Contoh Cerpen Pendidikan Singkat, Jam Kosong

Supaya lebih lengkap maka kita tambah lagi contoh cerpen tema pendidikan singkat yang sudah ada di situs ini. Kali ini ceritanya tentang jam kosong, bagaimana menurut anda, apakah kira-kira cerpen ini cukup menarik? Jangan berpaling dulu, cerpen ini sangat cocok untuk dibaca oleh para pelajar karena ada pesan baik yang bisa direnungkan.


Cerpen berjudul "jam kosong" berikut ini menggambarkan bagaimana suasana dan situasi para pelajar ketika mendapatkan jam kosong dan tidak ada guru.

Senang deh kalau anda membaca kisahnya karena suasana begitu kondusif untuk menuntut ilmu. Tapi sebelum itu baca juga judul berikut!

1) 20 cerpen hantu terbaik
2) Cerpen pelajar tentang ekskul dan kerajinan
3) 20 cerita pengalaman pelajar paling menarik
4) 100 cerpen tentang belajar usaha
5) Koleksi cerita bahasa inggris dan artinya

Ternyata, dalam cerpen ini diceritakan beberapa siswa menghadapi jam kosong dengan sangat bijaksana dan pintar. Ternyata mereka tidak menyia-nyiakan waktu dan tidak senang ketika mendapatkan jam kosong.

Pokoknya menarik deh bagaimana ceritanya. Makanya kami sengaja membagikan cerita itu untuk rekan pelajar semua.

Dengan tambahan satu judul lagi maka cerpen dengan tema pelajar atau pendidikan menjadi lebih banyak dan lebih lengkap lagi.

Jadi sewaktu-waktu membutuhkan cerpen seperti ini rekan semua lebih mudah mencarinya, benar begitu bukan? Ya maka dari itu lebih baik dibaca saja cerita selengkapnya di bawah ini.

Jam Kosong Lagi
Cerpen Singkat Pendidikan Oleh Irma

Pagi buta Camil sudah bangun, ia membereskan tempat tidur, mempersiapkan buku-buku pelajaran dan tugas lalu beranjak menuju kamar mandi. 

Setelah membersihkan diri tak lupa ia sholat subuh kemudian menuju dapur untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan.

“Kamu sudah bangun Nak…”
“Sudah bu, ibu mau masak apa?”
“Tumis kangkung sama ikan asin goreng”
“Ya sudah sini aku bantuin bu”

Pagi itu seperti biasa Camil membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi. Jam 5 pagi sarapan sudah siap dan ibunya lalu mulai menyiapkan dagangan. Ibu Camil memiliki warung soto, jadi sehari-hari ia selalu sibuk dengan dagangannya.

Setelah menyelesaikan urusan dapur Camil pun masih sempat membantu ibunya mempersiapkan dagangan. Jam 6 mereka satu keluarga sudah sarapan dan memulai aktivitas sehari-hari. Ayah Camil pergi ke sawah, sementara ibunya berdagang.

Camil sendiri masih duduk di bangku SMA kelas 3. Ia selalu rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah. Ia juga sering membantu ibunya berdagang karena memang rumah mereka di depan sekolah Camil.

Sejak kakaknya meninggal satu tahun lalu karena sakit Camil selalu rajin membantu ibunya. Ia menggantikan sang kakak untuk membantu ibu mendapatkan uang untuk tambahan kebutuhan sehari-hari.

Dulu waktu kakaknya masih hidup mereka bisa mengandalkan hasil sawah ayahnya karena selalu dibantu sang kakak. Namun sekarang sang ayah bekerja sendiri sehingga seringkali hasil panen kurang memuaskan.

Meski dari keluarga kurang mampu, Camil adalah anak yang pandai dan ia sangat rajin di sekolah. Ia selalu mendapatkan peringkat, bahkan tahun ini ia mendapatkan beasiswa untuk anak berprestasi.

Namun belakangan ini sedang ada masalah di sekolahnya. Beberapa guru yang sudah tua meninggal dunia, kebetulan sudah ada 3 guru yang meninggal bulan itu. 

