Mau cerpen tentang pemuda? Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang bisa memuat begitu banyak tema. Cerpen bisa berisi kisah sedih, kisah menarik, kisah mengarukan, menegangkan dan lain sebagainya. Begitu juga dengan cerpen tentang pemuda yang akan segera kita baca.
Cerpen berjudul "pemuda serba kekurangan" yang akan segera kita baca ini akan mengisahkan sebuah kisah yang sangat inspiratif mengenai kehidupan seorang pemuda yang penuh derita namun akhirnya bisa mendapatkan kebahagiaan yang dicari.
Dari kisah dalam cerpen terbaru ini kita bisa belajar banyak hal dan tentunya kita bisa merenungkan berbagai hal khususnya yang berkaitan dengan semangat hidup dan motivasi diri.
Cerita yang ada dalam cerpen ini penuh nasehat meski disertai dengan bumbu fiksi yang sangat menghibur.
Cerita yang ada dalam cerpen ini penuh nasehat meski disertai dengan bumbu fiksi yang sangat menghibur.
Di kisahkan, seorang pemuda begitu memiliki banyak sekali kekurangan khususnya dari segi materi atau kondisi ekonomi.
Begitu keras kehidupan yang ia jalani membentuknya menjadi pemuda yang memiliki kepribadian yang tangguh, kokoh, kuat dalam menghadapi berbagai goncangan hidup. Silahkan langsung saja baca cerita selengkapnya di bawah, tapi sebelum itu lihat juga beberapa judul berikut:
Begitu keras kehidupan yang ia jalani membentuknya menjadi pemuda yang memiliki kepribadian yang tangguh, kokoh, kuat dalam menghadapi berbagai goncangan hidup. Silahkan langsung saja baca cerita selengkapnya di bawah, tapi sebelum itu lihat juga beberapa judul berikut:
1) Cerpen pemuda miskin
2) Cerpen pemuda sukses
3) Cerpen pemuda pemudi harapan bangsa
Kisah di dalamnya sangat seru meski tidak begitu detail dan menegangkan. Cerpen ini ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna dan dimengerti. Menggunakan gaya bahasa yang umum di pakai dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana, tertarik untuk membaca Cerpen Pemuda Serba Kekurangan tersebut?
Cerpen Pemuda Serba Kekurangan
Oleh Contohcerita.com
Ian adalah sosok pemuda yang bukan hanya memiliki keterbatasan fisik melainkan banyak memiliki kekurangan di sisi kehidupan ekonomi.
Ia yang terlahir di keluarga miskin harus menghadapi banyak sekali cobaan hidup mulai dari makan yang hanya bisa sekali dalam sehari sampai pada kisah cinta yang tragis.
Sungguh, Ian sendiri tidak meminta untuk dilahirkan dalam kondisi dan keadaan yang serba tidak sesuai keinginan namun ia harus pasrah dan menyerah pada takdir yang menjadi garis hidup panjangnya.
"Le, ndang gek rewangi ngasak jagong, gi podo panen ki...." Kalimat di atas adalah cerminan betapa Ian memang harus menjalani kehidupan yang sangat keras. Di usianya yang masih usia sekolah dasar ia harus rela banting tulang menyeret sepasang kakinya yang tumbuh tak sempurna itu untuk mencari makan.
Kesehari-hariannya Ian dan keluarga hidup dalam kesusahan dan kemiskinan. Ian dan keluarga hanya bisa mengandalkan pekerjaan-pekerjaan setara pemulung untuk membeli kebutuhan hidup. Orang tuanya, meski tubuhnya cukup kuat untuk bertani tapi tak memiliki tanah atau ladang untuk di garap.
Ayahnya yang badannya sedikit kekar pun tak cukup punya keberuntungan untuk mendapatkan pekerjaan layak dan tetap. Sang ibu yang sama sekali tak pernah mengenyam bangku pendidikan hanya mampu menunggu apa yang di bawa oleh kedua lelaki di keluarga itu ke rumah.
Meski menjalani kehidupan yang begitu keras namun tidak ada tanda Ian menyerah, mengeluh atau bahkan frustrasi. Raut muka-nya datar, sama sekali tak ada ekspresi kekecewaan dalam hidupnya. Bahkan meski setiap hari menahan lapar ia tetap bisa tersenyum meski kadang terlihat pahit.
oOo
Seiring waktu terus berjalan keluarga itu belum tergusur dari suburnya bumi pertiwi, mereka masih tetap berjuang dan tetap terombang ambing dalam ketidak pastian.
Ian kini telah menjadi pemuda, seorang pemuda cacat dengan semangat yang membara. Bagaimana tidak, setiap hari ia bersumpah dalam hatinya "aku tak akan menyerah", ia selalu mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik.
Tapi itu bukan berarti hidupnya akan segera berubah, kerja keras tanpa kebutuhan gizi yang cukup ternyata berpengaruh pada fisik-nya. Badannya tak sekuat pikiran dan semangatnya.
"Kenang opo le..."
"Ora mak, ra opo-opo, gor lecet setitik mau tibo pas gowo boto"
"Yo gek diobati kae nganggo oyot alang-alang ben ndang mari...."
"Iyo mak... ki sek arep golek..."
Sore itu sejarah membuktikan bahwa semangat yang kuat ternyata tak bisa memastikan tubuh kita untuk kuat juga.
Meski dengan semangat hidup yang tinggi toh akhirnya tubuh Ian juga kalah, buktinya membawa beberapa batu-bata yang biasanya ia sangat kuat tubuhnya bisa gemetar dan ambruk....
