Cerpen anak durhaka, berjudul "Ratu Tega." Dengan susah payah, akhirnya satu buah cerita pendek bisa digulirkan secara online dan bisa kita nimati bersama di situs kumpulan cerpen singkat terbaru ini.
Cerita ini di dedikasikan untuk beberapa sahabat nun jauh disana. Semoga dengan adanya kisah dari cerpen tentang ibu ini maka kita bisa selalu ingat akan kebesaran hati dan ketulusan hati sang ibu. Ibu memberikan segalanya untuk kita maka sudah sewajarnya jika kita berusaha mewujudkan impian mereka.
Hanya kebanggaan yang bisa di dapat dari seorang ibu, tak ada satu balasan pun yang bisa menandingi kemurahan hati ibu kita. Tak ada yang lebih tulus, tak ada yang lebih ikhlas selain ibu.
Semoga cerpen anak durhaka ini bisa selalu mengingatkan kita akan kewajiban kita kepada kedua orang tua khususnya ibu. Sebelum langsung menikmati cerita karya saya ini silahkan lihat juga beberapa kisah lain berikut:
1) Cerpen terbaru semua tinggal kenangan
2) Cerpen singkat surat terakhir kakak
3) Cerpen singkat penantian cintaku
4) Cerpen sahabat rinduku kenanganku
5) Cerpen singkat kau bidadariku
Mudah-mudahan dalam hidup ini kita tidak menjadi seperti tokoh yang diceritakan dalam cerita pendek singkat berikut.
Cerpen Anak Durhaka, Ratu Tega
Oleh Irmajajil
Satu peristiwa masa lalu yang sangat menyakitkan, tak sadar tanpa komunikasi akhirnya menjadi magma panas yang terpendal dalam hati. Lara, seorang wanita karir sukses memendam dendam pada ibunya sendiri karena peristiwa yang tidak seberapa penting, bahkan yang seharusnya bisa memberikan petunjuk dan pengajaran.
"Lara....! jangan bergaul dengan dia, dia itu anak tidak benar, Mama Tahu Sendiri....!"
"Tidak ma, memangnya kenapa dengan dia, yang penting dia baik sama Lara!!!
"Dasar kamu ya, sudah mama bilangan berapa kali, dia itu tidak baik, jangan tolol kamu Lara... kamu mau jadi seperti papamu!!!"
Pertengkaran itu sudah terjadi puluhan tahun silam namun masih membekas dan masih segar di ingatan Lara, karena peristiwa itu bahkan perasaannya benar-benar sudah membatu.
Sebagai seorang anak ia benar-benar telah mengabaikan, melupakan dan mengabaikan budi baik yang pernah ibunya lakukan untuk membesarkannya menjadi seorang wanita modern modis yang gaul dan sukses.
Kini ia hidup bergelimang harta di sebuah kota besar, meninggalkan sang ibu di desa kecil hanya bertemankan kambing peliharaan.
Ya, sampai usia yang sudah cukup renta, sang ibu masih terus berjuang dengan melakukan pekerjaan yang bahkan mungkin tak pantas untuk dikerjakan seorang wanita tua atau lebih tepatnya seorang nenek yang belum memiliki cucu.
Benar, meski usianya sudah renta namun ia belum bisa disebut sebagai seorang nenek karena anak satu-satunya yaitu Lara sampai saat ini masih belum menikah.
Bukan tidak mau, bahkan pernah saking rindunya ia untuk menimang cucu ia harus rela berjalan kiloan meter hanya untuk menelpon anaknya di kota dan memintanya untuk segera menikah.
"Lara, gimana kabarmu nak... Nak, kamu sekarang sudah sukses, mama ingin kamu cepat menikah, mama ingin segera menimang cucu" ucap ibunya di ujung telepon
"Urusan apa mama sama pernikahanku, kalau ingin nikah nikah aja sendiri, sampai mama matipun aku gak akan menikah!!" jawab Lara ketus.
"Lara kenapa kamu nak, maafkan mama kalau mama lancang, mama hanya ingin melihat kamu bahagia, menikah dan punya keturunan..."
"Sudahlah ma.....! tak perlu ngurusin urusanku, lebih baik mama siap-siap cari kain kafan...!
"Astaghfirulloh....kenapa kamu berkata seperti itu Lara, apa salah mama....?"
"Ya, Alloh ampunilah anakku, sadarkanlah dia, jangan biarkan dia menjadi anak durhaka karena ketidakberdayaanku, ampunilah dia ya Alloh...." Sang ibu hanya bisa menahan sedih dalam hatinya. Semenjak Lara pergi ke kota ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sehingga ia begitu terlihat membenci ibunya.
Hidup sebatang kara membuat sang ibu lebih cepat tua dan lebih cepat lemah, kini ia mulai merasakan detik-detik dimana semuanya mulai memudar. Satu-satunya yang masih ia ingat dan tetap didalam pikirannya adalah sang anak perempuannya yaitu Lara. "Lara....pulanglah nak..... " begitu setiap harinya ia mengakhiri mimpi buruknya.
