Cerita Singkat Anak Durhaka

Berikut adalah cerita singkat anak durhaka. Ada lagi sebuah karya cerita pendek yang memberikan nasehat yang sangat baik yang bisa diteladani. Cerpen terbaru ini adalah sebuah cerpen singkat tentang anak durhaka. 


Menggambarkan sifat dan sikap anak yang akan sangat terkutuk karena memperlakukan orang tua dengan tidak baik. 

Cerita ini menggambarkan tabiat buruk seorang anak yang pada akhirnya menerima balasan dan azab yang sangat pedih dari tuhannya. Biarkan, semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kehidupan kita semua.

Sebelum membaca kisah sedih penuh pesan moral ini sebaiknya di ingat juga bahwa masih ada beberapa kisah lain yang bisa langsung kita nikmati. Masih memiliki tema yang sama yaitu cerpen tentang anak durhaka maka kita bisa tinggal memilih mana yang ingin dibaca. 

Berikut ini ada beberapa pilihan yang juga banyak sekali di cari dan di butuhkan oleh pengunjung setia situs ini. Jangan lupa mari cek dulu beberapa judul karya berikut!

1) Cerita anak durhaka menjadi ular
2) Cerita anak durhaka pada ibunya
3) Cerita anak durhaka kepada orang tuanya
4) Cerita anak durhaka dari singapura
5) Cerita anak durhaka kepada ibu bapa
6) Cerita anak durhaka yang dikutuk jadi singa
7) Cerita anak durhaka dalam islam
8) Cerita anak durhaka zaman rasulullah

Cukup lengkap ya, memang disini bukan hanya satu dua saja yang bisa kita dapatkan. Untuk satu tema ini saja terdapat lebih dari satu karya cerpen singkat. Pokoknya dijamin bingung memilihnya. 

Nah, bagi yang ingin sekedar melihat-lihat bisa langsung ke daftar karya di atas. Dan bagi yang ingin langsung menikmati sebuah contoh cerpen tarbaru untuk tema ini bisa langsung ke judul yang sudah disiapkan berikut.

Cerita Anak Durhaka, Jual Kaffan
Oleh Irmajajil

Hidup dalam keadaan serba kekurangan sepertinya memang lebih sulit untuk bisa lebih dekat pada Tuhan, apalagi untuk generasi yang lebih muda yang masih memiliki emosi yang membara dan meluap-luap. 

Begitulah kehidupan yang di alami oleh Fita, ia tak sanggup menanggung beban miskin yang dialami oleh kedua orang tuanya.

Fita adalah seorang gadis remaja yang terlahir di keluarga kurang mampu, bahkan sangat tidak mampu bukan hanya kurang. Untuk makan sehari-hari mereka mengemis, memungut makanan sisa dan beberapa hal lain yang begitu menyedihkan. 

Terlahir di keluarga sangat miskin membuat ia memiliki kepribadian yang sangat keras. Setiap keyakinannya tak dapat di patahkan, setiap keinginannya tak dapat dihindarkan.

Hidup di kota besar dengan segala keterbatasan memang begitu sangat menyedihkan, bahkan menurut Fita lebih baik mati dari pada hidup seperti itu.

"Orep neng neroko sek arep mikiri surgo!!!, mati ae!!!!"
"Boro arep nabung go anak ben mulyo, mangen we lawoh watu!"

Bagi keluarga Fita, cobaan bukan hanya datang karena mereka harus hidup miskin, cobaan mereka juga datang karena mereka di karuniai seorang anak yang harus mereka didik, mereka jaga. 

Khusus untuk mereka, seorang anak tak lagi menjadi sebuah kebanggan, sebuah kesenangan dan kebahagiaan namun anak lebih kepada sebuah cobaan dan ujian yang sangat teramat berat.

Pertama karena mereka harus menghidupi Fita sebagai anaknya padahal sekedar untuk makan satu orang saja mereka sangat sulit, kedua belum lagi dengan tabiat, watak dan karakter Fita yang menjadi ajang kutukan bagi keluarga tersebut.

