersebut.
Aku pun berdiri dan menghampirinya, aku berdiri di depannya
dan berkata,”Ayo oper dong ke kakak”. Dengan ancang-ancang yang begitu
seriusnya dia pun menendang bola dan mengarah kepadaku. Aku tertawa dan
berkata,”Wah pinter”. Aku mengoper lagi bola kepada adikku dan adikku dengan
tubuh yang masih kurang sempurna dalam berjalan menerimanya.
“Putri..!, Andi bawa masuk, mau di mandikan”, ungkap ibuku
berteriak kepadaku. Aku memegang bolanya dan berkata kepadanya,”Mandi yok sudah
siang”, ungkapku. Tetapi dia justru mengajak bercanda dan berlari menjauhi ku
ketika aku mengajaknya untuk mandi. Aku pun mengejarnya dan aku membopong nya
berjalan menuju rumah.
Sambil memukul pantannya aku berkata,”Kena kamu ya”. Aku
terus menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam. Sementara itu adiku tertawa
begitu kerasnya ketika aku menggendongnya. Aku memberikan adiku kepada ibuku
untuk di mandikan. Cukup susah mengajaknya mandi tetapi ibuku tidak kekurangan
akal, ibuku memberi sebuah mainan di bak tempat mandinya, dengan bahagianya dia
menghampiri bak mandi tersebut.
Kini tinggal ibuku
yang memberikan sabun ke tubuhnya dan menggosoknya. Setelah itu ibuku
membersihkan tubuh adiku hingga bersih. Meski mandi sudah selesai adikku belum
mau untuk beranjak dari bak mandi tersebut. Dia tetap asyik dengan
kapal-kapalannya yang ada di air tersebut.
Ibuku membiarkan sejenak adikku main-main di air. Setelah 5
menit ibukupun mengangkat adikku yang sedang asyik bermain air. Adikku menangis
dengan begitu kerasnya, ibuku dengan serta membawa mainannya ke kamar. Dan di
kamar ibuku memberikan mainannya lagi. Kini dia terdiam dan sangat asyik
bermain-mainan. Sementara itu ibuku memakaikan baju kepada adikku dengan begitu
santainya. Hingga akhirnya ibuku berhasil memakaikan baju tanpa membuat adikku
menangis.
Aku duduk di kamar adiku sambil melihat betapa lucu adiku
yang sedang bermain tersebut. Seolah tidak ada yang menarik lagi baginya selain
mainan-mainan yang ada di depannya. Ketika sedang begitu asyiknya melihat adiku
yang bermain ponselku berbunyi. Sebuah pesan yang berisi,”Lagi apa sayang”,
ungkap kekasihku menyapaku lewat sms.
Aku membalasnya,”Lagi jagain adikku yang sedang asyik
bermain”.
“Hari ini bisa ketemuan enggak..?”, ungkapnya. Dengan begitu
bahagia aku membalasnya,”Iya bisa, dimana..?”. Tak lama kemudian di membalasnya
lagi,”Di taman tempat kita biasa ketemua saja”.
“Sekarang apa..?”, ungkapku.
“Iya, aku tunggu”, ungkap kekasihku.
“Iya”.
Aku pun meninggalkan adikku yang sedang bermain tersebut ke
kamar untuk mengganti bajuku. Setelah itu aku menyisir rambutku dan sedikit
wewangian di bajuku. Aku keluar dari rumah dan mulai menghidupakn motor.
Setelah itu aku berangkat ke taman.
Dengan kecepatan sedang aku mengemudi dan selalu berada di belakang truk besar. Sementara itu
aku terus melihat ke samping depan hingga tidak ada kendaraan yang melintas
dari arah depan. Setelah tidak ada kendaraan di depan, aku menambah gas dan
menyalip mobil besar tersebut. Dengan lantangnya aku terus menambah gas hingga
mentok. Aku berhasil menyalip mobil besar tersebut dan terus melaju menuju
taman.
Tidak lama kemudian aku sampai di taman dan menengok ke
kanan dan ke kiri. Dengan jalan lambat aku terus mencari kekasihku. Aku melihat
kekasihku sedang duduk di bawah pohon dan sedang asyik dengan televon
genggamnya. Aku menghampirinya dengan jalan yang sedang.
Aku berhenti di hadapannya dan mematikan motor lalu aku
sandarkan. Aku turun dari motor dan melepas helemku lalu duduk di sampingnya.