Karena semakin rentanya dia maka orang disekelilinya mulai memberikan sedikit perhatian, kini ia hanya mampu hidup dari belas kasihan orang lain. Badannya tinggal tulang, kurus, bertahan hidup hanya karena izin yang pencipta. Sampai suatu hari ia benar-benar sudah tidak kuasa dan menyerah...
"Ya Alloh, aku menyerah, kapanpu Kau mau aku siap Kau jemput...."
Sementara itu, di kota Lara terus saja lepas kendali, meski ia mendapatkan kesuksesannya dengan jalan halal namun rasa dendam menggerogoti hidupnya. Kini pelan dan sangat pelan hidupnya mulai berubah, ia mulai beralih gaya, ia termakan bisikan setan dan mengerjakan hal haram.
Bahkan ia sekarang menjadi germo, mencari gadis-gadis desa untuk dijadikan penjaja cinta. Sampai suatu saat ia tidak sengaja mencari gadis desa sampai ke kampungnya dulu yang sudah bertahun-tahun tidak ia kunjungi...
Ia benar-benar sudah lupa bahwa ia dilahirkan dan dibesarkan disana... masyarakat pun tidak mengenalinya karena di kota ia lebih di kenal dengan sebutan Ajeng Ratu.
"Dimana mereka, sudah waktunya kita berangkat.." tanya Lara pada lelaki berkaca mata hitam di sampingnya
"Maf Ajeng Ratu, katanya mereka sedikit telat karena harus menjenguk tetangganya yang terjatuh... apa perlu kita jemput ke sana..."
"Kita sudah ditunggu, ya sudah kita jemput saja langsung!"
Lara dan beberapa rombongannya pun akhirnya menjempur beberapa gadis yang dimaksud, kebetulan beberapa remaja yang hendak di temput tersebut sedang berada di rumah ibu Lara.
"Santi, dewi eka....! kalau kalian ingin benar-benar bekerja sekarang juga cepat siap-siap, saya tidak akan menunggu kalian, kalian yang mau kerja saya yang repot." Ia berkata kepada beberapa gadis yang sedang berada di dalam rumah tua itu. Saat itu ia berada di luar jadi ia tidak mengetahui sama sekali bahwa yang sedang dijenguk adalah ibunya sendiri.
Memang, ada sebersit perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hati Lara, "aneh, kenapa tiba-tiba hatiku berdebar-debar seperti ini..."
Tiba-tiba ia tersentak dari lamunan ketika ada suara keras sedikit merintih memanggil nama kecilnya.
"Lara........... apa itu kamu nak" sang ibu tiba-tiba memanggil Lara seraya berusaha bangkit dari pembaringan. Ia pun terjatuh dan terus memaksa untuk keluar melihat wanita yang ada tepat di depan pintu rumahnya.
"Lara....akhirnya kamu kembali, terima kasih nak, terima kasih Tuhan kau telah mengabulkan doaku.."
"Apa maksud ibu, siapa ibu, aku kesini untuk menjemput mereka bekerja....!"
"Lara..... apa kamu sudah lupa dengan ibu kandung mu sendiri....." ucap sang ibu sambil berusaha menggapai tangan Lara....
"Aku tidak mengenal kamu bu..... maaf, aku harus pergi... santi, dewi, eka....!!!!"
"Lara....." sang ibu berusaha menggapai tangan Lara namun kakinya tak mampu lagi menopang batan rentanya, ia pun terjatuh....
Orang-orang berkerumun mencoba membantu sang ibu namun sang ibu terus saja bersikeras mencoba menyusul Anak perempuannya itu.
Lara, dengan perasaan tidak karuan langsung pergi meninggalkan tempat itu..
"Anak-anak belum ikut Ajeng Ratu..." ucap salah seorang berbaju hitam
"Sudah!!! Biarkan mereka, kita pulang!!!" ia membentak
Dua mobil mewah itupun langsung meluncur melindas jalanan tanah berdebu itu. Belum beberapa meter di depan gang menuju jalan utama tiba-tiba terdengar suara sirine ambulan....
"Ratu.....ratu ada polisi...."
"Ambulan bodoh...... !!!"
"Bukan ratu, itu polisi....."
Belum selesai mereka berdebat tiba-tiba saja mobil mereka sudah dihalangi salah satu mobil patroli. Petugas kemudian langsung berhamburan menuju mobil yang dikendarai Lara. Tak satupun dari mereka sempat mengelak.
Mereka akhirnya digelandang ke polres untuk segera mempertanggungjawabkan perbuatannya yang melawan hukum.
Melalui beberapa proses akhirnya kini Lara harus mendekam di kurungan, di balik jeruji besi. Ternyata Lara ditangkap karena menjadi salah satu sindikat penjualan manusia. Malang benar nasib Lara, ia akhirnya di putuskan bersalah dan harus mendekam di penjara.
Ia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menebus segala dosa karena telah memperlakukan ibunya dengan tidak baik karena ibunya telah meninggal sesaat setelah ia meninggalkannya di rumah itu.
--- Tamat ---