"Nek ora iso ngei pangan karo anak, tangane karo sikile di tugel wae gek dimasak, aku lue!!!"
"Ngomong opo koe Fita, bapakmu kue kualat koe!!"
"Wong lue ra ngerti kualat!!"

Begitulah, percakapan di atas adalah gambaran ketidakberdayaan Fita menahan gejolak batin yang ia alami sampai-sampai ia tega berkata demikian kepada orang tua sendiri. 

Tentu saja, perkataan seperti itu menjadi pukulan berat bagi kedua orang tuanya terutama sang ayah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Ia benar-benar merasa tidak berguna, ia benar benar putus asa dan menderita. Sampai akhirnya ia di caci maki oleh anak perempuannya sendiri.

Itu adalah ketukan pertama yang ia terima dari Fita anak perempuannya sendiri, ia benar-benar sudah tidak dihargai apalagi di hormati. 

Rasa sabar pun hilang, pikiran jernihnya tertutup kabut hitam berselimut setan, hingga akhirnya ia pun berucap "kamu anakku dan kamu akan merasakan yang lebih perih dari ini", entah apa sadar atau tidak tapi kata-kata itu benar-benar keluar dari mulutnya yang biasanya sangat lembut.

Sang ibu tidak dapat berbuat banyak, ia sudah berusaha keras dan ikut membantu dan bukan menjadi beban saja. 

Bahkan di sela-sela apa yang mereka dapat ia memiliki impian yang begitu mulia "jika memang aku tidak sanggup berguna untuk anakku paling tidak aku tidak akan menjadi bebannya di kemudian hari, aku harus menabung sedikit untuk bekal kami mati".

Sedikit dan demi sedikit rupanya sang ibu menyisikan sebagian uang untuk membeli kain kafan, ia berkeinginan kelak ketika ia dan suaminya meninggal ia sudah tidak perlu menyusahkan orang lain lagi terutama menyusahkan Fita. Sudah cukup tabungan itu, kain sudah terkumpul cukup untuk mereka berdua. 

Hari itu kejadian mengenaskan kedua terjadi, Fita mengetahui bahwa sang ibu ternyata memiliki harta yang sangat berharga padahal ia harus menahan perih karena lapar..

"Ndang dol, go tuku panganan!!"

Ia memang sudah seperti setan memperlakukan orang tua bak pembantu, menyuruh dan orang tua mereka pun tak bisa berbuat apa-apa. Kali ini sedikit berbeda, sang ibu benar-benar memberikan perlawanan dan tidak ingin sampai harus menjual kafan tersebut. 

Tapi apalah daya, Fita yang sudah dirasuki setan pun langsung merampas segulungan kain kafan tersebut dan membawanya pergi. Ayah dan ibu hanya bisa menahan sesak di dada menatap Fita yang berlari membawa kain kafan yang akan di jual...

"Sungguh kau anak durhaka Fita, tega kamu!!!"
"Kamu akan terkutuk hidup sengsara seperti kami selamanya"

Disisi lain rumah tinggal keluarga tersebut Fita berlari menjual kain tersebut dan langsung menuju warung makan. Sesampainya di sana ia memenuhi perutnya dengan makanan yang dibayar dengan uang hasil menjual kain kafan orang tuanya.

Di rumah, secara kebetulan entah dari mana datangnya tiba-tiba terdapat asap mengepul tebal dari bagian belajar. 

Komplek perumahan kumuh tersebut tiba-tiba sudah dikepung dengan kobaran api yang sangat besar, kedua orang tua Fita tidak sanggup berlari dan menyelamatkan diri. Mereka berdua terbakar hidup-hidup dengan berucap lirih penuh kutukan "kamu akan menyesal merasakan semua ini Fita!"

--- Tamat --- 

Mudah-mudahan cerita anak durhaka di atas bisa menjadi bahan renungan dan nasehat kita. Dengan kisah di atas semoga kita ingat bahwa kita memiliki kewajiban untuk memperlakukan orang tua dengan baik dan benar. 

Sampai disini saja, mudah-mudahan ada hikmah di balik kegiatan membaca cerpen ini. Salam damai dan selamat membaca kisah lainnya.

Back To Top