“Hay”, ungkap kekasihku dengan tersenyum begitu lebar. “Hay”, membalasnya.
“Tak kira kamu enggak ke taman, dari tadi gak datang-datang”,
ungkap kekasihku.
“Iya maaf, aku tadi jaga adikku, dan aku lupa pamit sama
ibuku mau ke sini..!”, dengan gugupnya aku mengambil ponsel dari tas kecilku.
Sementara kekasihku bingung dengan apa yang aku lakukan. Dia
melihatku tanpa mengeluarkan kata-kata.
Aku menelpon ibuku dengan perasaan khawatir karena adiku
tidak ada yang menjaga. Tak lama ibuku mengangkat telfonnya.
“Halo, ibu.?”.
“Iya, kenapa..?”, ungkap ibuku.
“Ibu dimana..?”.
“Di dapur”, ungkap ibuku.
“Aku lupa pamit sama ibu, aku sekarang lagi sama temenku bu,
itu Andi sendirian di kamar”, ungkapku.
“Iya sudah entar ibu ke kamarnya”, ungkap ibuku.
“Iya sudah dulu bu ya”.
“Iya”.
Aku mematikan ponselku dan kembali mengobrol dengan
kekasihku. Aku melihat kekasihku begitu bingung dan seperti ada yang sedang di
pikirkan. Aku melihat wajahnya dan berkata,”Kamu kenapa..?”.
Diapun melihatku dengan muka yang begitu murung dan merasa
canggung. Dia berkata,”Aku mau ngomong sama kamu”.
“Ngomong apa..?”, ungkapku semakin tambah penasaran dengan
apa yang hendak di sampaikan oleh kekaishku. “Aduh tapi aku tidak enak mau
ngomongnya, aku harap setelah aku ngomong tidak ada permusuhan diantara kita
ya”, ungkap kekasihku.
“Kamu mau ngomong apa si..?”, ungkapku dengan begitu lebih
penasaran lagi.
“Kamu janji kan tidak akan marah”, ungkap kekasihku
menyakinkanku.
“Iya, sudah kamu cepet cerita”.
“Kayaknya mending kita akhiri saja, hubungan kita deh, aku
sudah tidak tahan menjalani hubungan yang tidak di restui oleh orang tuamu.
Kita temenan aja ya”, ungkap kekasihku. “Tapi aku sayang sama kamu Den”,
ungkapku. “Aku juga sayang sama kamu, tapi percuma juga hubungan kita tidak
direstui”, ungkap kekasihku.
Aku menangis di hadapannya dan tanganku berusaha membendung
lajunya air mata ini. Sementara itu kekasihku menenangkanku dari kesedihan ini.
kekasihku memang bagai bintang dalam kabut yang tidak akan bisa aku miliki
karena tidak mendapat restu.
Tetapi aku berharap aku tetap bisa mengenalnya mengingat aku suah terlalu mencintainya, cerita cerpen cinta remaja, seperti bintang dalam kabut. Perpisahan ini memang sudah menjadii pilihannya meski aku tidak merelakannya.
Tetapi aku tidak bisa egois dan tidak bisa seenaknya, karena aku tahu dia tertekan dengan hubungan yang aku jalani ini. Tidak memilikimupun tidak apa-apa yang penting aku masih bisa mengenalmu dan masih bisa melihatmu bahagia, itu semua sudah lebih dari cukup untukku.
Tetapi aku berharap aku tetap bisa mengenalnya mengingat aku suah terlalu mencintainya, cerita cerpen cinta remaja, seperti bintang dalam kabut. Perpisahan ini memang sudah menjadii pilihannya meski aku tidak merelakannya.
Tetapi aku tidak bisa egois dan tidak bisa seenaknya, karena aku tahu dia tertekan dengan hubungan yang aku jalani ini. Tidak memilikimupun tidak apa-apa yang penting aku masih bisa mengenalmu dan masih bisa melihatmu bahagia, itu semua sudah lebih dari cukup untukku.
Aku mengelap kembali air mata yang begitu banyak keluar ini.
Terus aku berusaha menenangkan diriku, karena pisahnya aku dan dia. Aku hanya
bisa berharap aku bisa mendapatkan bintang yang tentunya tidak terhalang oleh
kabut.
---
oOo ---