Karena kejadian itu ia harus berhari-hari tidak bisa bergerak, rupanya kakinya terkilir. Ia hanya bisa berbaring tanpa obat dari dokter, maklum Ian adalah pemuda serba kekurangan, sudah terlahir di keluarga miskin catat lagi, untungnya semangat hidupnya begitu besar. Dan karena itulah ia bertekad untuk merubahnya.
Lama ia memendam keinginan untuk menuntut ilmu, karena di bangku pendidikan formal ia tak mungkin bisa maka ia memilih bangku pendidikan non formal. Beberapa bulan setelah ia sembuh akhirnya ia memutuskan untuk keluar - merantau untuk menuntut ilmu.
"Mak, aku tak lungo yo, aku pengen belajar neng pondok.."
"La koe arep mondok mamak ki yo ra due duit to.... la pie"
"Ra opo-opo mak, mondok kan yo ra mesti nganggo duit... aku arep melu kang Tohin, jere ono pondoan seng belajar-e gratis.."
"La opo iyo, neng endi ge'an kue?"
"Neng njowo mak..."
"Yo wes nek nu..."
Berbekal restu dari kedua orang tua akhirnya Ian pergi belajar di salah satu pondok pesantren di jawa, disana ia tidak memerlukan biaya namun sebagai ganti untuk membiayai hidup ia harus membantu pemilik pondok untuk bekerja.
Belajar di podok ternyata tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Ternyata disana ia mendapatkan kehidupan yang lebih sulit, ditempa diasah dan semua hanya dengan modal tubuhnya yang tak begitu kokoh.
Hari berlalu, bulan berganti tak terasa satu tahun telah ia jalani di pondok itu. Dan ternyata, satu tahun menjalani kehidupan yang serba keras membuat jiwanya lebih tegar. Bukan cuma itu, tekad dan semangat hidup yang tinggi telah merubah dia menjadi pemuda yang terampil dan rajin.
Wajar memang, di pondok setiap harinya ia harus belajar banyak hal. Malam ia harus belajar menuntut ilmu agama, sedang siang ia harus berpacu dengan panasnya matahari untuk merawat berbagai jenis tanaman sayur yang ditanam pemilik pondok.
Dengan tempaan itulah akhirnya ia memiliki keterampilan dan keahlian dalam melakukan budidaya tanaman sayur mayur. Ia sendiri tidak menyadari kemampuan itu, hanya kedua tangannya saja yang terlihat semakin terampil merawat berbagai sayuran yang di tanam. Satu tahun berjalan ia mulai menikmati hidup di sana, bahkan sesekali ia sampai lupa dengan orang tuanya di rumah.
"Pie pak, terong niki pon siap panen, buahe bagus-bagus"
"Yo le, sok di panen, siki wes sore.."
Hari itu seperti biasa setelah seharian bekerja di ladangia memiliki waktu beberapa menit untuk istirahat sebelum mulai mengaji. Saat itu ia sedang duduk santai sambil termenung...
"Ian...."
"Injeh pak, wonten nopo....?"
"Ki ono tamu jere soko kampung...."
Entah apa, tiba-tiba jantungnya berdegub begitu kencang, ia seperti merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Benar saja tamu tersebut ternyata adalah tetangganya di kampung, ia menemui Ian karena memberi kabar bahwa ibunya sakit keras dan Ian diminta untuk pulang. Tidak menunggu esok hari, Ian dan orang itupun langsung menuju ke kampung malam itu juga.
Sesampainya di kampung Ian mendapati rumahnya - yang sudah mau roboh - berisi banyak orang. Hatinya semakin was-was, dan ternyata ibunya telah meninggal.
Sejadi-jadinya ia meneteskan air mata tanpa suara sedikitpun. Cobaan itu benar-benar memukul hatinya, ia tak sempat bertemu dengan ibunya untuk terakhir kali.
"Sudah le, seng tabah..."
"Ow iyo...pesen almarhum nek iso awakmu ojo lungo maneh, uripo neng omah jogo bapakmu..."
Rupanya sang ibu berpesan bahwa Ian diminta untuk tetap tinggal di rumah dan tidak merantau lagi. Ian pun pasrah.
"Yo wes nek nu, nek koe ra rono maneh yo ra popo...."
"Iyo mas, aku kudu nuruti wasiat ibuku..."
"Iyo...seng sabar, oh iyo... Ian, ki mau pak yai netep pesen, koe kon seng sabar jo terlalu sedih.. tros nek sempet neng kene koe kon njajal nandor iki...."
Salah satu teman Ian di pondok ternyata ikut ke kampung Ian sebagai wakil dari pemilik pondok. Dari dia Ian pun mendapatkan titipan sebuah kantong plastik kecil yang ternyata isinya adalah benih tanaman. Dengan kondisi yang masih sangat sedih Ian hanya menaruh bungkusan tersebut di kantong bajunya.
--- Bersambung ---
Tentu saja ada banyak hikmah yang bisa kita petik dari cerita pendek di atas. Selain sebagai salah satu bahan bacaan untuk hiburan.
Karya tersebut bisa menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi kita tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi hidup yang keras dan tidak semua sesuai keinginan.
Karya tersebut bisa menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi kita tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi hidup yang keras dan tidak semua sesuai keinginan.
Mudah-mudahan di kemudian hari masih banyak kisah lain yang dapat memberikan nasehat seperti Cerpen Pemuda Serba Kekurangan ini. Akhir kata, mudah-mudahan cerita pendek kali ini bisa berkenan di hati pembaca semua, terima kasih!