Api Sejarah Hari Ibu dan Gerakan Penyadaran

"Api Sejarah Hari Ibu dan Gerakan Penyadaran", ditulis oleh Nurul Avilia, Wakabid Kesarinahan, Pendidikan dan Kebudayaan, DPC GMNI Pringsewu. Setiap insan yang dilahirkan ke dunia tentu terlahir dari Rahim seorang ibu. 

Api Sejarah Hari Ibu dan Gerakan Penyadaran

Ibu memiliki peranan penting dalam proses regenerasi manusia dari sejak masih dalam kandungan sampai dewasa. Ibu merupakan guru pertama dalam kehidupan seorang anak.

Dalam proses pendidikan lintas waktu itu ibu tetap menjadi peran sentral dalam perkembangan seorang anak. Karena kesabaran ibulah manusia dapat terbentuk menjadi manusia yang sempurna baik akal maupun sikap dan perilakunya.

Sejarah hari ibu merupakan tonggak berdirinya sebuah pemahaman baru dari pergerakan perempuan. Seperti yang kita tahu bahwa hari ibu yang biasanya kita peringati setiap tanggal 22 desember setiap tahunnya menjadi hari spesial tersendiri dan memiliki api semangatnya sendiri.

Hari ibu ditetapkan oleh Bung Karno melalui surat keputusan presiden nomor 316 tahun 1959 tanggal 16 desember 1959, pada ulang tahun ke-25 kongres perempuan Indonesia 1928. 

Tanggal tersebut ditetapkan dan dirayakan untuk memperingati semangat pembentukan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Tidak hanya itu, momentum hari penetapan itu adalah bukti bahwa perempuan Indonesia mulai menyadari peran dan fungsinya, tidak hanya peran sebagai istri atau pengurus rumah tangga tetapi peran peran kemasyarakatan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan kongres perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928. 

Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. 

Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Peran perempuan di era modern sekarang ini memiliki tanggung jawab yang sangat besar. 

Tidak hanya bergelut dalam dinamika rumah tangga tetapi lebih kepada diferensiasi peran dan fungsi ganda. Begitu juga dengan proses penyadaran pada nilai nilai kemanusiaan.

Saat ini perempuan dituntun untuk respon terhadap perkembangan zaman, adaptif terhadap perubahan dan mau mengadopsi langkah langkah preventif maupun visioner dalam gerakan gerakan efektif dimasa mendatang.

Dunia politik, ekonomi dan pendidikan pun saat ini terus menunjukan kepeduliannya terhadap terwadahinya perempuan dalam proses pelaksanaan gerakannya. 

Perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata, karena di lain sisi perempuan memang memiliki kelebihan di bidang bidang itu.

Menyambut dan memperingati hari ibu ini mari kita gaungkan kesetaraan dan penyadaran terus menerus untuk terus memajukan peran perempuan Indonesia yang lebih maju, berbudaya dan berbudi pekerti luhur.

Bung Karno pernah berkata "tidak akan beres seseorang mengatur Negara, jika belum mengerti soal soal perempuan". 

Dari kata kata itu dapat dipahami bahwa memang ibu maupun perempuan memiliki peran dan fungsi yang besar untuk pembangunan sebuah Negara.

Back To Top