Cerpen Air Mata Ibu, Muara Kasih Bunda

Cerita Cerpen tentang Air Mata Ibu akan membuat hati bergetar. Air mata merupakan sebuah tanda kesedihan dan rasa sakit. Bayangkan jika itu menetes dari seorang ibu, yang selama sembilan bulan telah mengandung kita. 


Ilustrasi Cerpen Muara Kasih Bunda
Bisa anda bayangkan bagaimana ikhlas-nya beliau membuang kotoranmu setiap hari ketika kamu masih kecil? Setiap orang adalah anak dari orang tua mereka, ibu adalah salah satu orang yang sangat berjasa dalam hidup seseorang. 

Dari ibu kita belajar kasih sayang, dari ibu pula kita belajar apa itu bahagia. Sudah sepantasnya seorang ibu dibahagiakan oleh anak-anaknya. Tidak pantas jika sampai seorang ibu menangis, meneteskan kepedihannya dengan air mata.

Karya cerpen singkat terbaru kali ini mungkin bisa menggugah hati kita semua, bisa menyadarkan kita bahwa ibu adalah orang yang sangat penting dalam hidup kita. 

Ibu adalah orang yang dipercaya Alloh untuk merawat kita dari kecil, dari bayi yang tidak bisa melakukan apapun kecuali menangis.

Mari, dengan cerpen ini kita ingat dalam hati untuk selalu membahagiakan ibu. Ingat, “surga ada ditelapak kaki ibu”, membahagiakan ibu juga akan memberikan anda kebahagiaan yang nyata. Mari bersujud di kakinya, mari sayangi orang tua kita sebagaimana mereka tak pernah letih menyayangi kita semua.

Muara Kasih Bunda
Cerpen Air Mata Ibu

Magrib menjelang dan ufuk menggaris begitu indahnya, orang-orang berdatangan ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat. Sementara aku masih di rumah mengunyah suapan dari ibu tercinta.

Ibu yang tak pernah lelah memperhatikanku, meskipun aku pun terkadang sering lebih peduli dengan orang lain dari pada ibu. Padahal apa yang dikerjakan ibu semuanya untukku dan demi kebahagiaanku.

Aku pun berangkat ke masjid usai menghabiskan suapan terakhir dari ibuku. Aku pun berjalan bersama ibuku yang selalu setia menuntunku sampai ke masjid. 

Sesampainya di masjid ibuku berkata,”Ayok solat, dek, dipakai mukenahnya”, kata bunda. Namun aku pun memakainya meskipun aku pun belum mengerti betul untuk apa aku sholat.

Ibuku berkata,”Dibuka tangannya dan bilang amin”, mendengarkan imam yang sedang berdoa usai sholat. Aku pun mengucap amin dipangkuan ibuku dan sambil melihat kekanan dan kekiri. Usai berdoa bunda berkata,”Usapkan tanganmu kemuka”. Aku pun mengikutinya apa yang disampaikan ibuku.

Sholat berjamaahpun selesai, aku pun tidak sabar untuk pulang,”Ayo buk,.. ayok cepat”, sambil menarik tangan ibuku.

“Iya nak, sebentar ya, pakai sendal dulu”. Aku pun berlari menuju pulang dan berkata,”Ayok buk kejar aku”. “Jangan lari-lari nak, banyak kendaraan”, ungkapnya sambil mengejarnya.

Aku tidak melihat kekanan dan kekiri ketika menyebrang dan aku pun tertabrak motor dan tidak sadarkan diri. Aku terbangun namun di tempat yang gelap sekali dan hanya ada satu cahaya. 

Aku mengikuti cahaya tersebut namun cahaya itu semakin menjauh. Aku pun berlari mengejar cahaya tersebut, namun cahaya tersebut hilang.

Tempat tersebut semakin gelap dan sangat gelap dan bahkan membuat sesak dada. Aku berjalan terus berharap ada sebuah cahaya, di tengah perjalanku aku mendengar tangisan dari ibu. Aku berteriak,”Ibu..!, ibu dimana, tolong aku bu aku sendirian”, ungkapku dengan lantangnya.

Sementara suara ibuku terdengar semakin kencang namun aku tidak tahu dari mana suara ibuku berasal. Suara ibuku menggema dan tidak bisa terdeteksi keberadaannya. 

Di tengah kegelapanku ada sosok mahluk terbang yang tidak kuketahui wujudnya, membawaku terbang. Aku berteriak dan memejamkan mata.

“Nak,.. Nak,.. ini ibu Nak, Allhamdulillah kamu sudah sadar”, memeluku yang sedang terbaring di rumah sakit dengan kepala yang terjahit.

Aku pun memandangi satu-persatu orang-orang yang ada di ruangan medis tersebut, dan belum sanggup berkata-kata. "Kenapa ibu menangis ?", ungkapku sambil menatap ibu.

“Ibu gak nagis kok Nak”.
“Itu ada air matanya”.
“Ibu khawatir dengan keadaan kamu nak”.
“Aku gak papa kok, ini aku sudah sehat”.
“Iya nak, ibu bersyukur banget”.

--- oOo ---

Jangan biarkan hati kita beku, jangan biarkan kebahagiaan berlalu dari hidup sang bunda. Rangkul, dekap dan peluklah mereka selagi mereka masih ada di dunia ini. 

Jangan pernah menunda kebaikan untuk mereka. Mudah-mudahan ada kebaikan yang bisa diambil dari cerita Cerpen Air Mata Ibu, Muara Kasih Bunda di atas. Agar lebih lengkap silahkan baca juga beberapa karya lain yang sudah disiapkan dibagian bawah. 

Jangan lupa juga untuk mencari cerita-cerita menarik lain seputar orang tua baik ibu, ayah, kakek, nenek maupun anggota keluarga lainnya. Disini ada banyak sekali kisah yang bisa anda nikmati, silahkan dicari saja mana yang ingin dibaca.

Tag : Cerpen, Ibu, Keluarga
Back To Top