Yuk belajar menulis lagi. Tema yang diangkat masih sama, yaitu tentang virus corona. Hari ini kita belajar membuat cerpen virus corona 5 paragraf saja. Singkat dan tidak membuat pusing. Lima paragraf kan juga bisa untuk latihan.
Intinya adalah membiasakan diri. Melalui latihan ini kita ingin mengajak rekan pelajar semua untuk membiasakan diri menulis. Tidak peduli seberapa panjang cerita yang kita tulis.
Kalau sudah biasa nanti juga bisa lebih panjang lagi ceritanya. Hitungannya bisa halaman, bukan paragraf lagi. Makanya kita mulai dari yang sederhana. Kali ini kita ambil judul yang sangat umum saja ya. “Karantina Mandiri”, itu judul yang akan kita gunakan untuk bahan latihan cerpen.
Tapi sebelum menulis tentang karantina mandiri, tentu saja kita harus tahu lebih dulu apa makna dan arti dari kata tersebut. Apakah yang dimaksud dengan karantina mandiri? Bagaimana pengertiannya?
Kalau kata “karantina” itu artinya kurang lebih adalah sistem pencegahan perpindahan orang dan barang dalam periode tertentu untuk mencegah penyebaran suatu penyakit. Nah, kalau “mandiri” kurang lebih artinya dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Secara sederhana karantina mandiri dapat diartikan sistem pembatasan diri yang dilakukan sendiri oleh orang yang sedang terkena penyakit untuk mencegah penularan penyakit yang diderita.
Ada gambaran ya? Nah, kalau sudah ada gambaran mengenai tema yang akan diangkat maka akan lebih mudah bagi kita untuk menulis atau mengarang karya cerpen tersebut. Mudahlah, ada yang sudah siap?
Pasti siap semua kan, apalagi kita hanya akan belajar untuk membuat karangan yang sangat singkat. Pasti siap semua kan? Oke, sambil menunggu siap dan untuk bahan tambahan mari kita baca dulu contoh yang sudah disiapkan berikut.
Karantina Mandiri
Belajar Menulis Cerpen
“Lama ya, kita tidak berjumpa. Sudah setahun lebih kamu pindah ke luar negeri. Bekerja. Kapan kamu pulang?” Kalimat itu terucap satu minggu yang lalu. Sebelum penyakit ini tambah ramai dibicarakan. Saat itu aku tidak berfikir semua akan serumit sekarang. Aku fikir itu akan biasa saja, berlalu dalam hitungan minggu. Seperti berita viral yang hilang dalam sekejab. Waktu itu aku tidak berfikir untuk pulang. Belum berfikir untuk pulang. Harus menabung dulu untuk masa depan.
“Vico….!”, dia berteriak diujung telefon. “Ku dengar kamu akan pulang, apa benar? Kenapa sekarang, kenapa tidak dari kemarin kamu pulang saja. Sebelum semua tambah kacau?”, ucapnya dengan nada tinggi. Dia lantas bercerita panjang lebar melalui sambungan telepon. Sekarang semua jadi lebih rumit. Ada pembatasan dan pemantauan orang yang keluar masuk dari daerah lain. Apalagi daerah yang diberitakan banyak virus corona yang menyebar.
Yang mau masuk kesuatu daerah akan diperiksa. Apakah ia bebas dari penyakit ini atau tidak. Yang mau keluar dari daerah yang terpapar pun tidak semudah itu diterima didaerah tujuan. “Co… sekarang banyak orang yang kucing-kucingan untuk pulang ke kampung halaman. Di kampung halaman pun mereka menjadi sorotan. Apalagi yang tidak mau karantina lebih dulu. Prosedurnya, setelah bepergian jauh seseorang sebaiknya karantina mandiri terlebih dahulu. Untuk pencegahan. Kalau kamu pulang, kamu harus isolasi mandiri di rumah. Tidak boleh kontak dengan orang lain terlebih dahulu selama 14 hari”, jelasnya panjang lebar.
Tak apalah, keputusanku sudah bulat. Meski harus melakukan karantina mandiri tentu saja aku akan melakukannya. Kerinduan ini, kegelisahan ini, sudah tidak bisa aku tahan. Jauh dari keluarga, orang tua dan orang terkasih saat keadaan pandemi seperti ini bukan hanya berat tapi sangat berat. Setidaknya, setelah aku dinyatakan bersih, boleh bepergian, maka aku akan pulang. Aku akan pulang ke kampung halaman. Mencari dukungan, menghapus kerinduan dan untuk dikarantina.
---Sekian---
Tidak usah berfikir ini itu yang terlalu rumit deh. Kita langsung mulai saja dengan apa yang ada dipikiran kita. Dan, yang terpenting, jangan dikoreksi dulu kalau belum selesai ya. Buat dulu saja sampai selesai.
Kalau belum selesai terus dikoreksi, biasanya justru akan mentok. Semua yang ditulis rasanya tidak bagus, kurang pas. Akhirnya kita tidak mau melanjutkan lagi karena merasa kurang pandai melakukannya.
Makanya selesaikan saja dulu membuat cerpen 5 paragraf tentang corona tersebut. Baru kalau sudah selesai bisa dibaca lagi kalau ingin dikoreksi.
Kalau ada kesalahan atau kekurangan pun tidak perlu kita koreksi. Biarkan saja karya kita tersebut sebagai bukti proses belajar kita. Kalau kurang puas dengan hasilnya lebih baik kita sisakan untuk karya selanjutnya.
Jadi pada karya selanjutnya kita akan ingat apa kekurangan karya sebelumnya. Begitu tipsnya ya. Ya sudah, silahkan dilanjutkan lagi belajar dengan karya-karya lain. Jangan lupa tetap semangat, optimis dan selalu jaga kesehatan,