Karena itu proses belajar mengajar di sekolah sedikit terganggu karena kekurangan guru. Camil dan teman-teman terpaksa sering belajar sendiri di sekolah karena jam kosong.

“Hari ini sepertinya kita jam kosong lagi nih”, ucap Camil kepada Niko.
“Iya nih, padahal sebentar lagi ujian”, jawab Niko.
“Bagaimana jika kita belajar bersama, kita coba latihan soal saja, setelah itu kita saling tukar jawaban kita”

Akhirnya Niko dan Camil belajar mengerjakan soal-soal yang ada di buku. Setelah selesai mereka saling menukar hasil jawaban yang diperoleh. Jika ada yang tidak sependapat dan memiliki jawaban berbeda maka mereka pun mendiskusikannya bersama-sama.

Melihat mereka berdua belajar sendiri, beberapa tema lain pun ikut bergabung, suasana belajar menjadi lebih ramai dan menarik. Di sela-sela itu mereka juga masih sempat bercanda-ria.

“Coba kalau setiap hari seperti ini ya, kita belajarnya jadi lebih santai”, celetuk salah seorang dari mereka.
“Benar juga ya, tapi kalau ada yang mentok dan tidak tahu ya kita juga yang susah, coba soal nomor 5 ini siapa yang tahu?”, ucap Niko

“Iya, aku tidak tahu jawaban pastinya”, tambah Camil
“Ya sudah, kita catat saja yang tidak kita tahu, setelah itu nanti kita berikan ke kepala sekolah agar kita dibantu…”

Mereka pun melanjutkan diskusi sampai tidak menyadari waktu istirahat telah tiba. Mendengar anak lain ramai di luar kelas mereka pun akhirnya mengakhiri diskusi dan istirahat.

“Bagaimana ini, jam berikutnya kita juga kosong, apa kita lanjutkan seperti tadi?”
“Ya bisa saja, tapi apa tidak sebaiknya kita bilang kepada kepala sekolah?”
“Bilang bagaimana?”
“Ya ini kan sudah dua minggu kita seperti ini, padahal sebentar lagi kita ujian, apa tidak ada guru lain?”
“Iya kamu benar”

Akhirnya beberapa murid memutuskan untuk musyawarah terlebih dahulu di kelas. Akhirnya mereka bermusyawarah membahas jam kosong yang sering terjadi. 

Akhirnya, keputusan diambil, dengan berbagai pertimbangan mereka memutuskan untuk mencoba bicara dengan para guru. Niko, Camil dan Tia pun akhirnya menuju ke kantor.

“Ada apa anak-anak, kalian tidak belajar?”
“Tidak pak, pelajaran kimia…”
“Ow… jadi kalian mau apa?”,
“Kami ingin bertemu bapak kepala sekolah pak”
“Ada perlu apa kalian ingin bertemu pak kepala sekolah”
“Ini pak, kami ingin membicarakan masalah jam kosong di kelas kami”
“Oh… ya sudah, di ruangannya, kalian bisa kesana langsung”

Akhirnya mereka menemui kepala sekolah dan mengatakan masalah jam kosong tersebut. Tidak ada solusi yang memuaskan. 

Bapak kepala sekolah mengatakan bahwa di sekolah sudah tidak ada guru lain yang bisa membantu, mereka mau tidak mau harus belajar sendiri sampai guru baru didapatkan.

“Ya sudah, kita harus belajar sendiri kalau begitu”, ucap Niko
“Tidak apa-apa, yang penting kita sudah bicara dengan bapak kepala sekolah”, jawab Camil

“Iya benar, lagi pula bapak kepala sekolah sudah janji akan membantu kita jika ada pertanyaan seputar pelajaran”, lanjut Tia

Mereka pun akhirnya kembali ke kelas dan menyampaikan apa yang mereka bicarakan dengan kepala sekolah. 

Terlihat, para murid sebenarnya sedikit kecewa namun mereka mengerti dan mau berusaha sekuat tenaga untuk belajar sendiri. Apalagi sebentar lagi ujian, mereka tidak mau kalau sampai tidak lulus.

--- Tamat ---

Back To Top