Cerpen Singkat Terbaru Tentang Air

Ada contoh cerpen tentang air nih. Judulnya menarik, "Ngangsu, Hukuman untuk Pemboros". Cerpen yang satu ini sedikit unik dan bisa dikatakan sebagai teguran atau nasehat bagi kita yang suka membuang-buang air bersih.


Kisah dalam cerita pendek terbaru ini tentang pentingnya air bersih sehingga kita disarankan untuk berhemat atau tidak melakukan pemborosan dengan air yang ada di rumah kita. Meski air banyak melimpah namun kita semua tahu jika kemarau bisa dibayangkan bagaimana jadinya.

Dengan cerita pendek ini kita dapat mengambil hikmah kehidupan dan tentunya cerita ini juga bisa digunakan sebagai bahan belajar khususnya untuk membuat sebuah cerita pendek. 

Kisah dalam cerpen ini cukup bagus dan bisa dijadikan sebagai hiburan kita kala senggang. Ingin tahu bagaimana kisah menarik dalam cerpen tentang air tersebut? Mari kita langsung saja baca bersama-sama di bawah ini.

Ngangsu, Hukuman untuk Pemboros
Kumpulan Cerpen Singkat Terbaru

Dunia ini memang sudah benar-benar mendekati ajal, dunia sudah semakin gila saja. Banyak hal yang dahulu tersedia dengan melinpah tanpa susah sekarang sudah banyak menjadi lading perebutan, contohnya air.

Air sebagai satu kebutuhan sangat penting telah banyak diperjual belikan, diperdagangkan. Kebayang kalau semua kebutuhan air manusia harus beli, hancur dunia ini. 

Disini, sekarang ini mungkin adalah awal dari akan hancurnya sebuah peradaban umat manusia. 

Aku tidak berbicara seperti ini karena aku adalah ahli atau orang pintar di bidang ini, tapi aku berbicara seperti ini justru karena aku orang lemah, orang biasa yang mewakili puluhan jutaan yang lain. 

Aku mengakui, aku juga serakah, masih ada nafsu untuk memiliki banyak, namun bukan hal yang bersifat seperti itu. 

Bayangkan, jika air dimiliki satu orang, bayangkan jika gas alam dimiliki satu orang, bayangkan jika udara dimiliki satu orang?

Realitas kehidupan semacam itu merupakan gambaran dari neraka, yang sejatinya telah tampak geliat cirinya dalam kenyataan hidup. 

Aku menjadi salah satu warga yang merasakan dampak kesewenang-wenangan dan keserakahan tersebut.

Dulu di lingkungan, tidak ada yang pernah merasakan kemarau bahkan meski saat kemarau sekalipun dan sekarang ini kami merasakan kemarau meski di musim penghujan sekalipun. 

Bagaimana tidak, di musim penghujan kami tetap sulit mendapatkan air bersih apalagi di musim kemarau.

Awal kondisi lingkungan seperti ini adalah saat kemajuan mulai merambah ke wilayah kami. Disini, dulu belum ada tembok raksasa, belum ada gedung bertingkat dan sekarang sudah sangat padat. 

Dulu sumber air mudah ditemukan, dengan menggali beberapa meter tanah kami sudah bisa mendapatkan air bersih dan sekarang kami harus menggali ratusan meter dengan mesin baru bisa mendapatkan sumber air bersih. 

Sumber sumur tradisional sekarang ini sudah tidak digunakan, kalah dengan ribuan sumur bor yang tak tempatnya tak beraturan. 

Tempat rindang dan segar kini telah menjadi lokasi yang penuh dengan gemerlap lampu, bising suara kendaraan.

Seringkali aku mengumpat, memaki ketika aku harus mengalami hal ini berulang kali. Dibalik tembok itu orang bisa mandi ribuan kali dalam sehari dan di sini, (Cerpen Singkat Terbaru Tentang Air) kami harus ngantri untuk mendapatkan air bersih. 

Aku hanya bisa tertegun, “mau jadi apa dunia ini kelak?”, ucapku lirih dalam hati.
“Tak terasa, hidup sekarang tambah susah… dulu air kita bisa sesuka hati, sekarang ngantri…”
“Dulu kamu boros air sih!...”

Percakapan-percakapan seperti itu seringkali terdengar di telinga, entah pagi buta, malam hari atau siang hari. 

“Bukan karena aku yang boros, tapi dunia ini memang sudah semakin tua…“
“Kalau masih ada kita yang peduli lingkungan pasti bisa lebih baik….”
“Benar, semakin banyak yang kembali ke alam semakin baik untuk bumi kita…”

Meski semua tampak sudah begitu kacau namun masih ada harapan, seperti yang ditunjukkan oleh bang Juned – preman pasar yang sangat peduli dengan lingkungan. 

Kalau aku lihat di matanya, seperti ada bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. 

Ia seperti sedang menyusun rencana untuk memutar balik keadaan ini. “Aku ingin alam kembali asri seperti dulu… gak ada yang kekurangan air” ucapnya padaku.

--- Tamat ---

Back To Top